Semua yang Malphas dengar seperti cerita Mariana. Hanya saja, Bihan bercerita lebih detail. Malphas memintanya untuk direngkuh. Mereka tertidur bersama. Ia sudah tidak menginginkan bercinta lagi.
Sambil berengkuhan, "Maukah kau menjadi kekasihku?"
"Aku tidak akan bisa memuaskanmu. Sudah kukatan, aku lebih bergairah pria kurus dibanding sepertimu. Kau akan kecewa," jawab Bihan. "Aku pernah mengecewakan seorang pria besar sebelumnya."
"Kau tidak perlu bertanggung jawab untuk memuaskanku, aku hanya ingin tidur di pelukanmu setiap malam." Malphas menegaskan. "Mendengarkan ceritamu, masa kecilmu dan masa mudamu."
"Semua tentangku sudah kuceritakan, apa lagi yang akan kuceritakan?" tanya Bihan.
"Aku ingin tahu kesukaanmu dan hal lain tentangmu," kata Malphas.
"Terus apakah aku akan menganggur. Hanya tidur bersamamu, aku akan kebosanan," Bihan menyela.
"Bagaimana jika kau bekerja untukku dan menemaniku bekerja," saran Malphas.
"Aku bukan orang pintar, aku bersekolah hanya sampai membaca dan menulis, aku pernah memiliki bar tetapi bangkrut, aku akan bekerja sebagai apa?" tanya Bihan.
"Jika aku sibuk. Urusan penting, kau bisa membantu di bar tempatku, jika aku memiliki waktu senggang. Kau akan menemaniku berlatih atau olahraga bersama."
"Sesungguhnya aku tidak menikmati pekerjaanku. Aku sadar, aku wanita yang tidak cerdas yang memiliki wajah memikat dan aku hanya bisa bekerja memuaskan nafsu pria, itupun dengan harga yang murah," Bihan mengakui kekurangannya.
"Jika kau mau bekerja, kau terima saja tawaranku." ... "Bagaimana ... tawaranku yang lain untuk menjadi kekasihku?"
"Jika kau memaklumi semua kekuranganku, aku akan menerima semua tawaranmu," jawab Bihan.
***
Akhirnya Bihan menerima tawaran Malphas. Baik menjadi kekasih, juga bekerja di barnya.
Mereka sudah hidup bersama tiga bulan. Malphas tidak lagi membutuhkan hasrat bercinta untuk memuaskan seseorang. Hasratnya terkubur rapat.
Saat berlatih bersama, dia kaget.
"Aku tidak menyangka sebelumnya akan berlatih menembak. Seumur hidup, aku tidak pernah menembak," kata Bihan
"Bukan hanya menembak, kita akan berlatih fisik," Malphas membalas.
Seperti biasa, setiap malam selalu tidur bersama, Bihan menggantikan Hanbi merengkuhnya dan menjadi teman tidurnya.
"Apakah kau pernah mengingat keluarga aslimu," Malphas mulai menyelidiki.
"Aku tidak mengingatnya, tetapi entah aku sering terbayang saat masih kanak-kanak, saat seseorang mengambilku. Aku memiliki kakak yang menangis saat kami dipisahkan, hanya itu. Bahkan wajah ayah ibuku pun aku tidak bisa mengingatnya, saat itu aku masih kecil." Bihan mengenang masa kecilnya. "Aku sering bermimpi seperti itu berkali-kali, membuatku masih mengingatnya." ... "Hanya wajah kakakku yang masih aku ingat, selain itu aku lupa, mungkin jika berjumpa dengannya sekarang aku tidak akan mengenalnya."
Malphas membalik tubuhnya, ia merengkuhnya dari belakang, diusapnya tanda merah di tubuh Bihan dan dikecup tanda lahir miliknya. "Aku akan menjagamu seumur hidupku."
Bihan hanya mematung, dirasakan hangatnya tubuhnya.
"Boleh aku meminta sesuatu?" tanya Bihan.
"Apa pun yang kau inginkan, aku akan memberi untukmu," jawab Malphas.
"Aku ingin memuaskanmu seperti saat pertama bertemu," kata Bihan, "milikku sudah lama, sudah tiga bulan tidak mengalami puncaknya."
"Kau bisa melakukan jika ingin melakukan, aku milikmu sekarang," jawab Malphas. "Lakukan sekarang jika kau menginginkan."
Bihan hanya menggelengkan kepala.
"Kenapa, ada masalah?" tanya Malphas kembali heran.
"Kau tidak marah jika aku meminta salah satu pria kurus pekerjamu menemani kita seperti saat itu?" tanya Bihan. "Aku butuh seorang pria kurus untuk menaikkan hasratku."
Malphas binggung, ternyata Bihan meminta seorang pria kurus.
