webnovel

Free World Online

2050, sebuah game berbasis Virtual Reality Massive Multiplayer Online sudah di buat oleh perusahaan game terkemuka di dunia, Free World Company. Saat pembukaan game yang dinantikan itu, kengerian telah terjadi. Menu Log Out yang harusnya tersanding di Sistem Menu, telah menghilang, dan kematian di dunia itu sama dengan kematian di dunia nyata. Jika kau ingin keluar dari game itu, maka satu-satunya jalan adalah dengan membuka seluruh Map Area yang berjumlah sepuluh Area dengan masing-masing Area di kuasai oleh Boss kuat yang bisa mengancam nyawa para Player.

Hadi_Prayoga · Bandes dessinées et romans graphiques
Pas assez d’évaluations
20 Chs

07: Hati Dan Skoll

Monster Yeti itu berlari ke arahku dengan tatapan marah. Sudah jelas dia mengerti kata-kataku. Hate reaction tanpa skill ya? Kalau begitu para pengguna perisai tidak perlu ada kalau hanya dengan kata-kata saja bisa mengaktifkan hate reaction seperti ini.

Monster Yeti ini mengayunkan pukulan demi pukulan ke arahku, tapi karena skill percepatanku masih aktif, aku dengan mudahnya menghindari setiap serangan yang di lepaskan oleh si Yeti ini.

Aku dengan cepat memutar ke belakang tubuhnya, lalu menebasnya sebanyak empat kali dalam satu detik. Monster Yeti berteriak cukup keras, lalu memutar tubuhnya sambil melayangkan pukulan. Karena dia melepaskan pukulan di tangan kiri, aku menahan pukulannya sebelum bertambah kuat dengan perisaiku, lalu aku mengaktifkan skill: penajam pedang. Dan memotong tangan kiri si Yeti dalam sekali tebas, lalu melompat mundur dan memperhatikan si Monster Yeti mengerang kesakitan sambil sesekali melihat tangan kirinya yang terpotong.

Dia menggeram marah ke arahku, lalu dia berlari ke arahku dengan brutal. Inilah yang aku tunggu. Dia melepaskan pukulan jab ke kepalaku, tapi aku dengan mudah menghindari serangan itu hanya dengan menunduk, lalu dengan aktifnya skill percepatan dan skill penajam pedang, aku sekali lagi memotong tangannya dalam sekali tebas. Saat si Monster Yeti ini mengerang kesakitan dan mundur beberapa langkah, aku melompat dan menebas lehernya hingga putus.

Kepalanya terpental ke arah lain, sedangkan tubuhnya jatuh di depanku, setelah itu seluruh bagian tubuhnya menghilang menjadi asap berwarna hitam bersamaan dengan drop itemnya yang tersimpan ke ruang itemku.

Baru saja aku menarik napas lega, kumpulan White Wolf sudah mengelilingiku. Aku lupa kalau aku ada di tengah-tengah Monster White Wolf Zone. Terserahlah, maju kalian semua!

---

Dari jam enam pagi sampai jam enam sore, aku terus membunuh White Wolf yang ada di sekitarku. Sudah ada sepuluh Monster Yeti yang aku penggal kepalanya. Aku tahu satu hal, Monster Yeti akan muncul setelah seratus White Wolf mati, dan aku sudah membunuh sepuluh Monster Yeti. Itu artinya aku sudah membunuh seribu White Wolf selama satu hari itu.

Saat aku menyadari sesuatu, ternyata hanya ada beberapa Monster White Wolf yang menyerangku, dan itu di sebabkan karena banyak player yang farming di sini. Aku tidak tahu apa yang mereka cari, tapi yang pasti mereka tidak sedang melakukan quest, karena mereka semua tidak memakai jubah yang sama dengan jubahku.

Beberapa Monster Yeti pun muncul karena banyak player yang sudah membunuh seratus White Wolf. Yah, karena aku sudah menyelesaikan questnya, aku rasa aku akan kembali.

Tunggu! Levelku naik jadi level enam belas. Ini luar biasa.

Aku mengabaikan para player yang ada di Monster White Wolf Zone, dan berjalan mengikuti anak panah di petaku. Berjalan sambil membunuh Monster White Wolf yang menghadang jalanku. Saat sampai beberapa meter di depan gerbang, White Wolf yang mengikutiku di tembak mati oleh para pemburu yang berjaga di atas pagar raksasa ini. Mereka seperti senjata hidup saja, terus berdiri di atas sana.

