webnovel

Fanfic Omniscient Reader's Viewpoints

Ini adalah fanfic yang kubuat untuk menemukan epilog yang kuinginkan untuk MC. Sebaiknya jangan membaca fanfic ini jika belum membaca novel aslinya sampai tamat karena mengandung spoiler. *** Han Sooyoung sampai di depan pintu itu lalu perlahan membukanya dengan harapan putus asa. Bagaimana jika itu harapan palsu? Bagaimana jika hal yang lebih buruk terjadi? Bagaimana jika sekeras apapun mencoba berharap itu mungkin, itu tidak terjadi? Saat pintu itu terbuka, ruangan terang dengan jendela terbuka lebar dan tirai berkibar terlihat. Semua kertas-kertas yang telah dia tulisi bertebaran dimana-mana. Han Sooyoung menyeringai seperti orang idiot lalu melangkah masuk sambil menyaksikan kesimpulannya. [Cerita ini hanya untuk satu pembaca itu] ***

Miharu2Tachi · Autres
Pas assez d’évaluations
95 Chs

Epilog 29 : Kutukan (1)

Di sebuah kamar flat kecil yang berantakan, seorang anak lelaki dengan tubuh kurus sedang meringkuk di ranjangnya.

—The First Nightmares memanggilmu.

Anak itu gemetaran saat membalas pesan yang tersampaikan di kepalanya dengan gumaman.

"Apa aku akan terjebak selamanya di sana?"

—Kau bisa memilih.

Selama beberapa ketukan jam yang berdetak di meja samping tempat tidurnya, dia akhirnya mengumpulkan keberanian untuk membuat keputusan.

"Aku akan menggantikanmu, dengan begitu apakah mereka bisa hidup kembali di sana?"

—Kau mungkin akan kehilangan alasanmu setelah ini, aku tidak memaksamu.

"Tidak apa-apa, bukankah reaslisme dan fantasy perlu dibedakan?"

—Memang, tapi kau akan mengalami penyiksaan jiwa tercabik-cabik.

Anak itu terkekeh meskipun perasaannya sama sekali tidak senang.

"Bukankah ini cara untuk melepaskan kutukanmu?"

—Kutukan kita.

"Aku tidak mengerti kenapa bisa menjadi 'kita', aku bahkan tak tahu wujudmu."

—Kau sangat tenang, bukan?

"Tidak."

Anak itu turun dari ranjang untuk mengambil sebuah buku catatan kosong dari lemari pakaiannya yang kecil.

"Aku akan menulis mulai sekarang."

Dia memutuskan saat mengambil pena lalu mencoret-coret halaman kosong dalam buku catatan itu.

<Catatan kehidupan ke-1>

***

Kembali di ruangan putih Tower Of Nightmares, Yoo Sangah yang pertama terbebas dari belenggu potongan cerita yang bersinar, dia dibebaskan dari ilusi. Tubuhnya goyah dan langsung ambruk dengan cepat.

Matanya menatap kosong ke atas, ke setiap potongan cerita yang seperti cuplikan film yang diputar berulang-ulang.

God Of Stories menghampirinya dan membantunya bangun.

"Ilusi yang mengerikan, bukan?" tanyanya.

Yoo Sangah mengangguk dan menatap God Of Stories dengan rasa terimakasih karena membangunkannya dari aliran pemikiran yang sesat. Dia melihat sekeliling ke rekannya yang juga sama-sama dibelenggu dan tidak sadar. Mereka pasti menjalani dunia ilusi sesat itu, Yoo Sangah berharap dia bisa melupakan apa yang 'orang itu' katakan sebelum terbangun.

Monarch Jaehwan ternyata juga ikut terbelenggu, itu tak terduga karena dia bukan bagian dari partai Yoo Jonghyuk. Namun, dia memiliki hubungan dengan 'orang itu', jadi mungkin saja dia menjalani ilusi yang menarik dan lebih mengerikan.

Sementara itu, Plotter sedang membaringkan Yang Hebat yang kehilangan kesadaran di sampingnya sejak The First Nightmares membuka ilusi, tidak, itu sejak Yang Hebat merusak segel bagi Nightmares untuk tidur abadi. Plotter menutup matanya yang terasa perih karena terus terpapar potongan cerita yang sangat mengerikan di sekitarnya. Dengan pengendalian diri yang kuat, dia mengabaikan beberapa serta melihat sisanya dengan penasaran.

