webnovel

ERLAN : Through the Wonderland Journey

“It such a terrible dream…” Tenggelam dalam hamparan samudra yang sangat luas, dikelilingi kesunyian yang tiada taranya hingga terhanyut dalam kesepian… “Sayangku, apakah itu kau?” Terdengar suara perempuan yang familiar dari balik gelapnya lautan itu. Meniti suara hati, membawaku tepat di hadapan gerbang berbentuk spiral. Bagaimanakah kelanjutan dari ceritanya?

soon_se · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
1 Chs

Chapter 0 : Imagine.

"Hampa.."

Bertahun-tahun lamanya depresi itu menggerogoti pikiranku. 10 Tahun sudah berlalu semenjak terakhir kali aku dapat merasakan kebahagiaan. Emosi yang terpendam begitu lamanya, bahkan aku lupa cara untuk mengekspresikan emosi itu…

*Flashback 10 Tahun lalu

Kalender Masehi

23 June 2025, Indonesia.

Kring! Kring! Kring!

"Hoamm.."

Mimpi yang indah, sayang hanya bertahan sebentar… Sungguh, aku selalu berangan-angan bahwa mimpi itu adalah reality.

Segera setelah bangun, aku beranjak untuk memulai aktivitas yang membosankan itu lagi (kerja). Sebelum itu, aku memulainya dengan mengisi energi terlebih dulu,

"Woahh.. kosongnya ni kulkas," ucapku secara spontan.

Kruk,kruk..

"WOI! Laper bangett, makan telur aja kali yaa?" Ucapku pasrah, "mumpung ada satu lagi."

Karena sudah tak kuasa menahan rasa lapar, aku pun segera memasak telur yang baru saja ku dapatkan.

Berbarengan dengan selesainya telur yang telah ku masak, aku pun bergegas menyiapkan telurku ke dalam piring. Anehnya, piring yang baru saja ku siapkan tadi mendadak hilang.

Craang!

Sontak aku pun terkejut, dikagetkan suara pecahan piring yang berasal dari ruang tamu,

Bulu kudukku mulai berdirian, perasaan takut yang timbul disertai dengan sekujur tubuhku yang mulai merasakan ketakutan yang begitu besar.

"Jangan-jangan…. Itu hantu?!" Ucapku dalam hati.

Bergegas setelah itu, aku pun berniat untuk memberanikan diri, mengecek suara pecahan piring di ruang tamu. Berjalan perlahan-lahan dengan kaki yang terus ber gemetar.

Sesampainya di ruang tamu, aku tidak melihat secercah potongan piring yang baru saja pecah tadi. Merasa ada yang janggal, lalu aku melihat-lihat sekeliling ruang tamu.

"Sebentar… bukannya tadi ada suara pecahan piring ya? Apa cuman salah denger doang?" Tuturku kebingungan

Sembari berjalan-jalan mengelilingi setiap area ruangan, tiba-tiba saja aku dikagetkan dengan suara dentuman yang sangat keras!

Gedebum!

Aku pun langsung berlari secepat mungkin ke halaman depan pintu rumahku. Terdengar suara sirine yang sangat bising, sembari aku berlari-lari melihat ke arah jendela.

Woo,woo…

Mataku mulai terbelalak lebar. Alangkah terkejutnya aku melihat seisi pemandangan yang mengerikan. Gumpalan asap besar berkumandang dari kejauhan…

Melihat betapa cepatnya asap itu dengan angin yang begitu kencangnya menuju ketempatku. Pikiranku seakan-akan terdampar dalam kekosongan.. Duduk termenung di depan teras dengan meratap pasrah…

"Inikah akhir dari dunia?.." Pasrahku

Wushh..

Hempasan angin yang begitu kencang, menerpa seluruh tubuhku. Dengan menutup kedua mataku, aku berusaha menahan sekuat mungkin hingga hempasan angin itu perlahan-lahan mulai berhenti.

Duk,duk,duk..

Aku merasakan sekelilingku menjadi bergema, dan dibarengin dengan suara hentakan kaki yang entah darimana asalnya.

