webnovel

Funny Ghost

Mengisahkan tentang seorang pelajar SMA yang indigo bernama Gery, berawal ketika Gery dan teman - teman sekolahnya pergi study tour ke sebuah bangunan bekas keraton pada abad ke 17. Disana Gery bertemu dengan arwah Tjokro Adi Kusumo, seorang mahapati kerajaan yang tewas terbunuh saat perang melawan penjajah dari negri Belanda. Dengan dendam yang begitu besar, Mahapati Tjokro Adi Kusumo meminta bantuan Gery untuk hidup kembali demi membalaskan dendamnya pada keturunan Jendral Stephen Van De Rulls yang telah membunuhnya.. Apakah dendam Tjokro berhasil terbalaskan? trailer di youtube : https://youtu.be/-_rruLRCuqA

Sisca_sisi · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
19 Chs

Musnah

Hari itu sudah pagi, Gery, Tjokro dan Prabu Jayasakti yang merupakan Raja pada masa kejayaan kerajaan Kasaktian di abad 17, berkumpul di meja makan. Tjokro telah memperkenalkan Gusti Prabu kepada Gery. Mbo Sum menyediakan sarapan seperti biasanya. Namun hari itu Gusti Prabu telah berubah menjadi lebih rapi, rambutnya yang tadi malam panjang terurai kini sudah terlihat pendek seperti layak nya rambut bapak - bapak biasa. Sang Raja memang dikenal memiliki jurus merubah diri. Sehingga ia dapat mengubah dirinya menjadi lebih rapi dengan mudah, tidak seperti Tjokro yang harus di bawa ke Salon terlebih dahulu.

Sambil menyantap sarapan, Gery menanyakan apa yang terjadi tadi malam dan bagaimana caranya Tjokro bisa bertemu dengan Raja. Kemudian Raja mengatakan bahwa Tjokro sudah seperti bagian dari jiwa nya, kemana pun Tjokro pergi dia pun dapat mengetahui nya. Baginya Tjokro sudah seperti adik kandungnya sendiri yang harus selalu dia jaga.

"Dinda Patih ini sudah bersama saya sejak dia kecil, dulu saya masih menjadi pangeran", Sang Raja berbicara.

"Ya benar, Kanda Prabu telah mengajari saya banyak hal", tambah Tjokro.

"Oh.. Saya tersanjung Gusti Prabu mau menginap disini.. Ini seperti mimpi", Gery sambil menepuk - nepuk pipinya.

"Ah, saya yang seharus nya berterima kasih pada dik Gery, karena telah membiarkan Dinda Patih tinggal disini, dan saya juga diperbolehkan menginap", sang Raja berterima kasih.

Setelah selesai makan, mereka pergi ke taman belakang rumah untuk latihan beberapa jurus yang akan mereka gunakan untuk memusnahkan arwah Jendral Stephen. Dari jauh Mbo Sum dan Mang Ujang mengintip, mereka sangat terkejut melihat kekuatan Tjokro dan Raja nya. Kemudian Gery melihat tingkah Mbo Sum dan Mang Ujang yang sedang mengintip. Gery meminta Tjokro dan Prabu Jayasakti berhenti berlatih karena mereka sedang di intip. Dengan menjentikkan jari, Tjokro menghipnotis Mbo Sum dan Mang Ujang agar mereka melupakan apa yang mereka lihat barusan.

Terdengar suara dering HP Tjokro yang saat itu di pegang oleh Gery. Ternyata Michelle telah menelponnya. Gery langsung memberikan telepon itu kepada Tjokro. Lalu Tjokro pun berbicara pada Michelle. Gery kembali duduk di kursi taman belakang rumahnya itu. Kemudian Sang Raja menghampirinya dan ikut duduk di sampingnya. Ia menanyakan mengapa Gery terlihat kebingungan. Lalu Gery menjelaskan bahwa ia tidak tau bagaimana caranya memberitahu Tjokro bahwa Michelle adalah keturunan dari musuh besarnya itu.

"Biarkanlah Dinda Patih tau dengan sendirinya", Sang Raja berkata sambil menepuk pundak Gery.

Setelah berbicara dengan Michelle melalui telepon, Tjokro menghampiri Gery dan Prabu Jayasakti. Ia memohon izin untuk bertemu dengan Michelle, karena Michelle meminta bantuannya untuk menjemputnya. Prabu Jayasakti memberikan izin dan meminta Tjokro agar tetap berhati - hati. Tjokro pun langsung mengambil mobilnya dan pergi meninggalkan rumah.

