webnovel

Bagian 2

"besok kita kerja kelompok lagi yuk! "

zahra dan nala saling mendengus "ogah!"

mereka saling jalan bersisian.

"plis dong nal, ra.. "

"itu mah bukan kerja kelompok, tapi main main..ujung ujungnya bikin becandaan gak jelas" ucap nala

"betul " zahra setuju. nala langsung ngernyit dahi ke zahra "kamu juga sama!" ketus nala, zahra tertawa. "tau nih karin"

"lah kok gua"

"anyway besok dirumah ara aja" usul rani

"jaah kok aku lagi sih"

"ya trus siapa dong"

"nala aja "

" kagak ah! di rumah gue sumpek, lu mau di taro loteng?"

"kalo nggak di rumah rani"

"jangan, dirumahku mau ada pengajian besok"

"pengajian mulu, kemarin potong rambut, sekarang potong sapi?!"

"lu sendiri rin"

"gue emang nggak bisa"

"yaudahlah kita ngampar aja di sawah!"

"pfft" nala dan rani geli,

Dengan penuh kelapangan hati zahra pun menghela nafas damai "yaudah dirumah ku aja"

"serius?!"

"wih sisi malaikat ara"

"lagi baik dia"

"sparkling gitu wajahnya"

"kayak iklan ponds"

"horeee"

"nasi uduk gratisss!!"

"bayar lah!"

###

"Assalamualaikum" ucap zahra, saat memasuki mulut pintu yang sudah terbuka sejak awal, Alas kakinya dilepas, tas pun gugur dari punggung, "bu.. " zahra berjalan masuk, ".. ara pulang"

Zahra mencari ibunya di dua kamar, namun tidak ia temukan, ia berjalan ke dapur. "Maaf ya bu la--" tiba tiba matanya terbelalak melihat sang ibu tergeletak di lantai kamar mandi. "IBU!!" Zahra sontak menghampiri sang ibu, mengguncang guncang tubuhnya, berteriak memanggil, lalu berhujan air mata. Dari bibir tipisnya yang pucat, zahra bisa menebak bahwa ibunya sedang menahan sakit, sejak tadi...sejak ditelpon tadi!. Dan ia benar benar meninggalkannya untuk kesenangannya!

Ia sangat ketakutan, hanya ibu lah yang ia miliki sekarang. Ia takut ditinggal sendiri...

Ia menyesal.

Lima jam berselang zahra ketiduran didepan ranjang Ibunya, tepatnya saat ini ia sedang berada di rumah sakit. Dan ibunya diinfus, di hidungnya tertanam selang oksigen yang mempermudah baginya bernafas. Pipinya yang sembab itu tiba tiba disentuh oleh tangan ibunya. Sang Ibu sadar, meski seluruh tubuhnya masih sangat lemah, apalagi untuk menggerakkan anggota tubuhnya. Beliau coba menyentuh lagi pipi Anaknya, lemah, ia bermaksud menyeka air mata zahra yang masih bersisa di ujung matanya.

Zahra terbangun ketika ibunya coba membelai kepalanya. Zahra terkejut, ibunya tersenyum menyambut zahra. Zahra langsung mengangkat tubuhnya "i..ibu"

"Ara.."

"Ibu kenapa ditelpon nggak bilang kalo lagi sakit"

Ibunya tersenyum lemah, alat oksigennya jelas menghalangi keindahan senyumnya.

"ma-af nak, Ibu hanya nggak mau mengganggu belajar kamu"

"belajar apaan! aku cuma main main tadi, buang buang waktu.. kalo ibu tadi kasih tau, aku pasti cepet cepet pulang! bahkan dokter bilang ibu telat cuci darah kan... ibu maah" zahra kesal, ia mengucapkannya dengan air mata berjatuhan.

"maaf ya nak"

"aku yang harusnya minta maaf, kenapa ibu minta maaf mulu.. aku ini jahat bu, kenapa bu.. kenapa ibu seperti ini, ara nggak mau ditinggalin ibu, ara takut bu..kalo ibu pergi ara sama siapa " zahra meronta, memukul mukul ranjang dan menangis berat.