"Heh, lu ngapain berdiri kek patung gitu. Gajelas banget, hahaha.." Nyengir suara lelaki itu.

Merasa bahaya, aku berinisiatif untuk tidak bergeming sedikit pun dari tempatku,

"Dasar orang ANEH! Gua ngomong malahan ga dijawab. Emang patung deh keknya… ANEHH!" Ungkap marah laki-laki itu.

Seketika bunyi langkahan kaki pria itu menjadi lebih cepat, seakan-akan berlari datang ke arahku!

Bruk..

Dorongan yang begitu keras, sampai-sampai aku terjatuh kebelakang mengenai tulang ekorku,

"AHHHHH!" Teriakku meringis kesakitan.

"Gitu kek daritadi!" Tegas pria itu.

Aku pun mulai memberanikan diri untuk membuka mataku. Sekeliling pandanganku hanya putih dengan seorang pria dengan wajah yang ditutup dengan sesuatu yang disebut 'error' .

Bermodalkan naluri hati, aku tertatih-tatih berdiri dengan kondisi badan yang sempoyongan lemas..

"LU SIAPAA?! JAWAB GA?!" Tanyaku dengan tegas.

"Songong bener ya.."

"OI! JAWAB CEPA-.." Dalam sekejap, tangan pria itu meremas keras wajahku

Sontak aku terkejut dan mencoba untuk melawan balik dengan kedua tanganku. Tetapi dia tidak bergeming sedikit pun dari tempatnya, dan kembali meremas wajahku lebih keras dari sebelumnya.

"Mm! We..Paswiinnn gu..waa!!" Ucapku dengan terbata-bata

Beberapa saat kemudian, aku baru menyadari dari balik celah jari-jemarinya yang besar. Seakan-akan ia tersenyum tipis saat melihat ke arahku.

Persetan dengan hal itu, aku terus memukul dan memukul badan pria itu tanpa berhenti.

"Hahahah, Gran Geduld! Akhirnya aku bisa menemukanmu. Jangan mati sampia waktu lu tiba.. karena lu, bukanlah diri lu yang sekarang." Ucap pria itu, layaknya sudah mengenal lama.

Tiba-tiba saja, dia melemaskan cengkramannya; seturut dengan lepasan tangannya yang lembut. Lalu ia berbalik, dan berjalan perlahan-lahan ke arah sebaliknya.

"WOI, URUSAN KITA BELUM SELESAII! SINI LU!" Teriakku tanpa rasa takut

"Heh.. Dasar bedebah sialan." Ucapnya dengan sangat pelan.

Tak lama, ia mulai menghentikan langkahnya; berbalik menoleh ke arahku dengan tersenyum lebar.

"Sampai jumpa… Gran~.." Dengan melambai-lambaikan tangannya.

Aku langsung menancapkan kakiku, berlari secepat mungkin menuju pria aneh itu. Tapi, apadaya dengan kondisi badanku yang sangat lemah pada saat ini,

"OIII!! TUNGGUU!! MAU KEMANA LU?!" Teriakku dengan berlari terhuyung-huyung.

Hanya dengan sekali kedipan mata, pria itu menghilang tanpa meninggalkan jejak apapun.

Badanku yang sedari tadi sudah sempoyongan lemas, membuatku semakin kehilangan keseimbangan. Hingga pada akhirnya aku terkapar lemas..

"Bwahh~ Ini cuman khayalan doang kan ya?

Tapi… RASANYA NYATA BANGET BUSETT!! Mana sakit-sakit lagi tubuh gua." Keluhku.

Tak selang berapa lama, mataku perlahan-lahan mulai tertutup…

Rasa hangat yang mengelilingi sekujur tubuhku; Kesunyian yang melembutkan; Suara gelembung udara yang menyejukkan.

Membukakan mataku perlahan-lahan, mendapati bahwa aku sudah berada di tempat yang berbeda.

Tempat yang dipenuhi dengan ketidaknyataan. Tempat dimana aku menanyakan dunia itu sendiri,

'Apakah eksistensi dari dunia itu nyata'