webnovel

Rumah

Éditeur: Wave Literature

Mu Qing tidak ingin memaksa Xing Jiu'an. Ada sesuatu yang dipikirkan oleh Xing Jiu'an, tapi sepertinya gadis itu tidak ingin memberi tahu dirinya. Hal ini membuatnya sedih dan merasa terbebani, tapi dia tak ingin memaksanya. 

Mu Qing tidak ingin membesarkan anak. Demi Xing Jiu'an yang tumbuh besar bersamanya, selama ini dia selalu memberinya perlindungan yang cukup. Tentu saja, Xing Jiu'an juga adalah anak yang baik. Meskipun Mu Qing merasa gadis itu telah membuat kesalahan besar, dia masih melindungi adik seperguruannya itu dari belakang seperti biasa. Namun, Xing Jiu'an sebenarnya jarang mengganggunya. Meskipun beberapa anak mengalami banyak kesulitan dalam hidupnya, tapi masih bisa tumbuh dengan baik dan penampilannya disukai banyak orang.

Mereka berempat akhirnya berhenti di luar kompleks rumah susun Xing Jiu'an.

"Jiu'an…" Ou Qi berlari keluar dari mobilnya. Dia berteriak dengan suara nyaring dan berlari ke arah Xing Jiu'an.

"Lagi-lagi aku ada urusan, aku lelah sekali! Jiu'an, cepat berikan aku tenaga! Aku bisa bangkit kembali dengan darah," ucap Ou Qi. Penampilannya selalu sangat energik. Sepertinya, dia sudah lupa bahwa sebelumnya saat berada di dalam mobil bersama Mu Qing, dia begitu gugup dan canggung. 

Xing Jiu'an kemudian memeluknya dengan nyaman. Tubuh Ou Qi sangat mungil dan juga sangat menggemaskan. Xing Jiu'an mengenakan topi bisbol saat ini, ditambah wajahnya sangat halus dan datar, sehingga mampu mengaburkan jenis kelaminnya. Keduanya saling berpelukan, sepertinya mereka berdua terlihat sangat cocok.

"Sudah, jangan peluk aku, gigiku sakit!" Lu Mingxi berpura-pura sakit gigi.

"Kupikir kamu hanya iri hanya karena aku dan Jiu'an punya hubungan dekat," balas Ou Qi tak mau kalah.

Xing Jiu'an hanya tersenyum melihat sikap mereka. Mereka hanya pergi selama beberapa hari, namun saat melihat Xing Jiu'an lagi, mendadak seolah gadis itu berubah menjadi seseorang. Xing Jiu'an yang dulu sangat memesona.

Ada urusan yang harus diselesaikan Ou Qi, namun Lu Mingxi dan Mu Qing tidak perlu pergi bersamanya. Setelah mengantar kepergian Ou Qi, mereka bertiga masuk ke dalam kompleks rumah susun itu dan naik ke unit Xing Jiu'an. Xing Jiu'an sebelumnya telah melakukan survei pada tempat ini dan melaporkan lokasinya cukup bagus, jadi tanpa pikir panjang, Mu Qing langsung membeli tiga lantai untuknya. Dia membiarkan Xing Jiu'an tinggal di mana saja diinginkannya.

Rumah Xing Jiu'an cukup banyak dan tempat ini mungkin yang terlihat agak buruk. Namun, Xing Jiu'an sepertinya menyukai tempat ini, bahkan dia sudah tinggal selama setengah tahun di sini. Dia tidak bisa tinggal di tiga lantai sendirian, bahkan dia tidak mau melewati tempat itu. Jadi, dia memutuskan tinggal di sebuah rumah kecil seluas seratus meter sendirian, sementara rumah yang lain diserahkan kepada Mu Qing agar mereka bertiga bisa memilih sendiri dan ditinggali.

Kompleks rumah susun ini sangat kuno, sehingga tidak memiliki lift. Mereka bertiga berjalan pelan-pelan. Tak ada suara lain selain suara langkah kaki mereka sendiri. Xing Jiu'an merasa sangat gugup. Dia tidak tahu harus berkata apa karena takut mengatakan sesuatu yang salah. Lu Mingxi lagi-lagi menatap Mu Qing dan Xing Jiu'an bergantian. Entah apa yang sedang terjadi, tapi melihat dari situasinya, dia tidak lagi mengatakan apa-apa dan berjalan di belakang mereka berdua.

"Kakak seperguruan…" Xing Jiu'an membuka suara setelah beberapa saat kemudian. Suaranya tidak sejelas sebelumnya. Sepertinya hidupnya sudah berubah dan membuatnya tertekan. "Aku ingin istirahat sebentar. Malam ini aku harus mengemudi."

Tentu saja Mu Qing tahu apa yang dimaksud Xing Jiu'an dengan mengemudikan mobil. Namun, dengan situasi Xing Jiu'an sekarang dia menjadi tidak tenang.

"Baiklah…" balas Mu Qing. Dia hendak mengulurkan tangan dan membelai rambut Xing Jiu'an. Namun sebelum dia mengulurkan tangannya, dia menahannya dan mengurungkan niatnya.

***

"Tuan Muda Kedua, dua hari lagi ada lomba balapan di Yunshan, diadakan oleh klub balap terbesar di ibu kota. Kedengarannya sangat menarik. Apa Anda mau pergi menonton lomba itu?"

Saat mendengarkan kata-kata orang di hadapannya, Putra Kedua Keluarga Huo menundukkan kepalanya, seolah tidak mendengarnya.