"Lo lagi ada masalah?"
Putri cukup terkejut mendengar pertanyaan Alif. Mereka baru saja saling mengenal pagi tadi. Dan pertanyaannya langsung menohok seperti itu.
Apakah terlihat begitu jelas di wajahnya bahwa ia sedang dalam masalah?
"Enggak, kenapa tanya gitu?" sahut Putri sedikit kikuk.
Alif tersenyum tipis, ia lalu kembali menyendokkan nasi ke mulutnya.
Saat ini, mereka sedang berada di salah satu tempat makan sunda yang tak jauh dari rumah Via.
"Lo liatin ayam di piring dengan mata berkaca-kaca, keknya berat banget beban hidup lo!" ucap Alif setelah menelan nasi yang telah ia kunyah.
Putri langsung tersenyum malu. Ia meletakkan sendok di piring, dan meneguk segelas air putih di depannya.
"Kayaknya kita seumuran, ya? Kamu santai banget ngomongnya sama aku?" tanya gadis itu iseng.
"Ya, kita emang seumuran! Jadi santai aja, gak usah jaim! Tahu nggak? Masalah itu, kalau dipendem, tambah runyem jadinya! Lo sendiri yang bakal terluka! Mending lo cerita ke orang lain, biar hati lo lega, dan mungkin orang lain bisa punya solusi buat masalah lo!"
Putri terkekeh pelan.
Iya, apa yang Alif ucapkan memang cukup masuk akal. Hanya saja, Putri tidak memiliki teman ataupun kenalan yang bisa ia ajak bicara mengenai Reyhan, karena tidak ada satu pun dari mereka yang mengetahui hubungan keduanya.
Reyhan melarangnya untuk mengatakan kepada siapa pun tentang pertunangan mereka.
"Dalam kasusku ini, cerita ke temen cuman akan bikin masalah bertambah runyam!"
"Kalau gitu, cerita aja sama gue! Mengingat gue bukan temen lo, jadi gue rasa, gak akan serunyam itu!" sahut Alif dengan santainya.
Oh wah! Itu ide yang bagus!
Mereka hanya saling mengenal, Alif tidak tahu siapa ia, dan siapa Reyhan. Mungkin tidak masalah jika ia bercerita padanya.
"Kalau gitu, kamu dengerin cerita aku ya, habis itu kamu kasih pendapat kamu!"
Alif hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.
"Aku udah dijodohkan sama seseorang sedari aku kecil, lalu waktu umur kami 20 tahun, kami bertunangan." Putri memulai ceritanya.
"Gila, jaman apa ini woi? Masih ada gitu jodoh-jodohan?" sela Alif.
"Kamu tuh diem aja! Dengerin sampai aku selesai cerita, jangan disela!"
"Iya deh, oke!"
Putri mengambil napas panjang, dan melanjutkan ceritanya yang sempat terputus tadi.
"Orang tua kami, memaksa agar kami itu tinggal satu rumah, sama neneknya juga sih, karena mereka takut, kami akan tertarik pada orang lain, dan bisa membahayakan pertunangan kami! Tapi tunanganku itu menolak! Lalu kami semua sepakat untuk tinggal aja di share house. Tapi, intinya tetep tinggal satu rumah gitu!"
Alif hanya mengangguk pelan tanda ia memahami cerita gadis itu.
"Tunanganku itu, memintaku untuk menyembunyikan hubungan kami! Jadi mau nggak mau, kami itu backstreet! Enggak ada satu orang pun yang mengetahui hubungan kami, termasuk adik kamu, Via."
"Okay, lanjut!" sahut Alif.
"Aku pikir, semua baik-baik saja. Reyhan, tunangan aku itu baik sama aku seperti biasa, dia selalu memperhatikanku, menjagaku. Bahkan, saking baiknya, selama kami menjalani hubungan ini, dia itu enggak pernah menyentuhku! No skinship gitulah! Pokoknya, dia itu calon suami idaman!"
Alif tertawa remeh setelah Putri berhenti berbicara.
"Kok ketawa?" tanya gadis itu bingung.
Alif hanya menggeleng pelan sambil menyeruput es teh manisnya.
"Enggak, lanjutin aja ceritanya!"
"Oke, jadi gini, kemaren aku pergi sama anak-anak. Waktu aku pulang, aku mergokin Reyhan sama perempuan lain di kamar dia! Ya kamu tahulah apa yang mereka lakuin di sana, nggak perlu aku jelasin, 'kan? Dan itu bikin aku terluka!"
