webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Autres
Pas assez d’évaluations
95 Chs

Epilog 44 : Dalam Cerita yang Tersembunyi (1)

Namgung Minyoung dan Kyrgios Rodgraim berpisah dari kelompok yang digiring oleh Monarch Jaehwan. Mereka berdua juga mengajak Jang Hayoung menelusuri Pohon Ilusi, mulai dari lantai tempat altar berada sampai wilayah yang seharusnya tak dimasuki.

Mereka bertiga diam-diam pergi tanpa memberitahu partai, ini adalah pertaruhan yang beresiko tinggi, namun mereka siap menerima apa saja.

Indera transenden mereka menangkap abnormalitas dari suatu tempat, rasanya suram dan menakutkan.

Jang Hayoung mencoba berkomunikasi dengan [Dinding Tak Dikenal] yang telah lama dia abaikan.

"Beritahu aku tentang tempat ini," pinta Jang Hayoung.

Namgung Minyoung dan Kyrgios berhenti untuk menunggu jawaban, mereka berada di koridor gelap dengan obor berwarna biru tua. Ada tiga persimpangan dengan kegelapan yang menelan. Karena ini disebut Pohon Ilusi, maka mereka tak bisa percaya apa yang mereka lihat. Bisa saja itu jebakan.

[Dinding Tak Dikenal mengatakan : itu wilayah terlarang, jangan ke sana]

Suara yang seperti anak kecil merajuk bergema di koridor, tetapi itu tidak mengubah keputusan mereka yang sudah lama direncanakan.

Empat Raja Surgawi yang sudah lama lepas dari Tuan mereka masih memiliki sedikit kesetiaan, tetapi itu tidak merubah keadaan.

Namgung Minyoung memimpin jalan ke salah satu persimpangan koridor yang menghembuskan aura paling menakutkan, seolah makhluk terkutuk dikunci di sana.

Tap Tap Tap

Langkah kaki mereka terasa berat dan keras, ujung koridor masih gelap pekat meski mereka telah berjalan cukup lama.

Kyrgios duduk di bahu Namgung Minyoung, dia bertugas untuk mendeteksi hal-hal yang tak bisa dilihat oleh mata, sesuatu yang sangat kecil seukuran partikel.

"Partikel kegelapan terkonsentrasi di ujung," ungkapnya dengan suara pelan.

Jang Hayoung bersiap sambil memegang senjatanya, kekuatan miliknya kembali ketika [Dinding Tak Dikenal] memilihnya sebagai tuan rumah. Dia sebenarnya bukan siapa-siapa tanpa [Dinding Tak Dikenal]. Cukup menyedihkan untuknya.

"Guru, apakah ini tidak apa-apa?" tanya Jang Hayoung yang cemas.

Sejujurnya, Namgung Minyoung juga sama sepertinya, meragukan tindakan mereka yang berbahaya.

"Aku tidak ingin muridku terus menderita karena bocah konyol itu. Kita harus menemukan sesuatu yang terkait dengan bocah itu di sini," tuturnya dengan penuh tekad.

Dia sangat mengkhawatirkan Yoo Jonghyuk yang berlarian ke sana-sini bersama partainya demi seseorang yang sama sekali tidak menghargai perjuangan mereka. Mungkin bukan begitu, namun Namgung Minyoung masih mempertanyakan apakah 'Kim Dokja' itu benar-benar Kim Dokja yang mereka kenal?

Dia curiga bahwa Kim Dokja telah lama mati semenjak akhir skenario di bumi pada regresi ke-1864 dan takkan ada lagi, itu berarti 'Kim Dokja' jahat yang menyuruh mereka datang ke sini merupakan entitas yang tidak diketahui, dan bermaksud buruk.

Itu adalah penalaran Namgung Minyoung. Dia sedikit berharap itu salah.

Oleh sebab itu, mereka bertiga sebagai transenden yang tidak terkait sistem harus setidaknya menemukan satu hal yang dapat membuktikan 'Kim Dokja'.

Kyrgios berseru, "Aku sama sekali tidak mengenal muridku dari awal hingga sekarang, sepertinya dia memiliki tembok yang sangat kokoh sehingga siapapun tidak bisa mengenalnya lebih jauh. Jika kita benar-benar karakter yang dia bayangkan, bukankah itu aneh karena dia menyuruh kita ke sini?"