Ibunya memeluk zahra, mendekapnya dengan tangisan lemah.

Tepatnya zahra tidak ingin rasa kehilangan itu berulang lagi sekarang. Saat ketika ayah dan kakak semata wayangnya meninggal karna kecelakaan mobil dua tahun yang lalu. Ibu adalah seluruh yang ia punya sekarang, mulai dari saat itu, Ibu kerja mati matian untuk membiayai sekolah zahra, kerja dengan hanya jadi buruh cuci. Zahra yang sejak dulu tidak serius belajar kini pun berbalik seratus delapan puluh derajat, hingga ia mampu mencetak rekor terbaru sepanjang hidupnya, ia masuk lima besar dikelas dan ia mampu menghindar dari semua remedial yang biasa jadi langganan.

###

Nala melamun sambil melihat bangku kosong di paling depan barisan. Itu kursi zahra, sudah sangat berdebu dan usang bahkan beberapa anak yang sedang bercanda ketika menduduki bangku itu berakhir menyesal karna tangan dan roknya jadi kotor. Sudah tujuh hari lebih zahra tidak masuk sekolah, ketika ditanya oleh guru yang bisa ia jawab hanyalah "sakit" padahal ia tak benar benar tahu alasan sebenarnya teman terdekatnya itu absen. Guru dan siswa pun banyak yang menggosipi zahra macam macam, seperti yang sekarang nala dengar dari kumpulan gadis yang duduk didepannya "udah kayak sekolah sendiri aja"

"sebal banget gue, gara gara dia nggak ada, jadinya gue yang sering ditunjuk maju ke depan. Ditunjuk baca duluan, ditunjuk ngerjain ini itu, gerogi, tiap kali ada mata pelajaran"

"iya ya, kamu kan duduk dibelakangnya, dideretan paling ujung lagi"

"apalagi pak joko, dia kan sering banget nunjuk siswa dideretan paling ujung trus ke belakang"

" tegang ya.."

"ditambah lagi sekarang lagi banyak ulangan"

"eh temennya liatin tuh"

"udah udah.."

Nala melengos, pura pura tak mendengar, karin tiba tiba datang. Memukul mejanya coba mengagetkan, sayangnya nala nggak sama sekali kaget. "ett dah itu topi masih di pake aja" ucap karin, yang ia tahu upacara sudah dari lima belas menit lalu selesai. Nala meletakkan topinya ke atas meja.

Tiba tiba dua salon diatas menyala, suara Bu Sarah langsung terdengar dan jadi pusat perhatian "assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, harap untuk semua menyiapkan buku pelajarannya, jika masih ada yang diluar catat namanya dan kasih ke ibu. Untuk Karin Kelas 3B ditunggu kehadirannya di kantor, segera. Assalamualaikum" Salon mendadak mati

Karin dan nala terkejut. "apaan tuh ".

"bayaran?" nala menebak

"masa sih, perasaan udah deh... apa mungkin soal nilai gue yang anjlok itu?!" karin khawatir

Nala terdiam. Setidaknya kalau itu menyangkut nilai harusnya ia juga kena.

###

Dengan diselimuti perasaan tegang yang campur aduk, karin mau tidak mau segera memasuki ruang guru. Ramai, beberapa guru ada yang sedang makan ketoprak, ada yang mengetik, ada yang sibuk dengan anak anak muridnya, ada juga yang sedang dihukum karena telat upacara.

Sebenarnya apa alasan ia dipanggil, akankah alasannya sama dengan mereka yang tidak menaati peraturan dengan baik atau bayaran?

Karin deg degan ketika berhadapan dengan bu sarah. "maaf, ada apa bu?"

tepatnya beliau lah yang sedang sibuk mengetik. "kamu teman dekatnya zahra ya?"

"eh?"