"Harusnya mereka sudah pergi sekarang," gumamnya sambil mengelus kepala kecil Yang Hebat dengan pelan.

God Of Stories terus fokus pada layar merah yang diperbarui.

<<Kemunculan 75%>>

<<Perekaman 20%>>

<<Memulai Penyegelan>>

Ada satu pesan yang ditambahkan dengan kata penyegelan, sangat jelas setelah kemunculan 100% dan perekaman selesai, pesan itu akan memulai hitungannya.

"20% dengan satu yang kembali itu terlalu banyak."

Sambil menggumam dengan ekspresi tabah, dia mendekati pusat potongan cerita, ke sosok yang sudah menjadi robot dengan mata kosong dan wajah tanpa ekspresi serta sama sekali tidak bergerak sejak perekaman dimulai.

"Nightmares," panggil God Of Stories dengan hati-hati saat berdiri tiga langkah darinya.

"Kau yakin membiarkanku menyimpan cerita terpentingmu? Aku tahu, aku tidak bisa mengubahnya meskipun berulang kali kembali, tapi apa kau tidak mau mengambilnya?"

Tak ada jawaban. Hanya mata seperti ikan mati yang tampak tidak melihat ke mana pun, tersesat dalam diri sendiri. God Of Stories menahan hatinya yang bergemuruh dan memasang wajah poker. Sosok di depannya lebih cocok disebut NPC yang belum diprogram untuk gerakan dan respon jika ini adalah game.

"Hei, seharusnya kau tidak menerima tawaran iblis itu, Dokja."

Ada sedikit getaran samar di pupil mata hitam tanpa cahaya itu. God Of Stories menangkap kelemahannya dan menaikkan sudut bibirnya sekilas.

"Ini masih menjadi misteri tentang siapa 'dia', walau aku punya tebakan sekalipun, itu tidak bisa menjelaskan apa dunia ini atau bagaimana bisa?"

"Jadi." God Of Stories meraih wajah yang terasa dingin di depannya dengan kedua tangan. "Kamu masih ingin menghidupkan dunia ini dan tidak ingin kembali, bukan? Lalu, aku bisa membantumu tahu, kau seharusnya bertanya padaku sebelum memutuskan penyegelan."

Semburan kekecewaan dan kekhawatiran itu sama sekali tidak mendapat tanggapan.

"Hei, setidaknya biarkan aku menghiburmu sedikit dengan cerita manis," hiburnya dengan desahan sedih.

Akhirnya ada sedikit reaksi. Namun, ini bukan yang dia harapkan. Tangan putih halus mencengkeram lehernya dengan sangat kuat.

"Ugh."

Kekuatan yang sangat kuat membanjiri tubuhnya sebagai God Of Stories, dia bertanya-tanya seberapa banyak yang dilalui 'orang ini' untuk mendapatkannya? Dan fase kontrol dari Tower Of Nightmares dimulai.

God Of Stories telah memprediksinya, cepat atau lambat ini pasti terjadi. Sebelum kemunculan 100%, 'orang ini' sepenuhnya menjadi boneka pembantai. Setelah melenyapkan semuanya di sini, ada kemungkinan 'orang ini' akan menghancurkan beberapa pandangan dunia sebelum tertidur abadi.

Oleh sebab itu, ruangan putih menjadi tempat yang sangat cocok untuk mencegahnya berlari liar ditambah ada individu kuat di sini, meskipun God Of Stories tidak yakin apakah mereka bisa menghentikannya.

"Ughhh!"

"Ah."

Yoo Sangah di kejauhan bisa melihat apa yang terjadi dan teriakannya menyadarkan Plotter yang berada di sisi lain altar. Plotter berdiri dan bersiap untuk bertarung, kurang lebih firasatnya selalu benar tentang bahaya. Bukankah terlalu damai dan tenang saat pengendali dunia, Nightmares, mulai ditidurkan untuk mencegah kehancuran?

Serangan awal God Of Stories dengan tombak dan senjata pemusnah yang sedikit melukai itu sebenarnya sangat penting dalam mengurangi kekuatan boneka itu sekarang. Dan 'orang itu' sebelum menyerahkan diri menjadi boneka telah menyiapkan segalanya demi keselamatan. Sekali lagi keselamatan yang menjadi kutukan.