Diperjalanan ia melihat Alex yang sedang diganggu oleh beberapa preman yang sedang memerasnya. Melihat hal itu Tjokro langsung turun dan membantu Alex menghajar preman - preman itu. Kemudian preman - preman itu pun pergi melarikan diri.

"Thanks ya Cok, lo udah bantuin gue", Alex berterima kasih.

"Sama2 bro, hati2 ya"

"Eh Cok, titip jagain Michelle ya, dia sayang banget sama lo, jangan sakitin dia", Pinta Alex.

"Iya bro, tenang aja".

Alex pergi meninggalkan Tjokro. Sambil melihat Alex jalan menuju ke dalam mobilnya, Tjokro merasa bahwa cinta Alex untuk Michelle sangatlah tulus. Sementara dirinya mungkin akan menyakiti hati Michelle jika nanti ia sudah selesai balas dendam dan pergi ke Nirwana. Ia juga merasa bersalah karena telah merebut Michelle dari Alex. Kemudian ia berbicara dalam hati, "Pada saatnya aku akan mengembalikan Michelle ke pelukmu kembali".

Tjokro melanjutkan perjalananya untuk menjemput Michelle. Rupanya Michelle sudah menunggu cukup lama di sebuah toko busana. Selain menjadi pelatih team cheerleaders, Michelle juga seorang designer. Ia bekerja sama dengan sebuah toko busana. Sesampainya di toko, Tjokro langsung menemui Michelle. Kemudian Michelle berpamitan dengan pemilik toko.

"Eh syel, tante minta kartu nama kamu dong, tadi ada customer yang mau janjian sama kamu", kata Pemilik Toko.

"Oh ya, ini tante", Michelle memberikan kartu namanya.

Tidak sengaja Tjokro melihat kartu namanya, di kartu nama tertulis nama lengkap Michelle adalah Michelle Van De Rulls. Mendadak hatinya seperti tersayat - sayat. Tjokro terdiam karena sangat terkejut dan mencoba memastikannya saat di perjalanan pulang. Di dalam mobil ia menanyakan pada Michelle.

"Sayang, aku mau tanya, nama lengkap kamu siapa ya?"

"Oh namaku Michelle Van De Rulls", jawab Michelle

"Hmm kamu ada keturunan Belanda yah?"

"Ya kebetulan ayahku orang Belanda, tapi ibu ku asli Jakarta", jawab Michelle lagi.

Seketika hati Tjokro menjadi semakin sakit, ia seperti kesulitan bernafas, bahkan ia tidak dapat berkonsentrasi saat menyetir. Melihat tingkah aneh Tjokro, Michelle menanyakan apa yang salah dengan Tjokro. Tjokro menjawab ia hanya kepikiran karena ada tamu di rumahnya. Michelle pun langsung saja mempercayainya. Sesampainya di rumah Michelle, Tjokro yang biasanya ikut turun, kini dia tetap diam di dalam mobil.

"Kamu gak mau turun dulu, minum dulu gitu?"

"Gak usah deh, nanti tamu ku nunggu nya kelamaan", jawab Tjokro.

Tjokro pun langsung melaju mobilnya dengan kencang. Michelle masih merasa ada yang aneh dengan tingkah laku Tjokro. Tetapi ia tetap berusaha untuk berpikir positif.

Sementara itu Tjokro menyetir sambil menangis, ia mengingat seluruh kejadian saat ia pertama kali bertemu Michelle, dan ketika ia bersama dengan Michele, Semua rasanya begitu indah. Namun ia tidak pernah menyangka sama sekali bahwa wanita yang ia sayangi itu adalah seseorang yang harus ia bunuh, untuk menyelesaikan dendam masa lalu nya.

Terdengar suara petir sangat kencang, kemudian di iringi hujan yang begitu deras. Gery dan Prabu Jayasakti yang sedang berada di taman belakang rumah pun jadi basah kehujanan. Gery bertanya kepada Sang Raja apakah ini adalah perbuatan Tjokro.

"Sepertinya begitu, mari dik kita masuk", ajak Prabu Jayasakti.

Gery dan Prabu Jayasakti menunggu Tjokro di ruang keluarga. Kemudian Tjokro tiba di rumah. Ia langsung memasukan mobilnya ke dalam garasi. Dengan cerobohnya ia langsung menembus tembok. Mang Ujang tidak sengaja melihat kejadian itu dan ia langsung pingsan. Tjokro langsung menuju ruang keluarga untuk menemui Raja nya. Sesampainya di ruang keluarga, ia langsung memberi hormat kepada Gusti Prabu.

"Hormat kakang, maaf saya terlambat", Tjokro sambil berlutut.

