"Hah?" Vando terkejut, gadis cantik yang duduk di kursi sebelah kirinya itu adalah Aurel yang sedang diperjuangkan oleh temannya.
"Dunia emang sempit ya. Dimana mana ada lo!" Kesal Aurel pada Rega.
"Lah kok bicara gitu sih? Gue di sini buat makan sama temen temen. Salah lagi?" Tanya Rega ke Aurel yang terus disalahkan.
"Emang cowok serba salah, cewek selalu benar." sahut Robi.
"Nyatanya! Lo selalu salah!" jawab Aurel menunjuk Rega dengan tatapan mata sinis.
"Etdah buset, ini cewek apa banteng? Ganas men." Ucap salah satu teman Rega.
Rega langsung memberikan tatapan tegas ke temannya yang barusan mengucapkan hal yang menurut Rega tidak pantas diucapkan ke Aurel.
"Diam aja kenapa sih! Di bogem Rega mau?" Tanya Yoga ke temannya yang barusan mengatakan kalau Aurel seperti banteng yang ganas.
"Pulang aja guys aku gak selera makan," Ucap Aurel yang mulai berdiri dari duduknya namun dicegah oleh Rega.
"Maafin temen temen gue, dan gue juga. Lo gak harus pulang sekarang." Sahut Rega mencegah Aurel untuk pergi dari cafe.
Andrian, Reza, Beni dan, Yoga menahan tawa melihat tingkah Rega yang seakan tidak mau kalau Aurel pergi dari cafe. Sementara Aurel yang merasa sekarang jadi perhatian semua orang seisi cafe memilih untuk duduk kembali dan melanjutkan makan makanan yang sudah dia pesan.
"Udah kita makan aja gausah ladenin yang gak penting," Ucap Amira agar Aurel tidak memperdulikan Rega dan teman temannya.
Rega juga kembali duduk dan makan makanan yang sudah dipesankan oleh Andrian, tetapi matanya sesekali melihat ke arah Aurel yang sedang makan dengan cepat. Dalam hati Rega mengatakan dia salah dengan memutuskan makan di cafe.
Vando yang sedari tadi memandang Aurel merasakan hal berbeda, Vando merasa Aurel gadis yang sangat cantik dan pemberani menurutnya. Lantas sekilas dia sadar bahwa dia sedang mengagumi gadis yang sudah menjadi incaran temannya yang tak lain adalah Rega.
Beni yang juga sedari tadi melihat ke Vando terlihat memperhatikan Aurel yang tengah berantem dengan yang lain sampai sekarang masih memperhatikan Aurel yang sedang makan bersama dua gadis cantik yang tak lain Amira dan Meisha.
"Ekhem, makanan masih utuh. Gak nafsu makan juga bang?" tanya Beni ke Vando yang berhasil membuyarkan pandangannya.
"Ini mau gue makan kok, " Jawab Vando sembari mengambil sendok serta garpu dan mulai makan.
Tapi saat Vando sudah makan dan memasukkan beberapa suapan ke mulutnya. Dalam fikiran Vando masih ingin memandang Aurel yang menurutnya sempurna, namun balik ke awal lagi bahwa yang dia kagumi saat ini sudah dicintai oleh temannya terlebih dahulu.
Rega dan yang lainya tak menyadari hal itu. Hanya Beni yang menyadari bahwa Vando pasti juga menyukai Aurel sejak pertama kali bertemu beberapa menit yang lalu.
"Rel," panggil Meisha ke Aurel dengan nada yang tidak bisa didengar oleh orang disekitar mereka.
Aurel yang merasa dipanggil mengangkat kepalanya dan melihat ke Meisha.
"Apa?" tanya Aurel ke Meisha.
"Kamu sadar gak, kalau dari tadi temennya Rega yang pakai hoodie hitam itu merhatiin kamu terus," jawab Meisha yang tau kalau Vando diam diam memperhatikan Aurel.
Aurel lantas mengalihkan pandangannya ke cowok yang dimaksud Meisha. Saat dia bertemu pandang dengan Vando sontak membuat Vando kelagapan merasa terciduk bahwa sedang memperhatikan Aurel diam diam.
"Iya kan?" tanya Meisha meyakinkan.
Aurel mengangguk pelan.
"Kita pulang aja, jadi takut aku," gumam Amira.
"Ini belum habis Ra," Ucap Aurel ke Amira yang melihat makanan mereka bertiga belum habis.
"Yang diperhatiin Aurel kok jadi kamu yang takut?" Tanya Meisha ke Amira.
"Mereka cowok loh Sha, bukan cewek kayak kita." Jawab Amira dengan wajah serius.
Aurel membenarkan Amira. Diapun menyuruh Meisha dan juga Amira segera menghabiskan makanan dan minuman agar cepat keluar dari cafe ini karena dia merasa risih dengan tatapan Vando ke dirinya.