"Kau tidak apa-apa, Tuan?"

Eh? Apa mereka baru saja menanyakan kabarku? Sejauh mana AI yang dikembangkan oleh Free World Company, sampai bisa melakukan itu?

Aku mengangguk ragu, "I-Iya, aku baik-baik saja."

Baru saja aku memasuki pintu gerbang desa itu, seorang pemburu perempuan mendekatiku, ada tanda quest di atas kepalanya.

"Apa kau pengelana, Tuan?"

"I-Iya."

NPC ini tersenyum, "Apa kau cukup kuat untuk membunuh beberapa White Wolf?"

"Begitulah."

"Kalau begitu," NPC perempuan ini semakin mendekatiku, "Bisakah kau membantuku?"

"Baiklah." Sial! Aku tersipu oleh seorang NPC? Apa aku benar-benar seorang perjaka akut yang menyedihkan? Jika saja aku bukanlah perjaka akut yang menyedihkan, mana mungkin aku akan tersipu oleh NPC cantik yang hanya terbuat dari kumpulan data.

Menu quest muncul di sudut pandangku. Hadiahnya adalah koin emas, Exp, busur baja, super scope.

Woi-woi! Apa-apa'an hadiah yang nanti aku dapatkan ini? Busur baja bisa aku berikan pada Maya, dan super scope bisa aku berikan pada Liz.

Aku mengklik konfirmasi, dan seperti biasa, NPC ini menghilang tanpa jejak. Terkadang aku merasa ketakutan saat ini terjadi, maksudku... Mereka tiba-tiba saja menghilang seperti hantu.

Aku mengoperasikan Friend List dan mengirim pesan pada Maya.

Zack: Maya, kau senggang?

Maya: Maaf, aku benar-benar sibuk.

Zack: Sibuk?

Maya: Iya. Sejak penyerbuan di Area satu berhasil, banyak sekali player yang mencari senjata, perisai, dan armor. Tidak kusangka ternyata para player yang aku kira tidak pernah keluar dari Safe Zone memiliki koin emas yang sangat banyak.

Zack: Kalau begitu aku akan mengantarkannya saja.

Maya: Apa? Kau kau punya hadiah untukku?

Zack: Iya. Aku sedang menjalankan sebuah quest, dan salah satu hadiahnya adalah busur baja.

Maya: KALAU KAU DAPAT ITU, CEPAT KIRIMKAN PADAKU!!!

Zack: Iya.

Maya: Kalau begitu sudah dulu, aku masih harus melayani pembeli yang lain. Ya ampun, aku rasa nantinya aku akan sangat membutuhkan adamantite.

Aku menutup menu chat bersama Maya, dan berjalan menuju tanda panahnya.

Butuh setidaknya sepuluh menit untukku sampai di tanda panahnya. Di depanku ada sebuah rumah yang berbeda dari rumah yang lainnya. Di atas rumah itu berdiri patung seekor White Wolf? Bukan! Itu adalah Fenrir, serigala raksasa berwarna putih dengan rantai yang mengekang kaki depan serta kaki belakangnya. Menurut Mitologi Nordik, Fenrir adalah anak dari Dewa Loki. Tapi, kenapa patung Fenrir ada di atas rumah itu?

Baru saja aku memasuki taman rumah itu, si kepala desa sudah keluar. Saat dia melihatku, dia melambaikan tangannya dan segera berjalan ke arahku. Karena jalannya yang lambat, aku yang berjalan ke arahnya.

"Kau sudah selesai ya, Tuan pengelana?" Tanyanya.

"Iya."

"Terima kasih banyak, dengan begini desa ini akan aman untuk sementara."

"Kepala desa!"

"Ada apa?"

"Kenapa patung Fenrir ada di atas rumahmu?"

Dia memutar tubuhnya dan menatap ke atas, "Bangunan ini bukanlah rumahku, tapi tempat pengorbanan untuk Fenrir yang menguasai daerah bersalju ini. Setiap bulannya kami semua harus mengorbankan setidaknya satu Monster Yeti agar Fenrir tidak mengamuk dan membuat daerah ini lebih dingin lagi." Dia kembali menghadapku, "Oleh karena itu, Tuan pengelana, aku punya permintaan lainnya untukmu."

