webnovel

Perhiasan Yang Hilang

Hari ini Yurika ke acara pernikahan temannya, ia sedang bersiap-siap. Memakai dress selutut, lalu wajahnya ia poles dengan makeup yang tebal untuk menutupi jerawatnya.

"Sudah siap, Ma?" Tanya Tristan.

"Belum, Pa. Sebentar lagi."

Yurika masih saja berdiri di hadapan cermin, menurutnya penampilannya masih ada yang kurang. Yurika berusaha mengingat-ingat.

"Oh iya, belum pakai perhiasan!" Gumam Yurika.

Yurika pun membuka lemarinya, lalu membuka kotak perhiasannya. Alangkah terkejutnya saat ia melihat tak ada perhiasannya di dalam kotak itu.

"Pa!" Yurika memanggil Tristan. Tristan pun langsung menghampiri istrinya itu.

"Ada apa sih Ma, teriak-teriak?" Tanya Tristan yang sedikit panik.

"Perhiasan Mama kemana?" Tanya Yurika sambil mencari-cari ke dalam lemari.

"Lho, Papa nggak tau!"

Yurika menurunkan semua pakaiannya, ia berharap perhiasan itu berada di dalam lipatan-lipatan baju, mungkin ia lupa menyimpannya, tapi ternyata tidak ada.

"Ya Allah, kemana kalung, cincin dan gelangku?" Ucap Yurika seraya meletakkan kedua tanggannya di atas keningnya.

"Mungkin Mama lupa menyimpannya!" Ujar Tristan.

"Tapi sudah Mama cari-cari, nggak ada Pa! Mama harus cari kemana lagi?"

Tristan pun ikut mencari ke sudut kamar, mungkin saja terselip di tempat lain, namun tidak juga ditemukan.

"Coba Mama ingat-ingat, kapan terakhir kali Mama memakainya?

Yurika mencoba mengingatnya kembali, memang sudah lama ia tidak memakai perhiasan itu makanya ia tak mampu untuk mengingatnya.

"Mama lupa, Pa. Nggak tau kapan terakhir kali Mama pakai."

Yurika memakainya jika ingin ke acara pernikahan dan ketika berkumpul dengan teman-temannya saja, selain itu ia tidak pernah memamerkan perhiasannya. Perhiasan itu adalah pemberian Tristan, hadiah pada saat mereka merayakan ulang tahun pernikahan setahun yang lalu.

"Jangan-jangan ... "

"Jangan-jangan apa?" Tristan memotong pembicaraan Yurika.

"Jangan-jangan dicuri oleh Vania!"

"Tidak mungkin!" Bantah Tristan. Munurut Tristan, tidak mungkin Vania melakukan itu, karena Vania itu wanita baik-baik, bukannya seorang pencuri.

"Mungkin aja, Pa!"

Yurika langsung menghampiri Vania yang sedang menyetrika di belakang.

"Vania!" Panggil Yurika dengan suaranya yang lantang.

Vania pun kaget, karena tak biasanya Yurika memanggil dirinya seperti itu. "Ada apa, Mbak?"

"Kamu mencuri perhiasan saya ya?" Yurika langsung menuduh Vania yang mengambilnya.

Vania pun terkejut, ia tidak tahu menahu tentang perhiasan itu, lalu tiba-tiba langsung dituduh begitu saja.

"Saya nggak tahu tentang perhiasan itu, disimpannya saya nggak tau, bentuknya pun saya nggak tau dan saya juga nggak ngambil perhiasan itu." Jelas Vania dengan suara gemetar karena menahan tangisnya.

"Kan yang kerja disini hanya kamu, terkadang saya tidak ada di rumah, biasa aja kan kamu ngambil!"

"Tapi saya nggak ngambil, Mbak!"

"Ma, sudah! Mama kok asal menuduh Vania sih? Papa yakin, Vania nggak seperti itu!" Ucap Tristan yang membela Vania, karena ia tahu Vania tidak akan berbuat seperti itu.

"Kenapa Papa bisa yakin kalau Vania nggak seperti itu?" Marah Yurika.

"Ya sudah, Mama tenang dulu! Kita cari-cari lagi di seluruh rumah, semoga aja ada."

Vania pun membantu mencari di seluruh rumah, mulai dari ruang tamu, ruang tengah, ruang makan, sampai ke dapur, namun perhiasan itu tak juga ditemukan.

"Nggak mungkin perhiasan itu bisa berpisah dari kotaknya kalau bukan diambil orang!" Ketus Yurika.