"Mari duduklah dinda patih, apa yang terjadi?", tanya Prabu Jayasakti.

"Saya sudah mengetahui, siapa yang harus saya bunuh".

Gery sangat terkejut mendengarnya. Kemudian Tjokro menjelaskan secara rinci bagaimana caranya ia menemukan keturunan Jendral Stephen. Melihat Tjokro yang pikirannya sangat kacau, Prabu Jayasakti meminta ia untuk segera beristirahat. Tjokro pergi menuju kamarnya, ditemani oleh Prabu Jayasakti. Prabu Jayasakti tidur di kasur, sementara Tjokro tidur di sofa yang ada di dalam kamarnya. Mereka berdua terlihat telah menutup matanya. Namun sebenarnya Tjokro belum tertidur. Ia menangis sambil memejamkan matanya. Ia teringat dengan senyuman Michelle, ia sungguh tidak bisa membunuh Michelle.

Lagi - lagi tangisan Tjokro diiringi hujan yang turun begitu derasnya, bahkan di iringi dengan petir yang menyeramkan. Ditambah dengan angin yang sangat kencang. Pada saat itu, Michelle sedang menjahit, ia menyadari bahwa hari itu hujan turun sangat deras. Ia mengintip hujan itu dari jendela dan mengingat sikap Tjokro hari itu. "Sepertinya dia terlihat sedih, apa yg sebenarnya terjadi".

Hari semakin larut, tiba - tiba bunyi alarm penanda arwah Jendral Stephen memanggil Tjokro. Tjokro dan Prabu Jayasakti bergegas pergi mencari arwah Jendral Stephen. Kali ini mereka berdua menggunakan kekuatan untuk sampai tepat dihadapan arwah Jendral Stephen.

"Waw amazing, Gusti Prabu Jayasakti lama tidak jumpa, Apa melawanku saja harus berdua?", Arwah Jendral Stephen sambil tertawa

"Ini adalah dendam kami berdua, maka kami berdua harus menyelesaikannya bersama", jawab Sang Prabu.

Kemudian mereka berdua langsung menyerang arwah itu. Seperti biasa ia sangat kuat. Lalu Gusti Prabu meminta Tjokro untuk mengeluarkan jurus Ajian Belah Gunung.. Pada akhirnya arwah Jendral Stephen hancur berkeping - keping menjadi kepingan bara api. Tidak lama kemudian malaikat penyabut nyawa datang dan mengambil kepingan arwah Jendral Stephen untuk dibawa ke alam penyiksaan.

Tjokro dan Prabu Jayasakti terlihat sangat senang dengan kemenangan hari itu. Ia pun kembali ke rumah dengan berjalan kaki. Di sepanjang jalan muncul beberapa arwah yang berpakaian seperti rakyat di masa kejayaan Kerajaan Kasaktian. Arwah - arwah itu bertepuk tangan dan ikut bahagia atas kemenangan Raja dan Mahapatih.

Sesampainya di rumah, Gery sudah menunggu di depan pintu utama rumahnya. Karena dendam itu sudah terbalaskan, Sang Raja berpamitan untuk pergi ke Nirwana lebih dulu. Sementara Tjokro harus menyelesaikan urusannya di dunia itu sebelum pergi ke Nirwana. Sebelum roh Prabu Jayasakti mengilang, ia pun menasihati Tjokro.

"Dinda Patih, hari ini dendam kita sudah terbalaskan, sepertinya dinda tidak perlu membunuh keturunannya", kata Prabu Jayasakti sambil menyentuh pundak Tjokro.

"Tapi saya sudah bersumpah saat saya diambang kematian", jawab Tjokro.

"Ada sumpah yang dapat kita selesaikan dan ada juga sumpah yang hanya bisa kita simpan, semua terserah padamu", Sang Raja menasihati Mahapatih nya itu.

Tidak lama kemudian arwah Prabu Jayasakti pun hancur berubah menjadi seperti kepingan salju. Lalu datang malaikat pencabut nyawa yang akan membawanya ke Nirwana. "saya tunggu segera di Nirwana dinda patih, kita bangun kembali kerajaan kita". Terdengar suara Prabu Jayasakti yang arwahnya telah berubah menjadi kepingan salju.

Tjokro melambaikan tangannya saat kepingan salju itu dibawa oleh malaikat pencabut nyawa. "Di Nirwana aku akan menjadi mahapatih yang sangat sakti, aku akan melindungimu dan rakyat kita!!!". Teriak Tjokro.

Gery ikut menyaksikan kepingan arwah Prabu Jayasakti yang dibawa terbang oleh malaikat pencabut nyawa.