webnovel

Kecurigaan Lingling

Kejantanannya keluar masuk didalam kewanitaan Jiao yang kini sudah mulai pandai mengimbangi permainan Abri. Jiao menggoyangkan pinggulnya sehingga keduanya kini menikmati sensasi hubungan suami istri yang membuat mereka begitu menikmati permainan mereka ini. Setelah mereka berganti posisi beberapa kali, Abri dan Jiao saat ini berpindah lagi.

Abri menggendong tubuh Jiao dan menudukkannya di sofa dekat jendela pesawat. Dia membaringkan Jiao dengan posisi yang sangat nyaman lalu dia segera menindihnya dan memasukinya lagi. Abri dan Jiao bercinta sambil menikmati pemandangan diluar pesawat. Jiao sangat bahagia saat ini, dia seperti berada di atas awan.

"Sayang, apakah kamu sudah lelah?" tanya Abri yang memang mengetahui kalau Jiao sudah mengalami orgasme beberapa kali. Saat istrinya menganggukkan kepalanya, Abri segera kembali menggerakkan tubuhnya dan membuat kejantanannya kembali memanjakan kewanitaan Jiao, akhirnya mereka kembali berganti posisi. Kini Jiao merangkak dihadapan Abri sementara Abri berlutut dibelakang Jiao, dia kembali memasukkan kejantanannya dari belakang dan kembali bergerak melakukan penetrasi dan beberapa saat kemudian Abri sampai pada puncak kenikmatan begitu juga dengan Jiao. Abri bisa merasakan kalau Jiao juga kembali sampai pada puncak kenikmatan karena kewanitaan Jiao sudah berkedut menarik kejantanannya kedalam, rasanya sungguh nikmat bagi Abri. Dia kemudian memeluk tubuh Jiao dan menyelimuti tubuh mereka yang tidak memakai sehelai kainpun saat ini.

Sementara kejantanan Abri masih tetap berada di dalam tubuh Jiao, keduanya terlelap dan saat mereka bangun, Abri mengulangi sekali lagi kegiatan mereka dan setelah selesai Abri dan Jiao segera membersihkan diri. Mereka kemudian segera melihat keadaan Barra dan juga Daisy yang saat ini sudah bermain bersama salah satu pengawal Abri yang selalu mengikutinya kemanapun dia pergi.

"Tuan, Nyonya, sebentar lagi pesawat akan mendarat di kediaman anda. Kalian bisa berisap-siap." Ucap Pengawal Abri yang kini meninggalkan mereka. Jiao merasa sangat lemas saat ini karena tenaga Abri begitu perkasa, meski usianya tidak muda lagi, Jiao benar-benar kuwalahan dibuatnya.

"Miss Jiao, apakah anda sakit?" tanya Barra yang saat ini berada dalam pangkuan Jiao yang langsung menggelengkan kepalanya.

"Tidak, Sayang! Aku hanya sedikit lelah karena aku tidak terbiasa melakukan perjalanan sejauh ini dalam waktu yang sangat singkat." Ucap Jiao pada Barra, padahal dia sendiri juga heran karena dia tidak biasanya mengalami hal seperti ini. Apa karena Abri terus menikmati tubuhnya jadi dia kelelahan? Abri yang mendengar apa yang mereka katakan langsung mendekati Jiao dan menyentuh keningnya. Abri mengerutkan keningnya karena dia merasa kalau memang suhu tubuh Jiao agak menghangat.

"Jiao, sebaiknya kamu langsung beristirahat saat kita tiba di rumah nanti." Ucap Abri pada Jiao yang langsung menganggukkan kepalanya. Abri kemudian meminta pengawalnya membantu membawa barang-barang mereka karena Abri harus menggendong Jiao saat turun dari pesawat nanti. Sementara anak-anak sudah dia pasrahkan pada pengawal yang lain. Abri hanya meminta mereka membantu hanya sampai mereka memasuki mobil saja.

Martin akan langsung menjemput mereka nantinya. Satu jam kemudian, pesawat mereka mendarat. Saat ini Martin sudah menunggu dibawah pesawat dengan mobilnya. karena ini bandara priibadi Abri hanya pesawat miliknya dan beberapa helikopter yang saat ini terparkir di bandara. Anak-anak sudah turun terlebih dahulu dengan dibantu pengawal yang tadi Abri mintai bantuan.

Martin segera membantu anak-anak masuk ke dalam mobil. Beberapa saar kemudian Abri juga turun dengan Jiao berada di dalam pelukannya. Abri menggendong tubuh kecil Jiao dan hal itu membuat Martin sangat terkejut. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan hubungan antara Tuannya dan juga Jiao.

