webnovel

BAB 2

Amora Club,.

Liam keluar dari mobilnya. Sejenak, Pria itu mengedarkan pandangannya nampak sedang memperhatikan sekelilingnya lalu mulai melanjutkan langkah kakinya masuk kedalam klub tersebut.

Yah … sesuai janji dengan sahabatnya, Romi, kini Liam benar-benar mendatangi tempat tersebut. Tempat yang tidak begitu disukai oleh seorang Liam Sanjaya.

Liam akan lebih senang jika dirinya menghabiskan waktu dengan tumpukan berkasnya ketimbang harus bermalam di tempat seperti ini.

Namun, demi sahabatnya Liam merelakan satu malamnya terlewatkan dengan hal semacam ini.

"Hai tampan, butuh ditemani,.?" Ujar seorang wanita dengan pakaian kekurangan bahan. Liam menatapnya datar.

"Tidak!" Jawabnya dingin dan datar.

"Kau yakin? Ku sarankan untuk kau mencoba servis dariku. Dijamin kau ak…" wanita itu tidak punya kesempatan untuk melanjutkan kalimatnya karena Liam menyela cepat.

"Apa pendengarmu bermasalah, Nona,.?!" Tanya Liam dengan rahang mengetat.

Glek!

Wanita itu mendadak bungkam. Melihat tatapan tajam Liam untuknya membuat Ia seketika susah meneguk salivanya.

"Hey, dude,.!" Sapa Romi yang melangkah ke arahnya.

Mendengar suara sahabatnya sontak membuat Liam melepas tatapan tajamnya dari wanita tersebut.

"Aku hampir kembali, asal kau tahu,.!" Ujarnya kesal. Romi terkekeh namun pria itu malah menatap kearah wanita yang saat ini masih terlihat gugup.

"Hai sexy. Apa baru saja kau merayunya,.?" Tanya Romi. Wanita itu bungkam.

"Apa dia menolakmu? Ohh jika iya, jangan kecewa, hmm? Dia masih sedang belajar. Dia belum ter…"

Buughhh

"Ohhh shitttt,.!" Umpat Romi saat Liam memberi pukulan sedikit kuat pada leher belakang Romi.

"Diam! Atau aku akan benar-benar mematahkan lehermu,.!" Ujar Liam serius.

Sedangkan wanita itu, Ia sedikit terkejut saat melihat Liam begitu sensitif. Tidak ingin berurusan lebih jauh, Ia pun melangkah pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Sakit, brengsekkk!" Ketus Romi sambil mengusap-ngusap leher bagian belakangnya.

"Mau ku patahkan saja,.?!" Tanya Liam tanpa dosa. Romi mendelik.

"Kau benar-benar gila!!" Balasnya kesal. Liam tidak menggubris.

"Ayo masuk! Mereka sudah menunggu,." Ujar Romi sambil melangkah mendahului Liam.

Sedangkan pria itu, Ia turut melangkah di belakang Romi. Mereka melewati meja bartender disana dengan tujuan menuju meja tempat para sahabat mereka yang lainnya.

"Cherr, boleh minta tolong tidak?" Tanya Adi salah satu teman Cherry di tempat kerja. Gadis itu menoleh.

"Boleh. Mau dibantuin apa, Dy,.?" Tanya Cherry. Pria itu tersenyum.

"Tolong antarkan pesanan ini kemeja disana,." Tunjuk Adi kesalah satu meja yang saat ini dihuni oleh tiga pria paruh baya.

Cherry ikut melarikan pandangannya, memperhatikan meja yang ditunjuk oleh Adi barusan. Cherry melakukannya karena gadis itu tidak ingin salah meja.

"Okay! Akan ku antarkan,." Ujar Cherry.

"Thanks,.!" Adi dengan senyum tampannya. Cherry hanya mengangguk saja.

Setelahnya, Cherry mulai menyambut nampan yang berisi tiga gelas panjang dan dua botol minuman beralkohol disana.

Gadis itu mulai melangkah dengan hati-hati, takut jika apa yang saat ini Ia bawa akan jatuh dan tumpah. Jika itu terjadi, Cherry pasti akan dituntut untuk ganti rugi.

Hah! Masih membayangkannya saja, Cherry sudah bergidik. Pasalnya, minuman yang saat ini Ia bawa, itu adalah minum yang harganya sangat fantastis.

Selang beberapa menit, Cherry sampai di meja tujuannya. Gadis itu mengulas senyum tipis saat ingin menyapa.

"Permisi, Tuan,." Ujar Cherry.

Seketika ketiga pria itu menoleh lalu menatap Cherry. Namun salah satu diantara mereka, kini menatap Cherry dengan tatapan laparnya.

Pria botak berkacamata itu mengeluarkan tatapan mesumnya. Cherry menyadari namun dia berpura-pura tidak tahu.

