webnovel

BAB 7

Keesokan Harinya, 25 Agustus 68 C.E

Farouk sedang duduk di kursi penumpang di kereta Shuttle Hub yang menghubungkan setiap koloni, di sebelahnya ada keluarga kecil yang sepertinya baru saja pindah ke Koloni. Itu bisa dilihat tingkah laku mereka dan pakaian yang agak kusut.

"Mama, Mama! lihat itu, Danaunya besar!." Teriak bersemangat seorang gadis ke jendela ketika Shuttle Hub melewati Koloni Martius dan memperlihatkan bentang alam di dalam koloni.

"Ya, Ya. Sayang, bisakah diam sebentar. Jangan berisik oke?." ucap Sang Ibu khawatir putrinya mengganggu penunmpang lain.

Farouk diam, lalu bertanya kepada laki - laki disebelahnya yang merupakan suami dan ayah dari kedua orang itu. "Tuan, anda berasal dari bumi?."

"Uh?! ah, Y- Ya Tuan, kami dari bumi. Maafkan perilaku putriku jika memang mengganggu." Jawab pria itu agak menunduk merasa inferior dari rekan PLANT mereka.

"Tidak masalah, itu wajar bagi anak kecil untuk melihat keindahan koloni. ngomong - ngomong, apakah anda dan keluarga dari bumi?." Farouk melambaikan tangannya, lalu menanyakan yang membuat keluarga kecil itu agak kaku, bahkan Sang Putri memiliki kilatan trauma.

"*mendesah* ya... kami pengungsi dari bumi, kami melarikan diri dari persekusi organisasi Blue Cosmos." Jawab Sang Pria mendesah lelah.

"Aku turut berduka cita untuk anda dan keluarga anda, semoga anda bisa beradaptasi disini dengan baik. tuan... " Ucap Farouk agak menunduk memberika bela sungkawa.

" Ah, terima kasih anak muda. panggil saja saya Joachim Lehmann, ini istri saya Sarah Lehmann dan ini putri kecil kami Victoria Lehmann." Balas Joachim kepada Farouk.

"Salam kenal." Sarah dan Victoria kecil bersamaan.

"kalau begitu anda bisa memanggil saya Farouk Abbas Sanjoyo, salam kenal." Farouk memperkenalkan diri.

"Ah! anda yang ada di berita itu?." Sarah tidak percaya bertemu dengan orang yang masuk berita tentang kecelakaan MA baru PLANT.

"Ahh, ya. Itu saya." Farouk tidak menyadari bahwa kecelakaannya menyebar hingga bumi.

'Mungkin ini digunakan oleh. Fraksi Radikal untuk memprovokasi Negara Sponsor yang memsabotase, dan aku tidak tahu berita apa yang disebar ke bumi. Pastinya itu harus menyembunyikan fakta bahwa PLANT sedang mengembangan sesuatu yang lebih canggih dari MA.' pikir Farouk, dia lalu bertanya lagi pada Joachim.

"Tuan Joachim, apa pekerjaanmu dulu?."

"Pekerjaanku? aku dulu adalah teknisi elektronika di galangan kapal bumi..." Jawab Joachim menggaruk pipinya.

" begitu, kalau begitu... setelah menemukan tempat tinggal, cobalah mendaftar di galangan kapal di Koloni Martius atau Maius yang memiliki industri militer, bakatmu akan berguna disana." Farouk lalu memberi saran kepada Joachim.

"Benarkah , Nak Farouk?! Terima kasih!." Joachim bertanya tidak percaya yang di balas anggukan. Dia lalu membungkuk, jika tidak ada kursi di depan mereka mungkin Joachim akan bersujud di depan Farouk sekarang.

"Ah ... tidak perlu seperti itu, sesama Koordinator kita harus saling membantu." Farouk tidak enak, dia lalu mengangkat tubuh Joachim yang membungkuk.

....

Selama perjalanan, ternyata keluarga Lehman juga memiliki tujuan yang sama, yaitu Februarius Five. Lalu Victoria banyak bertanya tentang Koloni, dia sangat mengagumi PLANT bahkan ketika mereka tinggal dibumi, baginya PLANT adalah surga terutama bagi Koordinator bumi.

Setelah 1 jam perjalan sampai di Februarius Five, mereka akhirnya berpisah, diluar Stasiun Hub. Farouk sudah ditunggu oleh tumpangannya.

" Selamat Datang, Tuan Muda." ucap seorang pria yang menunggunya di luar mobil, pria itu lekas membukakan pintu untuknya.