"Berkali-kali aku mencoba melakukannya, tetapi hasratku tidak tersentuh, aku berjanji tidak akan melakukan berlebihan terhadap pria kurus itu, hanya untuk membangkitkan nafsuku saja," janji Bihan.
"Sekarang kita tidur, besok aku akan meminta Mariana mengaturnya," jawab Malphas, hatinya ragu untuk melakukannya. Ia tidak ingin Bihannya disentuh orang lain selain dirinya. "Besok kita akan berlatih fisik bersama Gremory. Setelah itu, malamnya kau hanya menyiapkan dirimu di Dream Lover, aku tidak ingin melakukannya di kamarku," Malphas melanjutkan.
"Aku ingin di kamar kita, aku tidak perlu memasukan pria kurus itu di sini, hanya perlu waktu sebentar saja bersama pria kurus itu bisa kulakukan di luar, kau bisa menungguku di kamar ini," pinta Bihan.
"Baiklah, entah apa pun yang dimintanya. Aku tidak bisa menolaknya, besok aku akan minta Pascal kemari."
Pagi hari, mereka berlari bersama, banyak medan terjal mereka lewati. Gremory Malphas dan Nelchael sungguh kuat dan terlatih, nafas mereka masih terlihat biasa, begitupun dengan Maria yang walau wanita, ia begitu kuat. Sementara Bihan sudah terlihat letih, nafasnya sudah tidak kuat lagi. "Bisa kita istirahat sebentar," pintanya.
Gremory menganguk setuju, Bihan bisa merasakan Gremory menyayanginya seperti seorang kakak. Entah sebab apa yang tidak Bihan ketahui, Gremory sering salah memanggilnya dengan nama Hanbi. Walau nama Bihan dam Hanbi hampir sama penyebutannya sebab hanya dibalik. Tapi, jika salah terus, pasti akan menimbulkan kecurigaan.
Saat istirahat, Maria sering menggoda Malphas tentang hubungannya, mereka sangat dekat kadang membuat Bihan merasa cemburu.
Bihan telah mencintai Malphas, kebiasaan tidur bersama selama tiga bulan membuat kebiasaan, ia takut Malphas meninggalkannya. Tapi, Bihan berpikir, orang sepertinya harus bersyukur karena bertemu dengan Malphas, Bahkan Shana—teman di persundalan— yang pernah tidur dengan Malphas, tidak pernah diajak kekamarnya. Bihan sungguh beruntung. Ia memikirkan cara untuk bisa memuaskan Malphas. Ia ingin mengikat Malphas bersama selamanya. Bihan harus membalas semua pemberian dengan cara memuaskan Malphas.
Bihan tidak ingin terlalu capek hari ini, ia harus bekerja nanti malam untuk kekasihnya, Bihan sudah merencanakan sesuatu untuk memuaskan Malphas. Ia tidak sabar menunggu malam.
Setelah latihan fisik yang melelahkan, mereka makan siang seperti biasa. Kemudian Malphas ke markas mereka mengurus pekerjaan, Malphas benar-benar seorang yang bertanggung jawab urusan pekerjaan, tidak seperti Bihan saat memiliki bar. Saat itu ia tidak konsisten, saat kekasihnya meminta bercinta. Bihan meninggalkan tanggung jawabnya. Semua hal itu menyebabkan bar miliknya bangkrut. Bihan menyesal, kenapa ia tidak bertemu dengan Malphas sebelum ia membuka usaha. Sekarang, Bihan sudah tidak memiliki kesempatan lagi memiliki usahanya sendiri.
Mendekati malam, Bihan sudah bekerja di bar miliknya yang berada satu lokasi dengan Dream Lover House. Malphas tidak pernah lama berada di tempat ini, Malphas hanya memeriksa sebentar kemudian pulang. Jika waktunya berada di tempat ini, pas menjelang tutup Malphas menunggunya selesai kerja. Kemudian mereka pulang bersama, itu pun jarang terjadi.
Bahkan sering juga saat Bihan sudah pulang, mandi dan tidur Malphas baru pulang kerja, ia tidak tahu apa yang dikerjakan Malphas tengah malam menjelang pagi. Yang ia ketahui, di saat bangun pagi mereka selalu berengkuhan, bahkan Malphas tidak pernah membangunkan Bihan jika dia datang setelah ia tidur.
Malam ini, Bihan merencanakan untuk Malphas semoga dia tidak sibuk dan rencananya berjalan lancar.
Saat bekerja Malphas menghampiri Bihan. "Kau boleh membawa Pascal nanti setelah pekerjanmu selesai, Aku menunggumu di kamarku. Ingat, aku tidak ingin orang asing masuk ke kamarku."
Bihan mengangguk, hatinya sudah tidak sabar menunggu malam.