Jang Hayoung menatap Kyrgios. Namgung Minyoung membalas, "Pasti ada mekanisme tersembunyi di sini."

Setelah siapa yang tahu berapa lama, mereka bertiga akhirnya melihat cahaya biru gelap obor, koridor membelok ke kanan dan ada pintu hitam dengan huruf aneh tertulis sebagai penanda.

Kyrgios terbang untuk melihat lebih dekat.

⸢Nightmares's Library⸥

Mereka saling bertukar pandang. Tidak mungkin mereka tidak tahu bahwa itu adalah tempat yang mengerikan dan tak boleh dimasuki, peristiwa di ruang putih sebelumnya terngiang di benak mereka.

Pesan antarmuka merah yang menandakan kemunculan ⸢Nightmares's Library⸥ jelas adalah pengingat.

Namun, mengapa pintu ini seolah sebagai tiket masuk ke sana? Bukankah kemunculannya gagal? Tidak, itu disegel!

"Apa kita akan masuk?!" Jang Hayoung ketakutan.

"Ini Pohon Ilusi. Mungkin sejak awal kita diarahkan ke sini. Ayo kita coba," ajak Kyrgios yang tidak mau kembali setelah sejauh ini menjelajah.

Itu pasti bukan kebetulan, mereka bertiga berbagi pemahaman.

Namgung Minyoung mendorong pintu hitam itu ke depan.

Krieeeet!

Suara mendecit seolah engsel pintu tidak dilumasi dan tak terpakai sangat lama.

"Ini... "

Pupil mata mereka membesar, tersentak kaget.

[Kalian di sini]

Dia ada di depan mereka. Mata hitamnya berpusar menunjukkan kedalaman yang tak terjangkau. Dia berdiri tegak dengan mantel putih yang mencolok. Menyilangkan tangannya, dia melihat pengunjung yang diharapkan.

[Aku penjaga ⸢Nightmares's Library⸥, jangan salah mengira diriku sebagai jiwa utama, aku salah satu dari pecahan jiwanya]

"Apa?"

Mereka bertiga bertanya-tanya apakah mereka salah dengar. Namun, ekspresi serius yang terlihat di wajah pucat itu nyata. Di bawah penerangan obor biru tua di setiap sisi dinding dan rak buku yang melingkar, wajah akrab itu menyambut mereka.

***

Time Controller kembali ke dimensi waktu, sekali lagi menjalankan misinya yaitu memperbaiki kesalahan.

Dia melihat arloji miliknya. "Sudah waktunya," bisiknya dengan suara serak.

"Akan sangat menyakitkan mengumpulkan semua pecahan jiwa itu."

Meskipun dia berkata begitu, dia tersenyum. Time Controller telah memantau tempat di mana setiap pecahan jiwanya berada. Dan yang terbesar adalah Yang Hebat. Lalu yang paling penting adalah pecahan jiwa yang berada di ⸢Nightmares's Library⸥.

Memang itu disegel. Akan tetapi, bagian luar tidak termasuk. Pecahan jiwanya telah menempatkan hal penting itu di luar bagian yang tersegel, tempat Nightmares yang lama, Ar, dalam peristirahatan abadi.

***

       • Mengapa kau tidak menyegelku?

Time Controller menjawab dengan lancar. "Aku pikir kau tidak melakukan hal yang salah."

     • Hahaha, jadi kau menentang perintah The First Nightmares?

Time Controller yang memiliki bentuk transparan putih humanoid tanpa fitur khusus menyentuh makhluk gelap yang dikurung dalam sangkar biru tua bercahaya. Rantai keemasan menahannya dalam dimensi khusus ini.

"Tidak, aku ingin memiliki teman," balasnya.

      • Teman? Bodoh, kau tidak tahu betapa buruknya diriku.

"Kenapa kau melepaskan Dewa Luar?"

Time Controller mengungkapkan alasan dari makhluk itu dikurung dan mungkin akan segera disegel.

     • Kau masih belum bertugas di dimensi cerita, kan? Biar kuberitahu, Dewa Luar adalah karakter yang tidak berguna lagi.

