Fatrisia berjalan dengan sesekali melihat kebelakang. Takut, ya. Dia sangat takut. Kegiatan singkat bersama Ambrosius cukup melelahkan. Tetapi dia berharap semoga pengorbananya dapat meloloskan semua teman-temannya. Fatrisia bukanlah orang jahat. Tetapi kehidupan masa lalu yang membuat dia menjadi wanita seperti sekarang.
Langkahnya terhenti saat berjarak sekitar setengah meter dengan seseorang yang bersandar di tembok kayu pembatas. Sedikit merasa takut karena dia baru menyadari lantai yang terbuat dari kayu ini memiliki bercak dan tetesan darah di sepanjang jalan. Lututnya terasa lemah, ingin berbalik tapi jalan ini yang paling dekat menuju pintu keluar dan dia berharap akan selamat. Mengambil jalan lain itu sama saja dia harus kembali ketempat semula. Dengan langkah yang berat, akhirnya dia memberanikan diri melanjutkan langkahnya semakin dekat dengan seseorang yang dari kejauhan tengah bersandar.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com