"Hai cantik, mau temani Om,.?" Ujar pria tersebut sambil meremas sensual bokong sintal milik Cherry.

Mendapat perlakuan seperti itu membuat Cherry merasa tidak nyaman. Gadis itu menepis pelan tangan laknat pria tersebut.

"Maaf, saya tidak bekerja seperti itu. Cherry hanya bertugas untuk mengantar minuman, Tuan,." Jawab Cherry masih bersabar.

Pria itu mencemooh saat mendengar ucapan Cherry. Bahkan saat ini, Ia menatap Cherry dengan tatapan remehnya.

"Tidak usah jual mahal. Aku paham akan trik wanita murahan sepertimu. Mau ku bayar berapa untuk memuaskanku malam ini, huh,.?!" Ujar pria tua itu.

Sungguh, Cherry benar-benar geram. Andai saja Ia tidak memikirkan nasibnya yang akan dipecat, gadis itu pasti sudah menampar pria tersebut.

'Astaga, bahkan dia tidak sadar dengan umurnya yang mungkin sebentar lagi akan berakhir. Sudah bau tanah seperti ini masih saja bertingkah,.!' Batin Cherry mengatai.

"Kalau begitu, saya permisi Tuan,." Ujar Cherry sambil menghindar dari tangan pria tua itu yang hendak kembali menyentuh bokongnya.

Cherry melangkah meninggalkan meja tersebut dengan perasaan dongkolnya. Sementara tak jauh dari meja tersebut seorang pria sedang memperhatikannya sejak beberapa saat yang lalu.

"Yakin, tidak mau minum? Disini tidak ada jus, Dhan! Jangan aneh-aneh,." Ujar Malvin. Liam mendengus.

"Aku lupa membawanya dari rumah, Liam. Maafkan aku,." Imbuh Romi penuh drama sarat akan ejekan.

Ucapan Romi barusan sontak membuat Marvil menyemburkan tawanya. Pria itu seakan puas saat melihat wajah merah pada Liam.

"Kalian semua benar-benar menyebalkan,.!" Gumam Liam sambil beranjak bangun dari sana.

"Hey! Hey! Aku bercanda! Kau mau kemana, huh!" Tanya Romi panik.

Dia mengira jika Liam beranjak karena ingin pulang akibat dirinya dan Malvin yang terus bertingkah menyebalkan.

"Toilet! Mau menemaniku,.?!" Tanya Liam dengan mengangkat sebelah alisnya.

Refleks, Romi melepas cekalan tangannya pada lengan Liam. Pria itu mendengus kesal karena merasa jika Liam membalasnya.

Toilet Wanita,.

"Hah! Andai saja ada pekerjaan yang lain, aku tidak akan mau bekerja ditempat seperti ini,.!" Gumam Cherry sambil mencuci tangannya disana.

"Sudah tua! Buncit! Mesum lagi! Uuchh rasanya pengen aku ceki saja biar mati sekalian,." Ia terus bergumam kesal.

Gadis itu terus mengomel sendiri didepan cermin disana. Ia masih sangat kesal gara-gara kembali mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari pengunjung yang kurang ajar seperti beberapa saat lalu.

Menit berlalu, Cherry meraih tisu disana. Ia mengelap kedua tangannya kemudian melangkah keluar dari dalam toilet.

Wajah cantiknya tertekuk. Ia terus melangkah melewati lorong disana sehingga membuat Cherry tak memperhatikan jalannya.

Buuugghhh

"Oouhhh,." Cherry mengeluh akan rasa sakit pada bokongnya yang kini mendarat sempurna pada lantai dingin disana.

"Maaf! Maaf! Saya tidak sengaja,." Ujar pria itu dengan suara baritonnya.

Sally mendongak, Ia menatap pria yang baru saja menabraknya. Tidak! Lebih tepatnya dia lah yang menabrak.

"Tidak apa-apa, Tuan. Saya baik-baik saja,." Ujar Cherry sambil beranjak bangun. Liam reflek membantunya.

Yah … pria itu adalah Liam. Ia hendak melangkah menuju toilet namun tak sengaja Ia dan seorang gadis bertubrukan di sana sehingga membuat gadis mungil itu terjatuh.

Liam memandang lekat wajah cantik itu. Tinggi Cherry yang hanya sebata dagunya membuat gadis itu terlihat semakin mungil.

'Ya Tuhan, dia tampan sekali,.' Batin Cherry mengagumi.

"Kalau begitu, saya permisi. Sekali lagi saya minta maaf, Tuan karena kurang berhati-hati,." Ujar Cherry mengakui kesalahannya.

Liam diam tak bergeming. Sedangkan Cherry, ketika dirinya tidak mendapat jawaban apapun dari pria itu, Ia pun mulai melangkah melewati Liam.

'Cantik! Hanya saja, kenapa dia memilih bekerja ditempat seperti ini,.' Batin Liam mulai memperhatikan.

***