Setelah aku mendengar semua memberi penjelasan dan support kepadaku, untuk rasa cemburuku yang tak beralasan, maka aku berusaha untuk menghentikan tangisku, aku tahu tangisku ini hanya sebuah kompensasi dari rasa sakitku karena harus dengan sadar tak mungkin memiliki dia, sehingga hanya menyaksikan masa lalu dia saja sudah membuat aku banjir.
"Nez, sudah siang kita para cowok mau sholat jum'at dulu ya? Kamu jagain disini, sekali lagi jangan bersedih untuk sesuatu yang tidak jelas. Sayangi air matamu. Sudah terlalu banyak keluar." Dia memberi pesan kepadaku sambil mencium keningku. Aku mengangguk dan memberi dia senyuman.
Karena semua cowok sholat jum'at di hari jum'at ini. Aku putuskan untuk bermain ponsel, menelefon Ibuku, mengabari Liza, dan cek-cek galery saja iseng.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com