webnovel

Chapter 01 : Putra Bintang

Semuanya benar-benar sangat gelap. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi. Segalanya benar-benar berjalan ke arah yang dirinya tidak ketahui.

Dia - Déndro Vròchi - masih ingat dengan jelas, kalau hal terakhir yang terjadi padanya itu, ialah kematian setelah bertarung mati-matian melawan temannya sekaligus rivalnya - Achilles - ketika perang antara Trojan dan Achean terjadi.

Waktu itu, akibat hubungan yang dimiliki oleh Nigeraco Empire dengan Trojan, Déndro di kirim untuk membantu para Trojan, untuk menculik Helen of Troy dari bangsa Achean.

Dan, dia benar-benar yakin, kalau waktu itu dirinya seharusnya sudah mati.

Namun, dirinya yang seharusnya mati, kini dia merasa seperti sedang melayang tanpa arah tujuan sama sekali, di suatu tempat yang menurutnya sangat indah, karena hal itu merupakan presentasi dari keberadaan ayahnya sendiri, yang benar-benar sangat dirinya kagumi.

Meski begitu, walaupun dia memang mengagumi tempat tersebut, akibat dari kemiripannya antara tempat itu dengan ayahnya, tetapi dirinya masih tetap bertanya-tanya, tentang mengapa dirinya bisa sampai di tempat ini.

Dimana, ketika dirinya sedang memikirkan hal itu untuk kesekian kalinya, pada waktu itu pula, seluruh ruangan yang ada di sekitarnya mulai menjadi terdistorsi, hingga berhasil membuatnya menjadi sangat waspada.

Semakin kemari, hal itu semakin menjadi-jadi. Hingga, pada saat segalanya menjadi semakin terdistorsi, Déndro segera menyadari, kalau dirinya sedang tersedot ke suatu tempat, sebelum dia menemukan dirinya yang tengah terjatuh dari atas langit.

"Sialan..." Dia hanya bisa mengutuk saja, ketika menyadari seberapa tinggi dirinya saat ini berada, dan untuk memperburuk hal itu, dia benar-benar sedang tidak memegang tom-

Namun, pemikirannya itu segera terhenti di tengah jalan, ketika sebuah tombak mewah dan megah yang sangat berapi-api dan mematikan muncul entah dari mana, di dekatnya, yang tentunya segera dirinya gunakan untuk dijadikan sebagai sebuah skateboard, yang entah bagaimana berhasil melayang di udara.

"Huhh... apa yang sebenarnya sedang terjadi?" Déndro hanya bisa menggumamkan hal itu dengan nada penuh keletihan saja, sebelum matanya segera tertuju pada suatu kota yang tampak aneh, tapi entah mengapa seperti pernah dirinya lihat sebelumnya.

"Ini hanya perasaanku saja, atau kota itu memang mirip dengan sesuatu hal yang dulu pernah dikatakan oleh Ayahanda?"

Ya, itu benar sekali. Kota yang sedang di tatap oleh Déndro benar-benar sangat tidak biasa sama sekali, karena selain berada di tengah-tengah sebuah danau besar, tapi arsitektur bangunannya pun benar-benar membawa angin segar kepadanya, karena sangat berbeda dibandingkan dengan arsitektur yang biasa dirinya lihat.

"Sekarang, apa yang harus aku lakukan?" Déndro menggumamkan hal itu dengan penuh kebingungan, ketika dia mengarahkan arah tombaknya itu ke suatu tempat, yang terlihat memiliki acara yang tidak terlalu dirinya suka.

"Mengapa gadis itu diperlakukan dengan sangat buruk oleh orang-orang? Apa ini diskriminasi seperti yang sedang aku pikirkan?"

Namun, meskipun hal itu memang agak mengganggunya, Déndro masih memutuskan untuk membantu gadis itu, hanya karena dirinya tidak bisa membiarkan hal tersebut, terutama karena dia adalah putra tertua dari Kaisar Bintang dan Hero of Fate yang paling disegani di seluruh Yunani, Astèri Vrochì.

.....

....

...

Collei tidak tahu mengapa dirinya harus menjalani seluruh hal ini.

Pada awalnya, dia berhasil mendapatkan kehidupan yang bahagia bersama dengan keluarga yang sangat mencintai dirinya, di Tanah Kebijaksaan, Sumeru.

Namun, seluruh hal itu berubah dalam waktu yang sangat cepat, setelah dirinya diketahui didiagnosis suatu penyakit yang tidak di kenal, hingga membawanya pada seorang peramal, yang mana peramal ini akan membawa awal neraka bagi dirinya.