" apa dia benar benar sakit? masalahnya sudah delapan hari loh dia nggak masuk.. tanpa keterangan jelas. Kami tahu dia sakit pun dari Nala, sebenarnya dia sakit apa? kalau sakit pun harus ada buktinya, nggak bisa hanya dengan keterangan dari teman dekatnya saja. "

Suasana ruangan itu yang semula ramai mendadak sepi, beberapa guru ada yang memusatkan perhatiannya ke karin dan tak sedikit yang mulai berkomentar dengan wajah kecut "dikira sekolah nenek moyangnya" sindir seorang guru sambil mengekeh

" kalian tuh sudah besar, kelas tiga jadi panutan buat adik kelasnya"

"kamu juga jangan ikut ikutan dia rin, ajak temanmu yang lain bujuk dia.. udah mau UN loh, april sebulan lagi!"

"aku nggak tahu bu"

bu sarah mengernyit "bagaimana mungkin kamu nggak tahu, nala saja memberi pengakuan zahra sakit? lantas pengakuan sakit itu dari mana?"

karin disudutkan, ia meremas roknya. " ayolah karin, ibu nggak mau lama lama ngurusin hal seperti ini, ibu banyak urusan, nilai kalian, rapor, try out, remedial."

karin menunduk, tangannya bersilang ke belakang, " kalian nggak lagi ada masalah kan?"tanya bu sarah, karin terkejut dan kembali terdiam.

Nala mendesah. Kedua pipinya dihimpit dua punggung tangan, Ia terlihat kebosanan meski suasana ramai kantin tak mungkin tak membuatnya sumpek. "tuh anak kemana sih tujuh hari nggak masuk sekolah, dikira sekolah nenek moyangnya apa"

karin, rani dan desta terlihat sibuk dengan akun medsos mereka.

"sakit apa sih tuh anak, kagak ngirim surat kagak apa" nala terus mendumel

tiba tiba karin ikut berkomentar, meski aslinya malas " masalahnya ya emang nggak ada bukti, kasi surat kek, telpon kek atau emaknya suruh kemari gitu, kan orang jadi percaya kalo dia sakit" ucap karin, rani melirik lirik sepanjang pembicaraan itu, yang akhirnya ia lebih memilih seru seruan di akun medsosnya. desta berbalik, ia justru meninggalkan dunia mayanya, melihat sembarang arah dengan tatapan malas, bel lama sekali bunyinya, ia sibuk mengetuk ngetuk jari sembari menunggu. Penantiannya tersampaikan, bel menggema seluruh ruangan hingga ke telinga telinga orang yang ada di kantin. Semua sibuk meninggalkan kantin, nala bangkit bersamaan karin, desta dan rani. "kita ke rumah ara yok"

karin menghah, "ngapain?"

"lu nggak penasaran apa sama dia.. lagian dia itu sahabat kita dari sd, dia itu nggak biasanya kayak gini, barangkali dia lagi kesusahan." rani setuju, desta di pertengahan (antara mau nggak mau), karin menghela napas " nih denger gue ya nala, dia itu nggak kena remedial, sedangkan kita kena remedial, siang ini kita kudu kerja kelompok lagi, kita harus persiapin diri lebih lebih kalo mau lulus UN! Bentar lagi UN woiii"

desta tiba tiba menyela "iya, karin ada benarnya.. kalopun ara butuh bantuan kita dia pasti minta bantuan kita sejak awal"

karin menggandeng desta, sedang rani ikut pendapat nala yang lebih memerdulikan zahra.

Di perjalanan pulang dari sekolah mereka pun beriringan ke rumah desta mengendarai matic masing masing. Nala membonceng rani, sedang karin memboncengi desta. Mereka berencana kerja kelompok dirumah desta. Namun ketika sampai di persimpangan akhir dekat rumah desta, nala berbelok kekiri. Rani kebingungan. "lah.. lah..kok belok nal?"

Nala ngebut. Pandangannya tertuju lurus, rumah zahra... tujuan utamanya.