Aku mengangguk, "Iya."

"Bulan ini kami belum mengorbankan satu Monster Yeti, karena seperti yang kau tahu, para pemburu hanya tersisa sedikit. Jadi, aku ingin kau menangkap Monster Yeti hidup-hidup."

"He? Hidup? Bisa?"

"Kau bisa menggunakan kurungan baja dari pandai besi kami."

"Oke."

Menu quest muncul di sudut pandangku. Hadiahnya adalah koin emas dan Ekp saja. Seperti biasa, kepala desa ini benar-benar miskin.

Setelah aku menekan konfirmasi, si kepala desa ini menghilang.

---

Aku mengetuk pintu kamar penginapanku.

"Ini aku, Zack." Kataku.

"Iya." Jawab Liz dari dalam kamar.

Pintunya terbuka. Aku bisa melihat Liz yang hanya memakai kaos berwarna putih serta celana pendek berwarna hitam. Dia terlihat sangat seksi.

"Ke-Kenapa bajumu?"

"Oh, seharian aku ada di kamar. Tidak betah rasanya jika harus terus menggunakan armor."

"O-Oh."

"Apa kau tidak nyaman melihatku begini?"

Aku menggeleng, "Tidak! Itu terserah padamu."

Liz tersenyum, "Kalau begitu aku ingin langsung mengucapkan terima kasih."

"Kenapa?"

"Sekarang levelku lima belas."

Aku tersenyum tipis, "Iya. Sekarang kau bertambah kuat."

Liz mengangguk semangat, "Besok kau benar-benar akan melatihku?"

"Besok kita akan menjalankan quest."

"Ba-Baik, aku akan berusaha."

"Bagus."

---

Keesokan harinya, aku dan Liz langsung berangkat menuju anak panah. Ngomong-ngomong, saat aku sedang menjalani sebuah quest yang artinya quest tersebut adalah main questku, akan jadi sub-quest bagi anggota partyku, begitu juga sebaliknya, main quest bagi anggota partyku, adalah sub-quest bagiku. Jadi kami semua berbagi quest yang sama saat membentuk party.

Kami berdiri di Quite Monster Zone. Zona Monster ini adalah zona yang memiliki sedikit Monster. Setidaknya hanya satu sampai dua Monster yang muncul untuk melawanmu saat kau ada di Quite Monster Zone.

Kami bertemu NPC perempuan yang kemarin memberiku quest.

Liz mendekatkan bibirnya pada telingaku dan berbisik, "Dia cantik."

"Iya."

Si NPC perempuan itu menyadari keberadaanku dan melambaikan tangannya sambil berlari ke arahku.

"Siapa dia? Temanmu?" Tanya si NPC perempuan.

Aku mengangguk, "Namanya Liz."

"Salam kenal, Liz." Dia bersalaman dengan Liz. Lalu NPC perempuan ini kembali menatapku, "Ayo temani aku berlatih menembak di sebelah sana!" Dia menunjuk ke pintu masuk hutan.

"Iya."

Kami bertiga berjalan beberapa meter. NPC perempuan ini menghentikan langkahnya dan mulai menyiapkan kuda-kuda, dan mulai latihan menembaknya dengan cara membunuh White Wolf yang terlihat di pintu masuk hutan itu.

"Bagaimana denganku?" Tanya Liz.

"Kau ikut saja berlatih."

Daftar quest di sebelah kiriku berganti nama menjadi, 'Lindungi pemberi quest selama sepuluh menit!'. Aku yakin Liz juga mendapatkan quest yang sama.

Aku membalikan tubuhku dan melihat tiga Monster White Wolf berlari ke arahku dengan taring yang mengerikan.

Aku mengaktifkan skill: perisai udara. Dan menghentikan gerakan mereka, dan dalam waktu yang sedikit itu aku berlari ke arah mereka dan menebas mereka dalam tiga kali tebasan untuk membunuh mereka.

Suara ledakan tembakan terdengar di samping kananku, bersamaan dengan suara pekikan dari hewan yang mati. Ternyata ada satu White Wolf yang tadi hampir menyerangku, dan Liz menyelamatkanku. Yah, walau sebenarnya aku tidak butuh hal itu, tapi aku tetap memberikan jempolku pada Liz dan mengucapkan terima kasih.