Cekikan yang kuat melonggar, tapi justru itulah sinyal dari sosok itu untuk memulai pertarungan.

Shhhhhhh!

Duok!

Brak!

God Of Stories terlempar menembus berbagai potongan cerita yang perlahan hancur sampai tergeletak dengan darah mengalir dari mulutnya.

Plotter mengeluarkan <Heaven Shaking Sword> nya saat melangkah maju dari samping sosok itu. Transendensi-nya hampir sempurna ditambah status sebagai Juri sehingga satu tebasan dari samping dengan <Red Phoenix Shunpo> berhasil mengiris bahu sampai pinggang sosok itu.

Tak ada kernyitan rasa sakit atau apapun, hanya menoleh lalu berjalan seperti robot ke arah Plotter. Darahnya yang terus mengucur menambah genangan darah sebelumnya yang belum mengering. Kakinya yang tanpa alas kaki memercikkan darah saat langkah berat jatuh.

Plotter menjaga fasad dinginnya kemudian menebas lagi secara horizontal. Sayangnya, itu berhasil ditahan hanya dengan satu jari yang berdarah. Rasa dingin naik ke seluruh tubuh Plotter, itu adalah sesuatu yang tak bisa dia lawan.

Tiga langkah, dua langkah, berhenti. Sosok itu mendorong Plotter dan melemparkan pedangnya, seperti yang dia lakukan pada God Of Stories, dia mengulurkan tangan ke leher Plotter.

"Kim Dokja," panggil Plotter tanpa sadar.

Tangan itu berhenti. Namun, itu hanya sesaat. Dia mencengkram lehernya dan membantingnya ke bawah sampai terdengar suara retakan.

Krak!

God Of Stories di sisi lain memulihkan diri sebentar sebelum membantu Plotter sambil menghalau Yoo Sangah dengan penghalang manik-maniknya dan melarangnya ikut campur.

Dia menggunakan [Predictive Plagiarism] untuk membentuk senjata-senjata masif sekali lagi, dia tidak peduli apakah dia sanggup membentuk lebih banyak lagi, tapi itu masalah lain. Sekarang setidaknya dia harus mengikat sosok itu untuk tetap diam sampai kemunculan 100% dan penyegelan dimulai.

"Nightmares, seharusnya tidak begini kalau saja kembaranmu tidak mengacau, benar kan?!"

God Of Stories meneriakinya sambil membentuk tombak hitam lain di tangannya dan bersiap menikam tepat ke jantungnya sekali lagi. Gaun hitam selutut itu sangat cocok untuk menyembunyikan darah yang membasahi seluruh tubuhnya serta menambah kecepatan geraknya. Ketika dia sampai tepat di depan target, dengan kekuatan penuh tarikan ke belakang, dia mengayun ke depan tanpa memberi waktu pada target untuk merespon.

Namun, pada saat itu —

[A pa kau ta hu? A ku sela lu meng hargai usa ha mu mem bawa ku kembali]

God Of Stories terlambat menghentikan serangannya dan tombak hitam untuk kedua kalinya menembus dan air mancur darah membuyarkan keseriusannya di akhir kata-kata robot itu.

"Arghhhh!!!!"

Dia terlambat menyadari bahwa untuk sesaat kesadaran 'orang itu' kembali hanya untuk memberitahunya sesuatu yang selalu ingin dia dengar...

Dia berteriak histeris ketika air mata menetes ke genangan darah di bawahnya, tepat di sekitar kaki targetnya.

<<Kemunculan 80%>>

<<Perekaman 35%>>

<<Memulai Penyegelan>>

<<!!!!Proses penyegelan dipercepat>>

<<Penyegelan 5%>>

"Hah!"

God Of Stories menatap pesan itu dengan frustasi, tanpa perlu menyelesaikan kemunculan dan perekaman, penyegelan dimulai. Jelas itu mengguncang keseimbangan, jika penyegelan lebih dulu selesai, maka mereka yang melalui ilusi akan terjebak selamanya.

"Keluarlah dari ilusi, kalian semua!!!!" raungannya menggema ke seluruh ruangan.

***