webnovel

Es Kutub Yang Mencair

Apa yang akan kamu lakukan jika, ada orang yang tiba-tiba bertanya "apa itu takdir?" dan bagaimana jika ternyata dialah takdirmu?. berkisah tentang seorang remaja perempuan yang tidak ingin jatuh cinta pada laki-laki, karena perlakuan ayahnya di masa lalu, dia bahkan tumbuh menjadi perempuan yang dingin. menjauhkan dirinya dari sekolah campuran adalah pilihannya agar tidak berdekatan dengan laki-laki, tapi takdir berkata lain... tiba-tiba dia bisa merasakan rasa suka, yang sampai bisa merubah kepribadiannya, rasa luka yang bisa dia rasakan, dan bahkan dia bisa merasakan betapa sakitnya sebuah perpisahan. siapa? siapa dia? yang bisa membuat seorang perempuan dingin, yang anti akan cinta, bisa menangis tersedu-sedu karena luka yang mulai membakar hatinya yang beku?.

Hana_Hiromi · LGBT+
Pas assez d’évaluations
18 Chs

first kiss ku...

" selamat pagi! " sapa azumi yang duduk di sebelah ku.

"..." Tanpa merespon sapaannya aku terus saja membaca buku ku.

"Hm...dingin juga, gimana kalo aku cairkan sedikit " bisik azumi tepat di telingaku.

Aku hanya melihatnya dengan sorot mata yang tajam, tapi bukannya dia takut dan duduk diam, malahan dia melihatku dan tersenyum lebar.

"Hmph! Apa itu sebuah lelucon?" Batinku.

" Eri..." Panggil azumi

Tanpa menjawab panggilannya, aku tetap saja membaca buku ku.

" Eriiiii!" Panggilnya lagi...dengan pose menaruh kepalanya di meja.

" Eriiii....!!" Panggilnya LAGI!

" Ada yang bisa aku bantu azumi Aiko?" Tanyaku dengan nada yang lembut.

" Ajak aku keliling sekolah " jawabnya.

" Apakah murid baru ini, sudah lupa?" Tanyaku dengan cara bicara yang formal.

" Hm! Aku lupa" tegasnya.

"Aaah! Menyebalkan sekali anak ini" batinku geram.

" Bukankah ketua OSIS akan membawaku" katanya sambil menggandeng tanganku.

" Lepaskan azumi" kataku sambil melepaskan genggamannya.

" Berhentilah sok akrab denganku" jelasku seraya berjalan mendahuluinya.

( 2 jam berlalu, dan sampai di tempat yang terakhir)

" Ini adalah lab biologi yang tidak lagi terpakai, jangan sekali-kali masuk tanpa izin, ingat!" Kataku mengingatkan.

" Hm okee" jawabnya santai.

" Baiklah karena sudah selesai perkenalan sekolahnya, aku pa-"

"Kamu mau kemana?" Tanyanya sambil menarik tanganku, dan tersandar di dinding lab biologi.

" Lepaskan azumi " kataku pelan.

" Aku menyukaimu " bisiknya tepat di depan wajahku.

" Berhentilah merayuku, Azumi Aiko..." Kataku dan memalingkan wajahku.

" Nada bicara yang selalu datar" katanya.

" Apakah salah?" Tanyaku.

" Kenapa kamu selalu berbicara formal padaku?" Tanyanya.

" Apakah kita sangat dekat?" Tanyaku balik.

Dia hanya menatapku dan diam.

Chu~( dalam bahasa suara pada kamus bahasa Jepang yang berarti cium)

Sebuah ciuman mendarat di bibirku, mataku terbuka lebar,sontak membuat jantungku seperti akan jatuh ke tanah.

"Azumi!" Bentakku dengan nada tinggi, sambil mendorongnya menjauh.

" Kena-" katanya terhenti dan langsung memelukku.

" Maafkan aku Eri, aku tidak bermaksud menyakitimu" bisiknya di telingaku.

" Lepaskan aku " kataku pelan.

" Hm~ tidak, aku akan terus memelukmu, sampai wajah itu kembali normal" jelasnya.

" Ha?" Aku keheranan.

Sambil memegang kedua pundakku, dia berkata...

" jangan pernah tunjukkan ekspresi wajah itu pada orang lain selain diriku Eri." Jelasnya.

Aku hanya diam dan menatap wajahnya yang terlihat sangat serius.

" Kenapa?" Tanyaku.

" Entahlah, aku hanya merasa tidak ingin ada yang melihat wajah itu" jawabnya.

" Ayo pergi " ajaknya sambil menggenggam tanganku.

" Tangan yang hangat" batinku.

Setelah kejadian di belakang lab biologi, azumi selalu saja mengekor ku.

" Selamat pagi Eri!" (Hari ke-1)

" Eriii!!!" (Hari ke-2)

" Kamu ingin makan?" (Hari ke-3)

Dan hari-hari selanjutnya teruslah seperti itu...

TING...TING...TING

" Aku ingin bicara, temui aku di atap " kataku pada azumi saat bel berbunyi.

(Di atap )

" Ada apa Eri?" Tanya azumi heran.

" Bisakah kita hentikan ini?" Kataku padanya.

" Maksudnya?" Tanyanya.

" Berhentilah merayuku, dan jangan pernah sok akrab denganku hanya karena kamu menciumiku waktu itu." Kataku dengan jelas.