Setelah itu datang dua White Wolf lagi. Liz mengurus yang satunya, sedangkan aku melesat ke White Wolf satu lagi dan menebaskan pedangku untuk membunuhnya.

Dan time skip pun terjadi untuk kalian.

Sepuluh menit pun terlewati. Mungkin aku dan Liz sudah membunuh lebih dari lima puluh White Wolf dan beberapa Monster Yeti. Membunuh Monster jadi lebih mudah saat Liz ada untuk membantuku.

Sepuluh menit memang sudah berlalu, tapi entah kenapa NPC perempuan pemberi quest masih saja menembaki White Wolf di pintu masuk hutan.

"Z-Zack..."

Aku menoleh pada Liz, "Ada apa?"

"Apa itu?" Liz menunjuk sesuatu di belakangku.

Saat aku melihat sesuatu di belakangku, tentu saja aku pasti menolak untuk tidak terkejut. Dua serigala yang besarnya puluhan kali dari White Wolf menatap kami dengan tatapan yang mengerikan. Leher mereka di lilit oleh rantai yang sangat besar, tapi mereka seperti tidak menghiraukannya.

"Mereka adalah anak-anak dari Fenrir!" Akhirnya si NPC perempuan pemberi quest itu selesai dengan latihan menembaknya. "Tapi, kenapa mereka ada di tempat seperti ini?"

"Apa maksudmu?"

"Skoll yang harusnya memburu matahari dan Hati yang harusnya memburu bulan. Tidak wajar mereka ada di dataran rendah seperti disini."

"Yah, mau apapun itu, kedua Monster serigala itu sangat besar, dan aku yakin kekuatannya lebih besar dari pada sepuluh Yeti."

"Z-Zack," Liz berlari mendekatiku, "Ki-Kita harus pergi!"

Aku menggelengkan kepalaku, "Dengan langkah kaki mereka, mereka bisa mengejar kita dengan mudah."

"Jadi?"

"Kalau lari pun mati, lebih baik kita berjuang untuk hidup kita!" Aku memegang pundak Liz dengan lembut. "Aku ingin kau membantuku dari jauh!"

"Kau yakin kau akan menang?"

Aku tersenyum, "Bohong jika aku berkata akan menang, tapi aku akan berusaha."

"Eh?"

Aku langsung berlari menuju dua serigala raksasa bernama Skoll dan Hati itu. "Bantu aku, kalian berdua!"

NPC perempuan itu menjawabku dengan cepat, "Baik!"

Tapi Liz sedikit ragu. Aku bisa tahu itu dari nadanya.

Mereka berdua meraung ke arahku. Walau mereka hanya meraung, rasanya hal buruk akan terjadi, hal itulah yang membuatku mengaktifkan skill: perisai udara beberapa meter di depanku. Dan perasaan ini benar adanya, perisai udara berbentuk persegi panjang itu membeku dengan cepat dan hancur. Seperti mengerti situasinya, dua buah peluru melesat dan mengenai kepala kedua serigala itu yang membuat mereka mundur satu langkah. Aku memanfaatkan keadaan itu dan mengaktifkan skill: percepatan, dan skill: penajam pedang. Lalu dengan cepat aku melesat ke arah dua serigala itu dan menebaskan pedangku sepuluh kali dalam tiga detik.

Aku berbalik dan melihat HP mereka, tapi HP mereka hanya berkurang satu persen saja. Jika terus begini aku harus melakukan dua skill itu sembilan puluh sembilan kali lagi, dan itu pun jika terus berhasil, karena mereka adalah AI yang luar biasa, yang bisa belajar selama bertarung.

Serigala bernama Hati berbalik ke arahku, lalu menggunakan cakar kanannya untuk menyerangku. Aku mengaktifkan skill: perisai udara di sebelah kiriku sekaligus bersiap dengan perisai segi lima di tangan kiriku, dan benar saja, apa yang aku pikirkan terjadi, perisai udaraku hancur dan serangan cakar itu mengenai perisai di tangan kiriku. Akibat serangan itu, HPku berkurang sepuluh persen dan aku sendiri tergeser beberapa centi. Walau aku sudah menggunakan perisai, HPku tetap berkurang dan tangan kiriku rasanya sakit, mungkin HPku yang berkurang adalah akibat dari sakitnya tangan kiriku.