"Ya, terima kasih Robert." ucap Farouk kepada pria yang bernama Robert tersebut.

" Sama - sama , Tuan Muda." Robert menutup pintu lalu berjalan ke pintu co - driver.

Di dalam mobil, Farouk menerima pesan dari Lunamaria. Dia mengatakan bahwa berkat sarannya, Meyrin bisa sembuh dari trauma mental.

'Syukurlah jika itu bisa disembuhkan.' pikirnya menghela nafas lega, Farouk lalu membalas pesannya.

Sesampainya di rumah, Farouk disambut ayahnya. Dia lekas memeluknya.

"Aku pulang ayah." ucap Farouk sambil memeluknya.

"Ya, selamat datang. Bagaimana Tesnya?." Balas Reza, dia lalu menepuk pundak anaknya dan bertanya tentang tesnya, walaupun dia tahu kemampuan anaknya, setidaknya dia ingin tahu dari mulut anaknya sendiri.

Mereka berdua lalu masuk ke dalam manor, di jalan Farouk menjawab pertanyaan ayahnya.

" Yah, itu cukup mudah bagiku terutama simulasi pilotnya. syarat mereka tidak terlalu tinggi, mereka hanya perlu lepas landas, mendarat dan manuver ringan." Jelas Farouk, dia lalu menyerahkan kopernya ke seorang pelayan yang ditugaskan untuk itu.

"Begitukah? itu adalah anakku! Hahaha.... Lalu kapan dimulai sekolahnya?." Reza tertawa yang membuat Farouk memutar matanya, mereka berjalan menuju ruang kerja Reza.

"hm... Itu harusnya minggu depan. Ayah, aku ingin bertanya padamu... Kenapa kamu memanggilku pulang?." Jawab Farouk lalu bertanya balik pada ayahnya, dia merasa ada yang disembunyikan darinya. Dia duduk di sofa tempat kerja ayahnya.

Reza berdiri diam lalu berjalan ke mejanya, melihat ke atas dan ke bawah anaknya terlebih dahulu sebelum menghela nafas.

Dia lalu menekan sebuah tombol di mejanya, kemudian muncullah alat seperti mesin scan. setelah itu dia menscan sidik jarinya dan memasukan sandi ke alat tersebut.

*Ting* *Shssss*

Di salah satu sisi lemari buku sisi kanan dari arah pintu tiba - tiba terbuka dan membuat Farouk penasaran, dia melihat sebuah kotak besi berwarna putih yang terdapat lambang yang menurut Farouk akrab namun dia tidak tahu pernah melihatnya dimana.

Reza kemudian berjalan ke arah lemari buku itu, lalu mengambil kotak tersebut dan melemparnya ke Farouk. Yang berhasil ditangkap, Farouk penasaran kenapa ayahnya melempar ini.

'apa ini? lambang ini agak deja vu bagiku....' pikir Farouk, dia lalu mendongak dengan linglung ketika ayahnya berbicara.

"Ambil itu dan bukalah." Perintah Reza ke Farouk yang agak linglung.

Farouk lalu mengangguk dan mulai membuka kotak kecil putih itu, ketika sudah dia buka. Terkejutnya dia bahwa itu adalah benda seperti kunci, namun rasanya agak berbeda.

"Kunci?.... Apa maksudnya ayah?." Farouk belum memahami apa ini.

"Itu adalah kunci MS ciptaan kakekmu." Jawab Reza terang - terangan.

"MS?! Bagaimana bisa?! kita bahkan baru mengembangkan GiNN!." Farouk tidak percaya, bahkan kakeknya sudah menciptakan MS pertama sebelum proto GiNN muncul.

Dia ragu bahwa kakeknya adalah seorang transmigran juga, itu adalah yang Farouk pikirkan di benaknya.

" Ya, itu adalah mahakarya pertama kakekmu yabg tidak pernah dipublis ke semua orang. Anggap saja dia tidak terlalu mempercayai PLANT dimasa kepemimpinan George Glenn. Ayo ikut aku ke bunker." Jawab Reza mengangguk lalu mengajak putranya mengikutinya menuju bunker keluarga yang ada di tengah hutan pribadi.

Farouk hanya mengiyakan sambil memandangi kunci tersebut, dia penasaran dengan MS karya kakeknya.

"Ayah, bisakah kamu memberitahuku tentang kakek?." Farouk sekarang penasaran tentang kakeknya, harus diketahui bahwa Koordinator pertama adalah George Gleen yang merupakan orang Federasi Atlantik, yang pernah melakukan perjalanan ke salah satu bulan milik Jupiter dengan kapal ruang angkasa buatannya.