"Oh waow!" respon Alif.
"Bayangin aja, selama belasan tahun, hanya dia yang ada di hatiku! Aku bahkan selalu belajar, dan mempersiapkan diri menjadi calon istri yang baik buat dia, tapi ternyata dia menghianati hubungan kami! Ngerti, 'kan gimana sakitnya?!"
Alif terdiam dan hanya menatap Putri iba. Yah, tidak masalah, toh gadis itu memang pantas dikasihani.
"Jadi, sekarang aku bingung. Menurut kamu, apa yang harus aku lakuin?"
Alif menghela napas berat. Ia lalu meneguk habis es teh di gelas yang ia genggam.
"Lo cinta sama dia, tapi dia gak cinta sama lo! Reyhan, si tunangan lo itu, bukan pria suci yang gak doyan sama perempuan! Nggak ada pria suci jaman sekarang! Sadar, Neng!" ucap Alif tanpa tedeng aling-aling.
Yah, dia benar. Buktinya Reyhan mau-mau saja menyentuh Lusi.
"Tapi, gimana soal sikap dia yang begitu perhatian? Aku yakin, Rey juga punya perasaan yang sama kayak aku! Gimana pun juga, aku ini calon istrinya!"
"Lo mah, bego di pelihara! Kalau dia cinta sama lo, dia gak akan sudi nyentuh perempuan lain! Soal sikap baik dia ke lo, bisa aja itu karena dia merasa lo itu tanggung jawab dia, karena gimana pun juga, lo tunangannya! Paham gak lo?"
Putri menggeleng lemah. Ya, ia sedang berusaha menyangkal semua prasangka itu. Itu terlalu kejam. Selama ini, ia selalu berusaha semampunya untuk menjadi perempuan yang Reyhan suka, akan sangat menyakitkan jika ternyata, apa yang Alif ucapkan memang benar adanya.
"Oke, anggep aja apa yang kamu omongin ini memang bener. Reyhan nggak cinta sama aku. Terus aku harus gimana?"
Alif menatap gadis itu tajam.
"Putuslah! Gila aja lo, dia udah selingkuh gitu!"
Putus?
Haruskah ia mengakhiri hubungan mereka? Tapi, keluarga besar kedua belah pihak pasti akan sangat kecewa jika perjodohan itu batal.
"Kalau nggak putus, gimana?"
"Gini ya, ini masih untung dia hianatin lo pas kalian baru tunangan. Coba kalau kalian udah nikah, udah punya anak, terus dia mendua, tambah sengsara lagi hidup lo!"
Gadis itu langsung membeku mendengar ucapan Alif. Sekali lagi, ucapan pria itu berhasil menohok nurani dan akal sehatnya.
Iya, Putri tahu, semua yang Alif katakan itu masuk akal! Akan tetapi, ia merasa tidak bisa mengakhiri hubungan mereka begitu saja.
Ia sudah terlalu terbiasa dengan kehadiran Reyhan dalam hidupnya. Bagaimana ia akan menjalani hari-harinya tanpa pria itu?
"Rasa sayang lo ke dia itu, bener-bener melukai akal sehat gue tahu nggak! Enggak masuk akal kalau ada orang yang masih bisa mempertahankan cintanya setelah dia dihianati kek gitu!"
Putri tertawa pelan. Umumnya orang pasti akan langsung memutuskan pasangannya, dan membenci pasangannya. Tapi tidak dengan gadis itu. Jujur saja ia memang sangat terluka dengan apa yang Reyhan lakukan, hanya saja, rasa cinta itu tidak bisa menghilang begitu saja. Oh, mungkinkah ia sudah kehilangan akal sehatnya?
"Al, kalau aku ngasih dia kesempatan ke dua, menurut kamu gimana?"
Alif menatap Putri tajam. Yah, dia pasti kesal karena pertanyaan gadis itu pasti kembali melukai akal sehatnya.
"Gak guna, Put! Selama cinta itu gak hadir di hati dia buat lo, sekalipun kali ini dia meninggalkan selingkuhannya, gak akan jamin kalau hal ini nggak akan terulang di masa depan! Paham nggak?"
Putri langsung merengut mendengar jawaban Alif. Ia benar-benar tidak tertolong. Apa yang harus ia lakukan?