Aku sekali lagi mengaktifkan skill percepatan dan penajam pedang, lalu melesat ke arah Hati dengan kecepatan tinggi, tapi seperti bisa membaca gerakanku, tangan kirinya menghantam tubuhku dan membuatku terpental sejauh beberapa meter.

"Akh!" Pukulannya menghasilkan status beku di tubuhku.

Serigala Hati menggeram padaku. Asap berwarna putih yang kemungkinan datang dari hawa dingin di tubuhnya membuatku mengingat kematianku. Jika aku mati sekarang, keluargaku tentu saja akan merasa sedih. Terakhir kali mereka melihatku adalah satu bulan yang lalu, dan aku yakin bahkan sekarang pun mereka sedang mengkhawatirkanku yang belum juga bangun, tapi belum juga mati.

"ZACK!!!"

Teriakan Liz membuatku sadar dari lamunanku, dan kembali bersiap. Aku segera meminum beberapa healing potion.

Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran serigala Skoll yang hanya terdiam melihat aku dan Hati bertarung. Jika ini hanyalah sebuah bug, aku sangat bersyukur, tapi game sebesar Free World Online yang mengalami Bug rasanya agak tidak masuk akal. Tapi sekarang bukan saatnya memikirkan hal itu, karena dengan begini aku mungkin bisa membunuh serigala Hati.

Aku melesat dengan kecepatan tinggi menuju serigala Hati. Aku memegang pedangku secara terbalik, lalu mengaktifkan skill: tebasan udara. Dan dengan cepat setelah seluruh tenaga berkumpul di tangan kananku, aku menebaskan pedangku ke arah serigala Hati. Aku terlalu lengah. Tiba-tiba hembusan salju menutupi pandanganku, dan saat hembusan salju itu menghilang, serigala Skoll sudah berdiri di sebelah kananku. Aku segera melompat ke arah kiri saat menyadari itu, tapi gerakanku terlambat beberapa mili detik, dan rahang serigala Skoll langsung menghancurkan tanganku seketika itu juga.

"Akh!!!" Aku terjatuh di atas salju. HPku berkurang tiga puluh persen. Beruntung ada efek beku di tangan kananku yang putus, jika tidak, HPku akan terus berkurang sebagai ganti darah yang keluar.

"Zack! Lari saja!" Suara teriakan Liz terdengar begitu putus asa.

Sebetulnya dari awal juga aku sudah tidak yakin aku bisa menang melawan dua Boss Monster Zone secara bersamaan. Aku hanya sok kuat di hadapan Liz yang harusnya aku lindungi.

Aku berdiri dengan kedua kaki ku. Memasukan kembali perisaiku ke ruang item, lalu mengambil pedang merah yang Maya pinjamkan padaku waktu itu. Walau level pedang ini masih di bawah pedang Pangolin, tapi pedang ini memiliki efek terbakar yang harusnya sangat fatal bagi Monster berelemen es seperti mereka.

Aku membelakangi Liz dan NPC perempuan itu.

"LIZ! AKU INGIN KAU PERGI DARI SINI!!!"

"Ha? Apa yang kau katakan? Mana mungkin aku akan meninggalkanmu!"

"Tidak ada pilihan lain!"

"Ada! Jika kita bekerja-"

"WALAU DENGAN KITA BERTIGA MELAWAN DUA SERIGALA ITU, KITA TIDAK AKAN MENANG!!! SETELAH MEREKA MEMBUNUHKU, KAULAH YANG SELANJUTNYA!!! NPC PEREMPUAN ITU PASTI AKAN HIDUP LAGI JIKA MATI!!! TAPI KAU TIDAK AKAN!!! SETIDAKNYA AKU HANYA INGIN KAU BERTAHAN HIDUP, LIZ!!!"

"TIDAK!"

Aku memutar kepalaku dan menatap Liz tajam-tajam, "Walau aku mungkin berbohong, aku janji aku akan hidup!"

Liz menggeleng lemah. Air matanya bisa aku lihat menetes. "Zack."

"Kumohon, larilah!"

"Tidak!"

"LIZ!!!"

"Baiklah! Aku hanya perlu melarikan diri kan?!"

"Iya."