"Karakter?"

     • Apa kau menyukai cerita?

"The First Nightmares menyuruhku menyukai cerita."

    • Itu artinya kau tidak suka?

"Aku tidak tahu."

Time Controller berjongkok di depan jeruji, tangannya yang transparan menembus kurungan dan mempertahankan sentuhannya pada apa yang tampak seperti tangan dari makhluk itu.

     • ....

"Aku hanya harus mengontrol semua cerita yang ada agar berjalan sesuai yang ditetapkan. Apakah kehidupan dalam cerita itu menarik, aku tidak tahu."

"Ngomong-ngomong, kau adalah satu-satunya yang mau merespon kata-kataku setelah 'dia' pergi."

"Ah, The First Nightmares tidak termasuk hitungan. The First Nightmares yang memberiku kehidupan."

     • Tidakkah kau ingin mengalaminya, hidup sebagai karakter cerita?

Time Controller tersentak, dan uluran tangannya berhenti. Dia berdiri, mengeluarkan arloji unik miliknya.

"Jika aku melepaskanmu, akankah kita bertemu sebagai sesama karakter di suatu dunia cerita, maukah kau menjadi temanku?"

Dia tampak sudah memutuskan sesuatu.

     • Apa....?

"Aku akan menikmati waktu yang tersisa sampai sumbu kehidupanku padam. Akan ada Time Controller selanjutnya. The First Nightmares memberiku kesempatan untuk belajar tentang kehidupan."

    • Kalau begitu, aku akan membantumu mewujudkan cerita yang luar biasa hanya untukmu.

"Kau juga."

***

Garis waktu.

Dewa Tersegel menghilang dan membuat kekacauan. Time Controller bertemu 'dia', musuh di balik layar yang sama dengannya. Namun, kondisi 'dia' cukup menyedihkan, sama seperti beberapa karakter yang berada di the Real Paradise.

Time Controller mulai mempertanyakan keputusannya dan keegoisannya. Dia mengatur banyak hal dan akhirnya rumahnya, the Real Paradise, menolak dirinya.

Time Controller memecah jiwanya, tidak mempedulikan rasa sakit. Dia menyebarkan sebagian untuk menjaga the Real Paradise, sementara dia mulai mencari keberadaan makhluk yang dia lepas, Dewa Tersegel.

Time Controller merasakan keajaiban reinkarnasi, transmigrasi, dan regresi berulang-ulang hingga dia sepenuhnya memahami 'kehidupan' yang dimaksud The First Nightmares.

Time Controller bertemu karakter menarik bernama Ar, dia ingin berteman dengannya. Namun, sebagai pengatur waktu masa lalu, kini, dan masa depan, dia mengetahui hal yang mengerikan.

Oleh sebab itu, dia menghindari Ar. Sayangnya, musuh di balik layar menambah bahan bakar ke api dan semuanya menjadi tidak terkendali.

Dia dibunuh oleh Ar dengan senjata yang memiliki aura yang akrab, Dewa Tersegel.

Dengan itu, dia memilih untuk menyegel ingatannya dan kemampuan pengatur waktu. Dia meminta The First Nightmares mengizinkannya menyelesaikan kekacauan yang dia sebabkan.

Time Controller melekat ke jiwa Ar.

Mengikuti reinkarnasi ke suatu dunia cerita yang unik. Secara alami, dia yang mengendalikan, namun tanpa ingatan apapun.

Dia menjalani kehidupan sebagaimana adanya, melihat perlakuan kasar, merasakan pukulan, rasa sakit, dan semuanya.

Itu sampai dia bertemu seseorang dengan aura yang terasa akrab.

Dia tidak ingat, tetapi dia tahu seseorang itu penting baginya. Dia merasa harus melakukan sesuatu, namun orang tersebut meninggal karena alasan yang klise.

Dia tidak bisa menerimanya. Pada saat itu, salah satu bagian ingatan yang tersegel lepas. Pada usianya yang ke-15 sebagai seseorang bernama 'Kim Dokja', dia mengakhiri hidupnya, menuju sumber dari semua cerita, Tower of Nightmares. Menanggapi panggilan.

***