Ed menurunkan tubuhnya berjongkok agar sejajar dengan Ken. Mereka masih di dalam mall, setelah keluar dari salah satu restauran yang mereka datangi tadi. Gavin didudukan pada salah satu pahanya. Tangannya yang bebas memegang pundak kecil Ken, anak itu nampak murung dengan wajah yang ditundukkan. Pipinya yang tembam jatuh kebawah membuat semua orang yang melihat mungkin ingin menggigitnya karena gemas.
"Ken, look at me" perintahnya dengan nada pelan, tapi Ken enggan mendengarkan ia justru menggelengkan kepalanya, daddynya yang melihat membuatnya harus menghela nafas. Ia kemudian mengusap kepala anaknya.
"I am sorry. Daddy's really sorry Ken" barulah Ken mendongakkan kepalanya melihat daddynya yang meminta maaf dengan mata Ken yang berkaca-kaca. Ken benar-benar anak baik, kepekaannya terhadap sesuatu sangat tinggi. Mungkin Ed salah, anak-anaknya belum siap mendapat ibu pengganti. Oleh sebab itulah Ken menolak bersikap baik dengan Dina. Tapi Ed juga ingin mengajarkan Ken bahwa bersikap seperti tadi bukanlah hal baik. Maka ia mengusap mata Ken agar genangan dimatanya menghilang. Ia mengusap pipi Ken, tak sadar bahwa ia kini menjadi tontonan orang-orang yang lewat, bahkan ada beberapa yang merekamnya.
"Ken tidak suka dengan tante tadi dad. Wajahnya menyeramkan" katanya sebelum daddynya membuka mulut.
"Ken tidak boleh berkata begitu, tidak baik melihat orang dari penampilannya saja. Itu sama saja Ken mendiskriminasi orang lain. Ken mau disebut orang jahat?" Ken menggeleng airmatanya justru semakin turun saat daddynya mengatakan ia orang jahat, Ed jadi merasa kasihan, tapi ini untuk pelajaran anaknya.
"Yasudah kali ini dimaafkan, Ken tidak jadi orang jahat, karena Ken belum tahu, tapi lain kali tidak boleh begitu. Mengerti?"
"Yes Dad. Sorry~"
"Okay sayang, now kiss me!" Ken buru-buru menggeleng.
"No Daddy, Ken sudah besar. Ken malu banyak yang lihat" barulah Ed sadar, ia sedikit terlonjak karena banyak yang memperhatikan mereka. Pria itu segera bangun dari tempatnya, sedikit memberi senyuman yang membuat histeris wanita disana, ia kemudian menarik Ken pergi dari sana sebelum ia membuat kegaduhan. Ed bukan artis kenapa juga harus dilihat seperti itu.
"Dad! Ken lapar!!"
Setelah membetulkan gendongan Gavin, Ed kembali menggenggam tangan Ken.
"Oiyah, tadi Ken belum makan ya. Jadi Ken ingin makan apa?"
"Pizza! Oh Daddy lihat itu miss Nana!!" Teriaknya melepas genggaman Ed dan menghampiri seorang wanita yang tengah berdiri fokus dengan ponselnya. Ed dapat melihat wanita yang dipanggil miss Nana itu terkejut karena pelukan tiba-tiba Ken di kakinya. Ed sedikit berlari menghampiri mereka.
"Maaf, Ken mengejutkan anda"
Nana tersenyum, seraya mengusap kepala Ken "Tidak apa-apa, Saya sudah terbiasa. Hanya sedikit terkejut karena tiba-tiba ada yang memeluk kaki saya"
"Miss Nana.. miss Nana.. sedang apa disini? Ingin makan siang juga ya? Bersama Ken dan Daddy saja."
"Ken jangan seperti itu, Miss Nana mungkin ingin bertemu dengan seseorang" terangnya pada Ken, ia kembali melihat Nana.
"Apa Miss sedang menunggu kekasih Miss?" Lanjutnya, sebenarnya mereka cukup dekat sebagai seorang wali murid dengan guru, karena setiap Ed telat menjemput Ken. Wanita itu selalu bersedia menjaga Ken hingga Ed datang. Sehingga Ed tahu Nana telah memiliki kekasih, sebab sering kali mereka berpapasan saat kekasih Nana datang menjemput. Nana nampak bingung menjawab, namun akhirnya kembali tersenyum manis.
"Hmm... Tadinya begitu, tapi sepertinya ia tak jadi datang, baru saja dia memberi kabar, dan menyuruhku pulang"
"Oh kalau begitu makan saja dulu bersama kami. Setelah itu saya antar pulang, kebetulan setelah makan kita langsung pulang. Tapi itupun kalau tidak mengganggu waktu Miss"
"Tidak.. bukan begitu, terima kasih banyak atas tawarannya, tapi saya jadi tidak enak. Lebih baik saya langsung pulang saja."
Ken menggoyang-goyangkan lengan Nana, memaksa wanita itu untuk ikut makan bersama, awalnya Nana bersikeras menolak tawaran tersebut akan tetapi melihat Ken yang berwajah murung, ia jadi tidak tega juga, apalagi Ed juga tidak bisa melarang keinginan Ken. Hanya untuk menemani makan siang anak itu, apa boleh buat, pada akhirnya Nana mengangguk menyetujui tawaran mereka.
Maka Masuklah mereka di salah satu resto pasta&pizza. Seperti biasa Ed meletakan Gavin di kursi bayinya dengan Ken disampingnya lalu Nana mengitari meja. Mereka memesan makanan sesuai selera masing-masing. Setelahnya berbincang dan sedikit bergurau, mereka tampak seperti keluarga bahagia. Tak lama makanan datang dan diletakan diatas meja, Ken segera menjulurkan tangannya, namun apa yang dilakukan Nana membuat Ed sedikit tertegun.
"No Ken. Miss sering memberi tahu Ken sebelum makan, Ken harus mencuci tangan terlebih dahulu." Katanya meraih tangan mungil Ken. Anak itu menyeringai meminta maaf.
"Come on, Miss temani cuci tangan." Katanya lagi lalu mengajak Ken menuju wastafel meninggalkan Ed yang termangu menatap keduanya. Well, ini merupakan pemandangan yang jarang ia lihat, kendati Jihan sering bersikap seperti itu, tapi ini rasanya sedikit berbeda. Tak lama keduanya kembali, Nana mengatur semua perlengkapan Ken, dan Ken nampak senang juga terbiasa seolah Nana memang melakukannya setiap saat. Mungkin memang begitu, Ed tidak tahu bagaimana Ken di sekolahnya. Dengan telaten Nana, memotong pizzanya agar nanti Ken lebih mudah memakannya, ia juga meletakan sedikit pasta di piring anak itu.
"Kau juga harus makan Nana. Ken sudah cukup besar melakukannya seorang diri" seketika Nana menghentikan gerakannya, ia meminta maaf karena telah lewat batas. Ed menggeleng, seolah yang dilakukan Nana bukanlah masalah, melainkan sesuatu yang baik, sangat malahan bagi Ed dan Ken.
"Tidak apa-apa. Dan juga maaf memanggilmu Nana, tapi kurasa akan lebih baik jika kita tidak terlalu bicara formal, bagaimana?"
"Y-ya tidak masalah Tu-, oh maksud saya mmm... Ed." Ed tersenyum sangat tampan ia kembali mempersilahkan Nana makan pesanannya, sedangkan Ken telah makan sejak tadi.
🍀🍀🍀