Venus menghembuskan napas beratnya sambil menoleh ke arah timur, tidak begitu lama, hanya beberapa detik sebelum dia kembali memperhatikan guru matematika yang sedang menulis soal. Namun, sosok yang tadi sempat dia lihat membuatnya kembali menoleh ke arah jendela kelas.
Venus tidak begitu fokus tadi, tapi dia benar-benar yakin melihat seseorang dengan seragam sekolah tengah menatapnya tajam di jendela. Jendela ke dua yang selalu di buka. Entah kenapa selalu di buka, katanya tidak ada yang bisa menutup jendela itu. Venus sendiri setiap kali pulang sekolah tidak pernah lupa untuk menutup jendelanya, tapi ketika datang lebih pagi dan kelas masih di kunci, jendela itu tak lagi tertutup rapat. Terbuka sebagaimana biasanya.
Salivah dia telan begitu kembali menoleh ke arah papan tulis, tapi dengan lamban dan hati-hati dia sedikit mendekat pada Arka yang fokus menulis soal. "Ar?" panggilnya dengan berbisik.
"Hm?" Arka tidak menoleh sedikit pun, dia masih fokus dengan soal-soal yang menurutnya cukup rumit.
"Jendela itu... kenapa gak di tutup?"
Arka membisu, pulpennya tidak lagi menari-nari di atas kertas bergaris biru itu. Dia menoleh ke arah Venus, menatap bingung teman barunya itu. Namun, detik berikutnya dia menoleh ke samping kiri, tepat pada jendela yang Venus maksud barusan.
Tidak ada sesuatu yang aneh di sana, bahkan Arka sendiri bingung kenapa gadis di sebelahnya ini menanyakan sesuatu yang seharusnya tidak di tanyakan. Arka kembali menatap Venus, mendekatkan dirinya dan kemudian berbisik, "Jangan pengen tau banyak-banyak ya! Gak bagus, mendingan gak tau apa-apa, tapi aman!"
Kening Venus bertaut, dia tidak mengerti, tapi kalimat terakhir dari Arka membuatnya harus membuat banyak pertanyaan yang tidak cowok itu jawab sekarang. Dia kembali menulis soal, dan sekarang mulai menjawab setiap soal dengan fokus. Sementara Venus harus menunggu, menunggu jam istirahat dan kembali bertanya pada Arka sampai mendapatkan jawaban yang dia inginkan, dan merasa lebih lega.
Venus kembali menghela samar, ini yang kesekian kalinya karena bingung dengan rasa penasaran yang dia punya begitu tinggi. Entah siapa yang menatapnya sampai seperti itu, dan kenapa pula dia menghilang begitu cepat?
"Saya rasa cukup sampai di sini pertemuan kita ya, sudah waktunya untuk istirahat. Bel gak bunyi juga karena lagi rusak, kita sudahi pertemuan kali ini, tugasnya di jadikan pekerjaan rumah ya!" ucap Pak Sam.
"Siap, Pak!!"
"Baik, selamat siang, dan selamat menikmati makan siang semuanya!" Lambaian tangan dia berikan dengan senyum yang begitu lebar. Pak Sam mulai melangkah pergi, meninggalkan kelas yang langsung berubah menjadi pasar.
Hampir semua siswa di kelas ini beranjak dan pergi untuk makan siang yang kedua kalinya di jam dua siang. Sementara beberapa dari mereka memilih membuka bekal makanan di kelas.
Venus beranjak ketika Arka dan Ria beranjak dari kursi. Mereka bertiga pergi menuju kantin sekolah yang masih buka. Katanya buka sampai malam, entah untuk apa buka sampai malam seperti itu. Padahal sekolah sudah sepi di jam lima sore.
"Halo! Mau pesen apa adik-adik yang imut ini?" ucap pria paruh baya yang masih terlihat negitu bersemangat.
Venus yang melihat, dan baru saja duduk itu terkekeh kecil. "Pak Ndut, aku mau nasi kuningnya ya satu sama air mineral botol aja kok!"