"Kakekmu? entahlah, ayahmu sendiri juga tidak tahu..... dia sudah meninggalkanku dan nenekmu ketika itu. Tapi, dia juga meninggalkan kami sebuah perusahaan besar di PLANT.... Awalnya perusahan kita bernama Anaheim, namun karena kita sudah bergabung dengan PLANT, itu diganti dengan 'Industri Militer Maius'." Jelas Reza , namun langkah Farouk terhenti ketika dia mendengan nama akrab lainnya.

'Tidak mungkin....' pikirnya.

"Ayah, bisakah kamu mengulanginya lagi?." Farouk berdiri diam bertanya pada ayahnya, yang berbalik.

" Kakekmu meninggalkan aku dan nenekmu dengan sebuah perusahaan besar?." Reza memandang anaknya yang diam.

"Setelahnya." ucap Farouk.

"Awalnya perusahan kita bernama Anaheim?." Reza tidak tahu apa yang dipikirkan anaknya kenapa menanyai ini.

"Anaheim?!." Teriak Farouk terkejut, pantas saja dia merasa Deja vu! Ternyata itu nama perusahaan dari waralaba Gundam lain!.

"Kenapa? ada yang salah?." Tanya Reza mengangkat salah satu alisnya.

"Ti- Tidak ada.... Ayo kita segera ke bunker." Farouk menggelengkan kepalanya, kali ini dia mungkin akan terlalu bersemangat.

".... baiklah, ikut aku." Reza menggelengkan kepalanya, dia lalu melanjutkan jalannya menuju bunker.

Mereka berdua lalu berjalan keluar dari gedung utama menuju Hutan Pribadi dimana Bunker tersebut berada, butuh 5 menit menuju tengah hutan, Farouk melihat bahwa pohon - pohon ini tinggi dan besar seperti berumur ratusan tahun.

'apakah ini hasil rekayasa?.' Pikir Farouk melihat tinggi menjulangnya pohon - pohon jenis konifer ini. Ketika dia sedang melihat - lihat sekeliling, Farouk mendengar suara ayahnya.

"Kita sudah sampai, disinilah kita. Sekarang...." Ucap Reza, dia lalu meletakan tangannya ke alat scan. lalu sebuah panel terbuka dan memperlihatkan bagian untuk pemasukan kode.

"Ini?." Farouk melihat pintu gerbang bunker yang setinggi 10 meter.

"ini adalah Bunker keluarga dan juga Hangar MS." Jawab Reza lalu memandang anaknya dengan serius.

"Farouk, ingatlah nomor sandinya.... 22WK78Z." ucap Reza sambil mengetik pin sandi.

".... aku mengingatnya , ayah." Farouk mengangguk.

....

Di dalam Bunker, mereka berdua melewati beberapa lorong. Lalu Reza dan Farouk berdiri didepan sebuah pintu lift yang agak tua, Reza lalu menekan tombol di sisi pintu lift.

*Ting* *Srrt* suara dering pintu lift terdengar, lalu pintu Lift terbuka dengan suara berderit.

"Um.... ini aman?." Farouk memandang ayahnya dengan ragu, lift didepannya sudah cukup uzur! dia tidak ingin mengalami kecelakaan karena kabel lift atau sesuatu dari lift tersebut rusak.

" Hmm.... mungkin aman?." Bahkan Reza sendiri juga tidak yakin.

" Kapan terakhir kali ini direnovasi?." Tanya Farouk karena melihat ketidak yakinan ayahnya.

" 40 tahun? ini dibangun bersamaan dengan manor kita." Jawab Reza mengelus dagunya yang ditumbuhi janggut.

"Serius? 40 Tahun belum ada renovasi?!." Farouk tidak percaya apa yang dia dengar.

" Baik, baik. Ayo masuk." Reza lalu menyeret putranya masuk ke dalam lift bersamanya, dia lalu menekan tombol 'G'.

"Hei! Aku tidak mau- Aaahh!!!." Farouk di seret ayahnya masuk, setelah ayahnya menekan tombol 'G' pintu lift tertutup dan lift langsung turun ke tujuan dengan kecepatan penuh.

Setelah merasakan serangan jantung mendadak karena tiba - tiba lift terjun dengan kecepatan yang sangat cepat, Farouk merasakan lift tersebut mulai melambat.

Ketika sudah mencapai lantai 'G' , pintu terbuka. Farouk melihat keluar dan pupil matanya selebar bola ping - pong.

'KAMU BERCANDA DENGANKU?!' pikirnya melihat ke luar lift.