webnovel

Forgive Me, Snow

Dia Little Snow yang harus tinggal bersama dengan ibu tirinya dan juga harus menerima semua banyaknya kebencian orang-orang yang ada di sekitarnya. Kehidupan Snow tak seindah dengan kehidupan Snow yang ada di film Disney. Snow harus berusaha untuk menerima semua kehidupannya yang begitu menyedihkan dan selalu dianggap tak berguna oleh semua orang yang ada di lingkungannya. Snow tak pantang menyerah, dia lebih memilih untuk menerima semuanya dengan ikhlas. Ah... Apakah Snow akan berakhir happy ending sama seperti film Snow White pada film Disney yang dia tonton? *** "Anak sialan! Kamu hanya menumpang di rumah saya, jadi kamu harus bekerja lebih banyak untuk saya!" - Andin Acheyya. "Wanita menjijikkan seperti lo itu nggak pantas untuk ditolong dan dikasihani." - Aldean Pranegara. "Dia adalah Puteri di dunia nyata. Tidak seperti kamu yang berperan sebagai iblis di dunia nyata, Kinara!" - Anggara Arcale "Snow selalu di bawah gue! Dia nggak akan pernah berada di atas gue!" - Kinara Acheyya "Aku tidak butuh harta ataupun sejenisnya, aku hanya butuh kasih sayang dan juga sedikit kebahagiaan. Itu sudah cukup dan sudah banyak bagiku." - Little Snow. *** Ikuti kisah Little Snow di dalam buku ini. Selamat membaca ^^

Fitriani_nstr · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
134 Chs

Alasan Kinara Ingin Belajar Memasak

Indonesia, 06:12 -

Snow sekarang sedang sibuk untuk memasak makanan sarapan paginya bersama keluarga. Pembantu yang lainnya sebenarnya ingin ikut membantu Snow, tetapi rasa ingin membantu mereka lebih minim dibandingkan rasa takut mereka terhadap Andien. Mereka lebih memilih untuk diam saja dan tidak membantu Snow karena mereka takut terhadap Andien.

Kinara yang baru saja turun dari tangga langsung berlari cepat untuk menghampiri Snow dan memberikan ciuman singkat pada pipi kanan adik tirinya itu.

Snow sangat kaget saat mendapatkan perlakuan seperti itu dari Kinara, sedangkan Kinara hanya menyengir sambil menampilkan deretan gigi putihnya kepada Snow.

"Ki ... Kinara?" tanya Snow dengan sedikit gugup sambil menatap kakak tirinya itu dengan tatapan yang canggung.

"Aku sudah bilang kalau aku mau jadi orang baik dan bukan jadi orang jahat kayak dulu lagi, kan? Biarin aja aku bersikap kayak kakak di luar sana. Ya, walaupun sebenarnya aku cuma kakak tirimu doang," ujar Kinara sambil menatap Snow dengan tatapan yang lembut.

"..."

Snow terdiam ditempatnya saat mendengarkan penuturan dari Kinara, sedangkan otaknya terus berpikir ria tanpa henti untuk terus memikirkan perubahan sikap Kinara kepada dirinya.

Bukannya Snow curiga atau merasa tidak terima dengan perubahan sikap tiba-tiba Kinara kepada dirinya, tetapi dia takut kalau Kinara bersikap sama seperti pemeran antagonis di dalam sebuah film protagonis.

Di mana pihak antagonis bersikap baik kepada pihak protagonis, tetapi sebenarnya di belakang sana pihak antagonis sedang menyusun siasat licik untuk menjatuhkan pihak protagonis. Snow takut kalau hal itu terjadi kepada dirinya dengan Kinara.

"Hari ini kamu mau masak apaan, sih?! Kamu kelihatan sibuk banget sampai aku lihat kamu bolak-balik dari kulkas ke sini, terus ke kulkas lagi dan habis itu kembali lagi ke sini buat potong-potong," heran Kinara yang merasa penasaran dengan aktivitas yang dilakukan oleh adik tirinya itu.

"Ah ... Aku lagi mau buat opor ayam. Bi Lastri bilang kalau mama Andin mau makan opor ayam. Jadi, aku mau buat opor ayam buat sarapan pagi kita," jawab Snow dan kembali melakukan aktivitasnya untuk memotong memotong beberapa bahan masakannya.

"Kamu mau aku bantuin, enggak?!" tawar Kirana dan refleks Snow menggelengkan kepalanya dengan cepat sebagai jawaban.

Kinara mengerucutkan bibirnya dengan Sedih saat melihat jawaban yang diberikan oleh Snow untuk dirinya.