"Siap! Buat Mas Arka, sama Ria ini mau pesen apa?" logat Jawa Pak Ndut terdengar lebih kental, entah kenapa orang ini selalu memakai logat yang berbeda-beda setiap kali bertemu. Hal itu membuat Venus semakin bingung, selalu saja terkejut.
"Mie ayam Pak, yang banyak kecapnya!" sahut Ria dengan penuh semangat.
"Nah! Kalau aku sih... sate ayamnya ya Pak, kasih dua lontong aja. Es teh manis yang gak terlalu manis, esnya juga dikit aja, terus... jangan lupa kerupuk sama bumbu kacang yang banyak ya Pak!" itu suara Arka, dia lebih cerewet sekarang. Padahal tadi sewaktu di kelas begitu dingin pada Venus.
Venus menatap Arka kesal ketika Pak Ndut pergi menuju tempatnya berjualan. Tatapan tajam itu dia berikan sampai membuat Arka menatapnya bingung. "Kamu belum jawab pertanyaanku tadi," ucap Venus tanpa basa-basi.
"Emang nanya apa? Kok gue gak ngerti?" kening Ria sedikit bertaut, menatap Venus, dan Arka secara bergantian untuk beberapa detik. "Heh! Nanya apa?"
"Soal jendela." Venus menghela samar, posisi duduknya dia ubah menjadi lebih nyaman agar bisa menatap Arka, dan Ria dengan leluasa.
Arka nampak aneh sekarang, ekspresinya yang datar. Seakan-akan tidak tertarik dengan pembicaraan kali ini, tapi nampak jelas jika dia tidak suka dengan topik yang Venus bawa sejak di kelas tadi.
"Ria, kenapa jendela kelasnya gak pernah bisa di tutup?" kening Venus bertaut ketika menatap Ria. "Herannya tuh waktu gue tutup, udah bener-bener gak ada orang di sekolah, cuman ada Pak satpam yang lagi beres-beres di deket pager sekolah. Besoknya pas gue dateng ke sekolah, baru aja dateng, bener-bener cuman gue sendirian. Pager sekolah masih di kunci, gak lama satpam dateng. Pintu pagar di buka, terus gue langsung lari ke kelas. Kelasnya masih di kunci, tapi yang makin bikin gue penasaran itu jendela kelas kita. Beneran masih di buka, padahal gue yakin banget kalau udah gue kunci."
"Lo... beneran gak tau rumor tentang... kelas kita?"
Venus menggeleng, dan jawaban itu membuat Arka menghela berat. Cowok itu menggelengkan kepalanya pelan sebelum akhirnya angkat suara, "Dulu katanya ada tragedi mengenaskan di sana. Gue gak ngerti beneran atau engga, tapi udah turun -temurun ceritanya. Percaya gak percaya, jendela itu gak pernah bisa di tutup."
Venus terdiam, semakin dia pikirkan, semakin sesuai dengan apa yang baru saja dia lihat. "Gak mungkin kan yang gue liat tadi itu arwah penasarannya?"
"Hah! Demi apa?" Ria mencondongkan tubuhnya, kedua tangan gadis itu juga di lipat tepat di atas meja. Ekspresinya nampak begitu penasaran, "Kenapa-kenapa? Siapa yang lo liat? Gimana bentuknya?"
"Waktu liat ke luar jendela itu cepet banget, tapi pas liat ke papan lagi tuh baru sadar kalau liat orang. Gue coba liat lagi gak ada, bener-bener gak ada siapa-siapa, tapi gue yakin ada yang liatin gue. Cowok deh kalau gak salah, seragamnya sama, tapi... kaya kotor aja gitu."
"Hm, kayanya pengen kenalan doang deh."
"Apa pun itu, gak usah di pikirin Ven!" ucap Arka datar, "Mau lo dapet gangguan, sapaan, di kasih liat wajah atau apa pun itu pokoknya, jangan nyoba buat cari tau!"
"Kenapa?" kening Venus bertaut.
"Mendingan jadi orang yang gak tau apa-apa, udah itu aja yang perlu lo inget!"
"Nah! Bener Ven, bener yang di bilang Arka. Mendingan gak tau apa-apa ketimbang lo tau apa-apa, tapi malah bikin masalah baru."