webnovel

Forbidden LOVE.

Adult Romance Sejak Suri menghilang senyum dan tawa seolah lenyap dari rumah keluarga Clarke. Christian yang merasa bertanggung jawab atas menghilangnya sang adik berubah menjadi sosok yang mengerikan, segala cara dan upaya Christian lakukan untuk menemukan sang adik. Dalam pencariannya, secara tidak sengaja Christian bertemu dengan seorang gadis yang berhasil mengembalikan tawa kepadanya. Saat perasaannya semakin dalam pada gadis itu, Christian harus dihadapkan dengan kenyataan menyakitkan yang membuatnya harus memilih melanjutkan kisahnya atau menyudahinya. Elena Wilson, gadis biasa yang punya mimpi sederhana tenyata memiliki banyak rahasia. Rahasia apakah itu? Apakah dia adalah orang yang menyimpan akses untuk menemukan Suri ?

nafadila · Urbain
Pas assez d’évaluations
432 Chs

Interaksi pertama

"Hubunganmu dengan Mira belum mengalami kemajuan?"

Areez menipiskan bibir. "Untuk apa kau bertanya masalah pribadiku di acara seperti ini, kau ingin membuat semua orang tahu kalau aku dan Mira tidak seperti yang mereka kira selama ini, begitu?"

Aldrich langsung mengangkat kedua tangannya ke udara. "Woo...wo... relax, dude. Aku hanya bertanya, kau tidak usah semarah ini."

"Dan aku hanya menjawab pertanyaanmu, memang dimana salahnya?" Bicara dengan Areez benar-benar butuh extra kesabaran.

"Pantas saja Mira sangat dingin padamu, kau benar-benar sudah tidak tertolong, Areez. Kau sangat menyebalkan," ejek Aldrich jengkel, niatnya untuk bicara dengan cara normal seperti orang lain sepertinya tidak akan terjadi, Areez tidak bisa diajak bicara baik-baik.

"Waktuku tidak banyak, cepat katakan apa yang ingin kau katakan."

"Baiklah, sepertinya aku harus langsung bicara ke inti. Ini soal proyek yang sedang kau kembangan di South Australia."

Air muka Areez langsung berubah. "Ada masalah apa? Bukankah semuanya berjalan dengan baik?"

"Masalah besar, Areez. Proyek reklamasi itu terhambat izin dari pemerintah setempat dan..."

"Dan?"

"Clarke Enterprise."

*****

Elena berdiri tepat didepan meja kerja Christian selama hampir tiga puluh menit, kedua kakinya sudah mulai terasa sakit. Sepatu hak tinggi yang digunakannya pagi ini terasa seperti duri, sakit dan menyiksa. Christian yang sedang sibuk berbicara dengan seseorang ditelpon adalah penyebab utama siksaan pertama untuk Elena hari ini.

Tadi malam, saat toko kue milik keluarganya nyaris tutup Kainer datang bersama tiga orang bodyguard. Karena Elena belum pulang, akhirnya Kainer pun mengutarakan alasan kedatangannya malam itu pada kedua orang tua Elena hingga akhirnya pagi ini dengan terpaksa Elena harus datang ke Clarke Enterprise menemui Christian orang yang sudah dia tampar kemarin. Yes, Elena menampar seorang Christian Clarke.

"Awasi semuanya, aku tidak mau hotel kita terganggu dengan keberadaan proyek sampah itu. Gunakan semua cara untuk menggagalkan rencana itu, bawa isu lingkungan untuk mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat setempat," ucap Christian dingin pada anak buahnya yang berada di Adelaide.

Dari tempatnya berdiri Elena bisa mendengar jelas apa yang dikatakan Christian, tanpa sadar Elena mengangkat kedua bahunya karena merasa leher belakangnya tiba-tiba dingin. Aura dingin yang dipancarkan Christian terasa menusuknya kulitnya, Elena pun menyesali keputusannya menggelung rambutnya pagi ini.

"Good, terus update masalah ini. Jangan kecewakan aku, Baron."

Setelah berkata seperti itu Christian pun menutup teleponnya dan selama beberapa menit Christian masih belum membalik tubuhnya, masih dalam posisi membelakangi Elena yang sejak tadi tidak merubah posisinya sejak diantar Kainer masuk kedalam ruangan itu.

"Fuck..." Christian menghentikan umpatannya saat melihat Elena, kedua mata birunya menatap tajam pada Elena yang berdiri ditengah-tengah ruangannya. "Apa yang kau lakukan disini?" Good, pertanyaan yang bagus, Christ!

Elena nyaris meledak mendengar pertanyaan tidak masuk akal yang terlontar dari bibir Christian, laki-laki arogan itu benar-benar membuatnya harus punya kesabaran seluas samudra.

"Akhh...aku ingat," ucap Christian tiba-tiba menjawab pertanyaan yang sebelumnya dia ucapkan. "Jadi akhirnya Nona Elena Wilson kembali ke Clarke Enterprise hari ini, ya?"

"Bagaimana mungkin saya tidak kembali ke perusahaan ini jika asisten pribadi anda menyebutkan nominal penalti yang harus saya bayar pada perusahaan ini, Tuan," jawab Elena sarkas, menyindir tindakan yang Kainer lakukan tadi malam pada kedua orang tuanya.

Satu alis Christian terangkat. "Penalti?" Christian tidak tahu soal ini.

"Tiga juta dolar, itu adalah jumlah yang sangat besar untuk orang miskin seperti kami, Sir. Jadi bagaimana mungkin aku tidak datang pagi ini," jawab Elena datar, mencoba menahan rasa menggigit di kedua kakinya.

Christian terdiam selama beberapa saat mendengar perkataan Elena, dia terlihat bingung dan tidak mengerti kenapa tiba-tiba Elena menyebutkan sejumlah angka padanya. Namun karena kemampuan otak cerdasnya, tidak lama kemudian akhirnya Christian pun tahu apa yang sedang dibicarakan Elena.

"Itu adalah jumlah penalti terkecil di perusahaan ini, Elena."

"Terkecil menurut anda, tapi tidak untuk kami."

"Ok, lupakan soal penalti itu toh pada akhirnya kau ada dihadapanku bukan." Christian menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan menahan senyum. "Jadi apa ada yang ingin kau katakan terlebih dulu padaku, Elena?"

Elena langsung menelan ludahnya, dia tahu kemana arah pembicaraan Christian saat ini. Dari tempat duduknya Christian tersenyum dingin melihat perubahan ekspresi Elena yang sangat ketakutan saat ini, berada di hadapan Christian seperti ini membuat Elena nampak seperti seekor kelinci di kandang macan. Tekanan yang diberikan Christian terlalu kuat dan sangat mengintimidasi, Elena pun menyesali keputusannya kemarin sudah menampar Christian. Karena menuruti hawa nafsu akhirnya kini Elena terjebak dalam masalah besar.

"Maaf."

"Hmm?"

"Maafkan saya, Sir," ulang Elena lirih tanpa berani mengangkat wajahnya menatap Christian.

Christian menyeringai. "Aku akan mempertimbangkan permintaan maafmu setelah melihat performamu di atas..."

"Saya bukan wanita seperti itu, Sir." Potong Elena panik.

Bersambung