"Kamu kenapa nggak mau banget kalau aku bantuin masak, sih?!" tanya Kinara dengan sedih, lalu duduk di atas meja dapur sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Aku tahu kalau kerjaanku cuma ke luar negeri doang buat belajar. Aku tahu juga kalau aku itu emang nggak pandai masak kayak kamu. Tapi, setidaknya kamu mau ngajarin aku buat makanan, kan? Siapa tahu nantinya aku hidup mandiri dan nggak punya uang, lebih baik kalau aku hemat aja dengan cara masak makanan sendiri atau jualan makanan," ujar Kinara sambil mengerucutkan bibirnya setelah dia mengatakan hal itu kepada Snow.

Snow tertawa kecil saat mendengarkan ucapan random yang ke luar dari mulut kakak tirinya itu.

"Kamu bisa belajar dari Google. Lagipula masakan aku nggak enak enak banget. Ngapain kakak mau belajar masak sama aku? Coba aja kakak belajar sama Bi Lastri. Pasti masakan Bi Lastri lebih enak daripada masakan aku," kata Snow dengan lembut sambil menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Gue sengaja mau ngelakuin ini dan mau belajar masak sama lo, karena gue mau kita dekat banget dan gue mau hapus semua kesalahan gue sama lo di masa lalu," batin Kinara di dalam hati untuk menanggapi ucapan Snow.

"Non Kinara."

Snow dan Kinara refleks membalikkan badan mereka ke arah sumber suara yang ternyata itu suara Bi Lastri.

Bi Lastri berjalan dengan cukup tergesa-gesa untuk menghampiri Kinara dan Snow.

"Ada apa, Bi?" tanya Kinara penasaran karena melihat ekspresi pembantunya yang tampak terlihat panik dan juga khawatir.

"Nyonya besar sudah datang," kata Bi Lastri menjawab dan kali ini bukan Bi Lastri lagi yang panik, Snow dan Kinara juga ikut panik.

Kinara dengan buru-buru menjauhi Snow, sedangkan Snow bergerak dengan cepat untuk memotong memotong semua bahan masakan yang ada di hadapannya.

Tiba-tiba saja Andien masuk ke dalam dapur dan menghampiri Snow, lalu mendorong wanita itu dengan kasar hingga terjatuh di atas lantai.

"Mama!"

"Nyonya!"

Bi Lastri dan Kinara berteriak dengan begitu keras saat melihat Andien yang tiba-tiba mendorong Snow dengan begitu kasar tanpa mengucapkan kalimat apapun.

"Saya udah bilang kalau kamu bangun cepat dan siapin sarapannya! Saya udah telat banget ke kantor cuma gara-gara nungguin kamu siapin sarapannya!" bentak Andien dengan sangat marah, lalu dengan kasar dia menendang punggung Snow.

Snow meringis kesakitan saat mendapatkan siksaan fisik itu dari ibu tirinya, sedangkan Kinara dan Bi Lastri langsung dengan cepat membantu Snow agar dia berdiri.

Andien yang melihat Kinara menolong Snow dengan buru-buru menarik pergelangan tangan anaknya itu agar menjauh dari Snow.

"Ma! Mama apa-apaan, sih?! Mama baru aja datang dan langsung main dorong Snow aja kayak gini sambil marah-marah!" seru Kinara memperingati sang ibu.

"Kamu jangan ikut campur sama apa yang Mama urus! Kamu kembali ke kamar sekarang dan siap-siap buat Mama antar ke sekolah barumu!" bentak Andien kepada Kinara karena dia sudah muak melihat Kinara yang selalu saja berusaha dekat dengan Snow.

Kinara yang mendapatkan bentakan itu dari mamanya hanya bisa menundukkan kepalanya sambil mematuhi apa yang diperintahkan oleh mamanya itu. Dia takut kalau dia melawan sang mama, nanti bisa saja Andien melakukan hal yang lebih buruk lagi kepada Snow kalau dia sedang tidak berada di rumah.

Kinara menatap Snow dengan tatapan yang nanar, sedangkan adik tirinya itu meminta agar Kinara naik saja dan mengikuti perintah Andien.

Kinara akhirnya mengalah dan pergi meninggalkan Snow, Andien dan Bi Lastri.

Andien menatap anak tirinya itu dengan tatapan yang sangat tajam, lalu dengan kasar dia mendorong Lastri hingga Lastri terjerembab di atas lantai dan menjauh dari Snow karena memang Andien ingin menjauhkan Lastri dari Snow.

"Nyonya ... Tolong jangan bersikap kasar sama Non Snow," pinta Lastri sambil berusaha untuk menolong Snow.

"Diam di tempat kamu, Lastri! Jangan sampai saya benar-benar sudah muak dengan kamu dan saya akan memecat kamu tanpa mengatakan apapun lagi! Jangan lupa kalau kau masih memiliki utang kepada saya!" bentak Andien dan berhasil membuat Lastri langsung bungkam dan terdiam di tempatnya.

Andien dengan begitu kasar menarik rambut Snow, lalu menyeretnya ke kamar mandi karena dia benar-benar sudah muak kepada Snow yang menurutnya bekerja dengan begitu lambat.

Terima kasih sudah membaca ^^

Fitriani_nstrcreators' thoughts