Bukannya di obati seperti yang peramal itu janjikan pada kedua orang tuanya, dirinya malah dijadikan sebagai kelinci percobaan, sepertinya oleh orang-orang yang berasal dari Fatui, yang tampaknya berada di bawah pimpinan dari salah satu The Eleven Fatui Harbingers, yang kedua di antara mereka, yaitu...

Il Dottore.

Hari-hari itu begitu teramat menyakitkan sekali, hingga entah bagaimana, dirinya berhasil melarikan diri dari tempat terkutuk tersebut.

Dimana, hal yang menunggunya setelah terbebas dari hal tersebut, hanyalah tatapan jijik dan sikap yang sangat buruk dari orang-orang yang dirinya temui, sampai-sampai membuatnya bertanya-tanya, tentang alasan mengapa dirinya harus melalui semua hal ini.

'Apa salahku? Mengapa semua orang memperlakukan dengan sangat buruk? Kemana para Dewa? Mengapa dia membiarkan hal ini terjadi padaku? Apa karena penyakitku ini? Mereka jadi sangat jijik kepadaku?'

Namun, meskipun dirinya terus mempertanyakan hal itu pada dirinya sendiri, Collei masih tetap berjalan melalui jalan setapak yang hanya disinari oleh cahaya rembulan, sambil terus mengabaikan orang-orang yang ada di sekitarnya.

Tentu saja, hal itu berhasil menyulut amarah salah satu orang itu, yang ketika ingin mengangkat tangannya untuk memberi isyarat kepada para penjaganya untuk menghentikan Collei, pada waktu itu, api merah segera menyala di sekitar Collei, di mana seolah-olah api tersebut sedang mencoba untuk melindungi dirinya dari orang-orang yang sedang mencoba untuk menyerangnya.

'Hangatnya...' Untuk kesekian kalinya dalam waktu yang lama, Collei kembali merasakan kehangatan yang sama ketika dirinya masih tinggal bersama dengan kedua orang tuanya.

Namun, hal itu tidak berlangsung lama, terutama setelah mendengar suara darah dapat di dengar dari arah luar dinding api yang melingkarinya ini dan bau daging yang terbakar, dapat tercium dengan sangat pekat oleh dirinya.

"Huhh... Seperti yang sudah aku duga, orang-orang ini hanyalah sekumpulah sampah yang hanya bisa menggertak yang lemah saja."

Dengan agak takut, Collei dengan penuh kehati-hatian dan waspada segera mengalihkan pandangannya ke arah dari mana suara itu berasal, hanya untuk menemukan seorang pria muda, kira-kira berada di akhir masa remajanya, yang dengan santainya berjalan menuju ke arahnya, tanpa peduli sama sekali dengan api yang ada di sekitar sana.

Pria itu memiliki perawakan yang cukup tinggi dengan kulit putih yang agak pucat dan mempunyai sebuah luka cakaran di bagian mata kirinya, dengan mata setajam raptor yang berwarna aqua keemasan, rambut agak panjang hijau berombak yang memudar menjadi emas di ujungnya, di mana terlihat ada sebuah syal putih beraksen aquamarine yang terlilit di dahinya, dan sepasang telinga hewan yang serasi dapat di lihat di atas kepalanya.

Pakaian yang dirinya kenakan benar-benar terlihat seperti seorang pejuang, yang agak kontradiksi akibat jubah mewah yang berada di bagian paling atasnya, tapi yang paling menarik perhatian Collei adalah tombak megah, mewah, dan sangat mematikan, yang dengan santai dirinya bawa di pundaknya, serta sebuah perisai berbentuk bintang dapat di lihat menggantung di bagian punggungnya.

"Keren..." Tanpa sadar, Collei menggumamkan pemikirannya itu dengan suara yang sangat pelan, yang sepertinya masih dapat di dengar oleh pria itu, dan hal tersebut hanya membuatnya tersenyum kecil saja.

"Terima kasih atas pujianmu itu. Tapi sebelum itu..." Pria tersebut kemudian segera menghentikan dirinya sendiri, pada saat dia terlihat mulai memutar tombaknya itu sekali, yang pada waktu yang bersamaan pula, seluruh api yang berada di sekitar mereka mulai menyala dengan semakin meriah dalam hitungan detik, sebelum seluruh api tersebut lenyap dengan sangat cepat, di mana ketika api itu lenyap, pria tersebut akhirnya melanjutkan kembali kata-katanya:

"Namaku Déndro Vrochì! Aku adalah putra tertua dari Pahlawan paling terkemuka yang ada di Yunani, Astèri Vrochì!" Dia mengatakan hal itu dengan nada penuh kebanggaan, sebelum melanjutkannya dengan nada yang menjadi agak lembut: "Dan, siapa kamu?"