Walau Liz ragu dalam langkahnya, dia berhasil menjauh dari medan pertempuran.

"NPC perempuan!"

"Ya?"

"Apa kau akan membantuku?"

"Iya. Walau aku tidak yakin senjata ini akan berguna bagi kedua serigala itu."

"Tidak masalah."

Aku langsung mengaktifkan Ability: Berserker. Skill: percepatan. Skill: penajam pedang. Skill: perisai tubuh.

Dengan aktifnya Ability: Berserker. Sebenarnya aku tidak perlu khawatir soal HP, karena saat Berserker aktif, HPku tidak akan berkurang walau terkena damage sebesar apapun, tapi efek terjatuh atau terpental masih ada, maka dari itu aku mengaktifkan skill perisai tubuh agar aku tidak mudah jatuh.

"Haaaaaa!!!"

Setelah aku mengaktifkan semua itu, aku melesat dengan kecepatan tinggi ke arah Serigala Hati. Aku bisa melihat gerakan terkejutnya saat aku tiba-tiba melesat ke arahnya. Walau aku bukan kidal, aku harap aku masih bisa mengayunkan pedangku.

Serigala Skoll tiba-tiba melompat dan berdiri di depanku. Aku melompati serigala Skoll sambil menebas mata kirinya. Aku bisa mendengar suara erangan kesakitannya. Lalu aku mendarat di atas kepala serigala skoll dan berlari melewati tubuh bagian atasnya untuk membunuh serigala Hati. Ada yang aneh dari awal, Skoll selalu saja melindungi Hati, karena Hati memiliki Attack yang besar, tapi tidak dengan Defense, dan Skoll adalah kebalikannya. Hal itu bisa di buktikan dari serangan mereka berdua padaku. Saat Hati menyerangku dengan tangannya, HPku berkurang sangat banyak jika tidak di tahan dengan perisaiku, tapi saat Skoll menyerangku dengan giginya dan bahkan memotong tanganku, HPku hanya berkurang tiga puluh persen saja.

Saat sampai di punggung Skoll, aku langsung melompat ke kepala Hati dan menebaskan pedangku secara brutal. Berserker saja sudah menambahkan ATK dan SPD dengan jumlah yang tidak sedikit, di tambah skill percepatan dan penajam pedang, status ATK dan DEFku bertambah pesat.

Hati meraung kesakitan dan mundur. Tapi sebelum dia sempat melakukan itu, aku menebas kedua matanya untuk membuatnya buta, lalu saat kaki ku menyentuh salju, aku langsung melesat dan menebas leher Hati, dan dengan cepat aku menusuk leher Hati di tambah dengan tebasan udara, efek tusukan pedang merah ini tembus sampai ke tengkuknya, setelah itu aku langsung menebaskan pedang merahku secara vertikal dan memotong dada sampai perut Hati, lalu mati seketika itu juga.

Masih ada beberapa detik sampai Ability: Berserker ini cooldown.

Aku langsung berbalik untuk menghadapi Skoll, tapi sebuah cakar raksasa langsung mendarat di tubuhku dan membuatku terpental sangat jauh. Bahkan dengan skill: perisai tubuh, karena efek dari DEFnya yang tinggi, bisa membuatku terpental jauh. Dan sialnya di saat yang sama Ability: Berserkerku sudah mencapai batasnya dan sedang cooldown. Di saat yang sama, efek beku pada tubuh dan tangan kananku yang putus sudah habis, dan membuat luka di tangan kananku kembali terbuka dan langsung menguras HPku. Efek berdarah memang tidak akan membunuhku, tapi hanya dengan satu cakar saja, Skoll bisa membunuhku.

Sial! Hanya sampai sini ya?

Aku tersenyum tipis.

Ada pesan yang masuk di chat party.

Liz: Zack, aku memanggil bantuan.

Bantuan?

"Ya ampun, sifat cerobohmu itu tidak bisa di hilangkan barang sebentar saja ya?"

Suara selembut salju dan sedingin es itu, aku tahu.

Tiba-tiba sebuah rangka yang terbuat dari es mengurung Skoll di dalamnya. Mungkin karena ATKnya yang rendah, Skoll bahkan tidak bisa menggores rangka es itu, dia hanya meraung-raung sambil terus menyerang rangka es itu dan tidak ada efeknya.