" Hanya itu yang ingin aku katakan, oh iya! lupakan saja soal ciuman itu" kataku dan berjalan pergi meninggalkannya.

DEG!

" Eri!!"

"Eri!!!!"

"Eriiiiiii!!!" Teriak Azumi, dengan posisi memelukku dari belakang.

" Eh? Azumi? "

" Apakah aku terlihat seperti perempuan yang suka memainkan perasaan orang lain?" Tanyanya.

"A...apa yang kamu maksud? Lepaskan aku azumi" jelasku sambil berusaha melepaskan rangkulan tangannya pada tubuhku.

" Aaah... Ini yang sangat aku takutkan " batinku.

Selama beberapa hari setelah kejadian ciuman, yang aku pikirkan hanya tentangnya, Azumi Aiko, seorang anak baru yang berhasil mencuri ciuman pertamaku.

( Beberapa hari sebelum berbicara di atap, Setiap malamnya, di asrama sekolah, kamar : Ayano Eri)

(Malam hari setelah kejadian)

" Eeeeh~~" gumamku sambil menyentuh bibirku, dan mengingat kejadian ciuman itu.

" Apakah aku sekarang seorang Les-"

"Ah!!! ITU TIDAK MUNGKIN!!" Kataku sambil mengacak selimutku.

(1 harus setelah kejadian)

" Azumi Aiko, bisa-bisanya dia mencuri first kiss ku" gerutu ku sambil berguling di lantai kamarku

" Azumi Aiko, anak pindahan yang tidak tahu malu" gerutu ku sambil menjambak karpet kamarku.

" eh? apa jantungku bermasalah? " tanyaku pada diri sendiri sambil memegang dadaku.

Dan akhirnya setiap malamnya yang Aku pikirkan hanya Azumi Aiko, dan setiap malamnya juga Jantungku berdegup kencang seperti ada sesuatu yang salah.

" harus aku akhiri, aku tidak ingin dia terus mempermainkan ku" gumamku.

"Eri.." bisiknya

"lepaskan" jawabku dengan nada suara yang datar.

" lepaskan azumi, aku harus pergi rapat OSIS" jelasku.

" aaah tubuh yang hangat, dan lagi-lagi jantungku merasa tidak enak " batinku.

" apa dia tidur?" batinku, karena azumi memelukku dan tetap diam.

" azumi? " panggilku.

" hm? belakangku seperti basah" batinku.

" azumi?" panggilku sambil membalikkan badanku dan menghadapnya.

betapa terkejutnya aku melihat air matanya yang mengalir.

" azumi?" panggilku.

" a-"

" apa yang kurang dariku? " tanyanya.

" eh?"

" Eri...aku menyukaimu...aku sungguh menyukaimu...apa yang harus aku lakukan..?" jelasnya dengan tersedu-sedu.

mendengar perkataannya aku hanya bisa diam dan mematung, tidak tahu apa yang harus aku katakan, baru pertama kali ada yang mengungkapkan kata-kata seperti ini padaku.

" apa yang istimewa dariku?" tanyaku memecahkan keheningan.

" apa aku pantas untuk dicintai?"

" apa perempuan dingin seperti ku pantas untuk mu?" tanyaku.

" jauhi aku azumi, aku tidak ingin lagi terlibat dalam masalah seperti ini " jelasku.

" beritahu aku kenapa aku harus menjauh darimu " katanya.

" cepatlah pergi azumi, diriku terasa sangat aneh " batinku.

" beritahu aku Ayano Eri! " tegasnya.

" jantungku terasa sangat aneh ketika dekat denganmu, setiap hariku hanya memikirkan mu, detak jantungku...Jan...jantungku...tidak karuan saat mata kita bertemu " jelasku sambil memalingkan wajahku.

" aku pikir aku sakit, tapi saat aku ke dokter, kata dokter jantungku baik-baik saja, dan-"

DEG!

" bukankah itu artinya kamu juga menyukaiku?" bisiknya dalam pelukanku.

" eh? mana mungkin " kataku.

" Eri aku sangat menyukaimu.." bisiknya tepat di telingaku

dan sebuah ciuman mendarat di bibirku....

" aaah...ternyata ini rasanya...Azumi... aku bahkan bisa memberitahukan mu sekarang bahwa aku jatuh cinta padamu di hari pertama kita bertemu, di bawah pohon sakura..." batinku.

" ayo kembali ke kelas, sebentar lagi bel istirahat berakhir " kataku saat melepaskan ciumannya.

" ayo! " ajaknya sambil menggenggam tanganku.

" lepaskan azumi nan-"

" panggil aku Aiko " jelasnya membalikkan badannya padaku

" ha?"

" Aiko! panggil aku Aiko, Eri " tegasnya.

" belum bisa " jawabku sambil tertunduk malu.

" bukankah kita su-"

"sssst..." sambil menutup mulutnya azumi.

" bisakah kamu tidak berbicara keras-keras " tegasku, sambil melihat sekeliling.

" makanya Eri, panggil aku Aiko " merengek-rengek.

" A..A...Azumi.." kataku sambil menunduk.

"sekali la-"

" ah kamu sangat menggemaskan Eri " katanya langsung memelukku.

" A...Aiko " panggilku.

" iya!" jawabnya dengan wajah yang gembira.

" ayo kembali!" ajaknya sambil sambil tersenyum.

"hm" jawabku sambil mengikutinya dari belakang.