Kini rumahnya sudah berantakan, bahkan lebih parah dari kapal pecah, karena Yurika penasaran dengan satu set perhiasan miliknya itu.

"Sekarang, saya mau periksa kamar kamu!" Ucap Yurika pada Vania.

"Ma!" Ucap Tristan sambil melototi sang istri, ia tidak enak terhadap Vania yang kamarnya ingin diperiksa.

Vania tidak dapat berkata-kata lagi, ia pun pasrah saja ketika Yurika meminta kamarnya untuk diperiksa. Yurika masuk ke dalam kamar Vania yang berada di rumah mertuanya, ia membuka lemari dan lacinya, namun tidak ada. Yurika pun mencari ke tumpukan pakaiannya, namun tak juga ia temukan.

"Ada apa sih, Yuri?" Tanya Ibu Rani.

"Satu set perhiasan aku nggak ada, Bu. Aku yakin Vania yang mencuri perhiasan aku!"

"Nggak Bu, aku nggak mencuri perhiasan itu."

"Lalu siapa? Nggak ada orang lain yang masuk ke rumah aku, selain kamu!" Sembur Yurika.

Vania duduk lemas di atas ranjangnya, ia pun menangis karena dituduh mencuri. Tristan yang melihat Vania sedang menangis, ingin sekali memeluknya, namun keinginannya itu hanya terwujud dalam angannya saja.

"Aku yakin, perhiasan itu sudah kamu jual kan untuk membayar hutang-hutang suami kamu dan untuk biaya hidup kamu sehari-hari?"

"Astaghfirullahaladzim Mbak, aku nggak pernah mencuri sekalipun keadaan aku kekurangan!" Tegas Vania yang masih saja berurai air mata.

"Mama dengarkan, Vania nggak mungkin mencuri!" Ujar Tristan.

"Ahh Papa dari tadi terus saja membela dia!"

"Mulai saat ini, kamu nggak usah kerja lagi di tempat saya!" Seru Yurika.

Vania pun harus menerima kenyataan bahwa ia diberhentikan, diberhentikan karena kesalahan yang tidak sama sekali ia lakukan.

Yurika masih terus mencari perhiasannya itu di seluruh sudut ruangan kamar Vania.

"Mungkin kamu lupa menyimpannya Yuri!" Ujar Ibu Rani.

"Nggak, Bu. Aku selalu menyimpannya di dalam kotak perhiasan di dalam lemari." Tekan Yurika. Ia merasa tidak pernah menyimpannya di tempat lain.

Selama Vania bekerja di rumah Yurika, Vania tidak pernah membuka lemari milik majikan yang juga merupakan kakak iparnya itu, kalau membersihkan lantai kamarnya saja, ia buru-buru karena takut terjadi hal seperti ini.

Kini kamar Vania pun berantakan, Yurika tidak bertanggung jawab membereskannya lagi. Ia sudah kembali ke rumahnya.

"Sabar ya Van, aku tau kamu nggak mungkin melakukan itu." Ucap Tristan yang mencoba menenangkan adik iparnya itu.

"Iya, aku nggak melakukan itu."

Tristan pun membantu Vania membereskan kamarnya yang berantakan itu. Vania berusaha mengingat-ingat, selama ia bekerja, tidak ada orang yang masuk ke rumah Yurika, 'tapi mengapa perhiasan itu bisa hilang? Apa ini hanya skenario Yurika, agar dia bisa memberhentikan aku bekerja?' Batin Vania bertanya-tanya. Vania jadi berpikiran buruk tentang Yurika.

'Mbak Yurika memang kejam, bisa-bisanya ia memfitnah aku.' Ucap dalam hati Vania.

Dari mulai Vania yang sering dihina dan Arzan yang sering dihardik dan dimarahi, lalu sekarang Vania malah difitnah. 'Mbak Yurika memang keterlaluan!' Batin Vania. Vania jadi benci terhadap kakak iparnya itu, seolah kesabarannya selama ini telah habis.

Yurika kembali ke kamae Vania, ia melihat suaminya yang sedang membereskan kamar Vania.

"Pa, kok Papa malah membereskan kamar dia sih? Sedangkan rumah kita juga kan berantakan!" Marah Yurika. Tristan pun menyudahinya, ia langsung kembali ke rumahnya.

Vania kembali berurai air mata, lalu Arzan datang dan langsung memeluk sang mama. Arzan yang menjadi sumber kekuatannya selama ini.

"Ma, sabar ya! Arzan tau, bukan Mama kan yang mencuri."

Vania pun berusaha tersenyum sambil menangis, "iya Sayang, Mama nggak pernah mencuri sekalipun kita kekurangan harta."