Martin sangat pintar dan juga sangat mengenal Abri, dia berpikir Nyonya barunya adalah Jiao. Abri hanya diam saja, dia kemudian memasuki mobil sementara Jiao tertidur di dalam pangkuannya. Martin tidak berani bertanya melihat sikap Abri yang sangat dingin itu. Dia segera meninggalkan bandara dan segera mengemudikan mobilnya menuju ke rumah Abri.

"Martin, bagaimana keadaan dirumah?" tanya Abri pada Martin yang sejak tadi hanya diam. Sebenarnya Abri tahu kalau Martin pasti bertanya-tanya karena Abri tahu Martin sangat pandai, dia juga mengetahui kalau Abri tidak akan menyentuh wanita kalau dia tidak memiliki hubungan apapun dengannya.

"Semuanya baik-baik saja, Tuan! Oh Ya, selamat atas pernikahan anda! Apakah Nona Jiao adalah..." ucap Martin menggantung tetapi dia tersenyum saat melihat Abri mengangguk.

"Jiao tidak ingin orang rumah mengetahui dulu hubungannya denganku terutama Lingling, jadi aku harap kita tidak mengatakan apapun kepadanya! Kamu menganggap semuanya masih seperti saat berangkat dulu, tidak ada yang berubah." Ucap Abri pada Martin yang langsung menganggukkan kepalanya.

"Baik Tuan, tetapi sampai kapan Nona Jiao akan merahasiakan semua ini?" tanya Martin pada Abri yang kemudian menceritakan apa yang dia sepakati bersama dengan Jiao. Dalam setengah jam, mereka sampai dirumah. Abri menggendong Jiao dan membawanya masuk lalu membaringkan Jiao di dalam kamarnya.

"Martin, bawa barang-barang Jiao kembali ke dalam kamar lamanya. Kami tidak akan tidur dalam satu kamar selama kami belum mengumumkan pernikahan kami." Ucap Abri yang kini memasuki kamarnya. Martin masih berdiri mematung melihat Abri membawa Jiao ke dalam kamar pribadinya.

"Tuan, kenapa anda membawanya ke dalam kamar anda?" tanya Martin heran. Abri tersenyum dan mengatakan sesuatu yang membuat Martin kemudian mengantarkan Barra dan Daisy.

"Saat ini dia sakit, aku yang akan merawatnya. Tugasmu jangan sampai Lingling tahu tentang hal ini." Ucap Abri yang langsung memasuki kamarnya dan membaringkan Jiao di tempat tidur king sizenya. Sementara Martin kemudian mengurus kedua majikan kecilnya. Dia merasa bahagia karena Jiao dan Abri menjadi pasangan saat ini, dia memiliki kesempatan untuk memperjuangkan cintanya pada Lingling.

Martin segera meninggalkan kamar anak-anak setelah mereka tidur. Perjalanan jauh membuat kedua anak kecil itu tertidur seharian. Abri telah selesai mandi dan berganti dengan pakaian santai. Dia menyentuh kening Jiao dan Abri merasa kalau Jiao demamnya semakin tinggi saat ini. Abri segera keluar dari dalam kamarnya dan meminta Martin mengambilkan paracetamol untuk menurunkan demam Jiao. Setelah Abri meminumkan obat itu.

Abri kemudian berbaring disamping tubuh Jiao dan memeluk istrinya. Bersama Jiao beberapa hari ini, juga aktiftas ranjang yang mereka lakukan membuat Abri kini semakin menyangi Jiao. Dia berharap istrinya segera sembuh karena dia sangat khawatir dengan Jiao. Anak-anak juga akan kembali mulai sekolah minggu depan.

"Jiao, apakah kamu baik-baik saja?" tanya Abri pada Jiao yang wajahnya memerah karena demamnya masih tinggi.

Sementara itu, Martin saat ini baru saja keluar dari dalam kamar Jiao saat Lingling menyapanya.

"Martin, kenapa kamu keluar dari kamar Jiao?" tanya Lingling pada Martin yang langsung menarik tangan Lingling lalu memberitahunya agar tidak sembarangan memanggil Jiao.

"Lingling, kamu jangan kurang ajar! Ternyata Miss Jiao itu bukan pegawai Tuan Abri seperti kita, dia berbeda dan memiliki posisi yang sangat penting dirumah ini." Ucap Martin membuat Lingling mengerutkan keningnya. "Martin, apa maksudmu?" tanya Jiao menatap Martin dengan tatapan curiga.