Selesai mereka makan dan minum Aurel mengeluarkan 5 lembar uang seratus ribuan diatas bil dan mengatakan ke pramusaji untuk mengambil kembaliannya. Rega yang melihat Aurel sedang berburu buru bagai dikejar orang dalam hatinya bertanya tanya.
"Tadi Aurel udah tenang, sekarang kenapa malah kayak dikejar orang jahat?" Batin Rega yang memperhatikan gerak Aurel yang berbeda dari tadi.
Langkah kaki Aurel, Amira dan, Meisha keluar bersamaan untuk segera meninggalkan cafe itu. Saat sudah didalam mobil mereka bertiga bernafas lega kecuali Meisha yang biasa saja tidak sepanik Aurel dan Amira. Toh temen Rega bukan brandal ganteng pula, seperti itulah isi fikiran Meisha saat ini.
"Kalian berdua udah kayak dikejar depkolektor karena gak bayar hutang," Cibir Meisha sembari menyalakan mesin mobil.
"Enak banget bilang kayak dikejar depkolektor! Gatau rasanya seperti diikuti penguntit!" ujar Aurel mengutarakan perasaannya saat diperhatikan oleh Vando didalam cafe tadi.
"Kalau ganteng ya gapapa, betah aku diperhatiin diam diam kayak tadi hahaha," Ucap Meisha sembari tertawa lepas.
Aurel langsung membuang muka, tidak habis pikir dengan ke absurd an sahabat cantiknya yang satu ini. Bisa bisanya bilang kalau betah diperhatiin diam diam sama orang yang belum dikenal seperti Vando, dengan alasan kalau ganteng ya gapapa.
Sementara didalam cafe Rega dan teman temannya masih asik mengobrol, kecuali Vando yang hanya diam entah sedang memikirkan sesuatu yang jelas hanya tuhan yang tau.
"Diam aja tumben? Kenapa lo?" Tanya Rega ke Vando.
"Gak gue biasa aja," Jawab Vando sembari memberikan senyuman seperti biasanya.
"Jangan bilang bilang ke mama lo, kalau kita palak lo," ucap Robi ke Vando hanya dibalas gelengan malas oleh Vando.
"Buat apa Vando bilang ke mamanya soal hal seperti ini buang buang waktu ya kan?" Sahut Yoga yang duduk disamping Rega.
"Bener Yoga, gapenting gue bilang ke nyokap. Pasti jawabannya kamu memang dermawan," Ucap Vando menjelaskan alasan sebenarnya ke teman temannya itu.
"Oh ya gue lupa mau tanya satu ke lo yang jarang banget lo keluarkan dari mulut lo," ujar Rega yang ingin bertanya ke Vando.
"Apa yang belum pernah gue keluarkan dari mulut gue?" Tanya Vando ke Rega.
"Pacar." Jawab Rega.
Vando memang jarang sekali membahas tentang hal yang diucapkan Rega barusan, dan kali ini mungkin Vando tidak akan mengalihkan pembicaraan seperti biasanya saat ditanya hal yang sama seperti yang diucapkan Rega.
"Selama belakangan ini gue jomblo, dan sebentar lagi kayaknya enggak jomblo lagi." Ucap Vando terang terangan.
"Lo suka sama cewek? Siapa? Setau gue yang ngintilin lo mulu kalau jalan keluar, nggak ada yang lo kagumi satu ekor pun!" Sahut Robi tegas dan jelas.
"Ekor? Lo kira sapi? Hahaha," Reza menertawakan ucapan Robi sampai terpingkal pingkal.
"Garing." Gumam Rega.
Beni yang mencerna ucapan Vando mulai curiga, mungkinkah yang Vando maksud adalah Aurel? Vando mengagumi Aurel pada pandangan pertama. Menurut pemikiran Beni, jelas jika Vando mengagumi Aurel karena sedari tadi Beni melihat Vando yang tak mengalihkan pandangannya ke Aurel satu senti pun.
Rega yang tersadar kalau Beni hanya diam langsung mengajak berbicara agar tak merasa dikucilkan, walau sebenarnya Beni mencurigai Vando jika kalau benar dugaannya akan bahaya buat sahabatnya.
"Diam aja, kenapa juga lo?" Tanya Rega ke Beni.
"Nggak. Gue nggak kenapa-kenapa, Gue nyimak aja hehehe." Jawab Beni memasang wajah biasa saja agar Rega tak curiga kepadanya.
Jam sudah menunjukkan pukul 2 siang, Rega dan teman-temannya memutuskan untuk pulang, sudah cukup buat mereka menghabiskan waktu bersama walau serasa sebentar karena waktu berlalu begitu cepat. Mereka pulang kerumah masing masing terutama Rega yang arah rumahnya searah dengan rumah Vando.
Bedanya Rega belok ke komplek perumahan Delima sementara Vando Komplek perumahan Tirta. Dipertengahan jalan mereka berpisah dan melajukan motor menuju rumah masing masing.
"Kenapa Aurel muncul dalam pikiran gue terus sih?"