Saat grand piano yang megah itu terbuka dan biola indah berada di tangan Myra, suasana aula berubah. Rasa penasaran dan antisipasi memenuhi udara. Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang akan mereka saksikan, tetapi tatapan yakin Eldric dan Myra membuat semua orang diam, menunggu.
Eldric duduk di kursi piano, tangannya dengan lembut menyentuh tuts yang dingin namun terasa hidup di bawah jarinya. Di sisi lain, Myra berdiri anggun dengan biola di bahunya, siap untuk memainkan nada pertama. Ketika Eldric memulai, suara lembut piano meresap ke dalam ruangan, memikat setiap jiwa yang hadir.
Nada-nada awal begitu ringan dan ceria, seperti embun pagi yang menyapa dunia dengan kelembutan. Myra kemudian menyusul, alunan biolanya menyatu dengan piano seperti angin yang menari bersama cahaya matahari. Keduanya memainkan musik dengan harmoni yang luar biasa, setiap nada seolah berbicara dalam bahasa yang tak pernah didengar sebelumnya oleh para tamu.
Liora terpaku di tempatnya. Tangannya secara refleks menutup mulutnya, matanya membesar dengan kekaguman. Hatinya berdebar mengikuti irama yang melonjak naik dan turun, seakan-akan ia diajak menelusuri sebuah cerita yang indah namun tak terucapkan. "Jadi... ini yang disebut piano dan biola," pikirnya, hampir tak percaya bahwa dua alat ini bisa menghasilkan suara yang begitu memukau.
Di sisi lain aula, Putri Elena yang biasanya ceria dan percaya diri tampak tak bisa berkata-kata. Matanya yang biru cerah memancarkan keheranan, dan untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa dirinya tenggelam dalam keindahan seni yang tak terbayangkan sebelumnya. Ia berbisik pada Roland yang berdiri di sebelahnya, "Apa... apa musik ini? Aku bahkan tak bisa mendeskripsikan perasaanku."
Roland tersenyum kecil, matanya pun terpaku pada pertunjukan. "Entahlah, Yang Mulia. Tapi jika ada yang bisa mendekati keindahan surga, mungkin inilah jawabannya."
Musik terus mengalir, perlahan berubah dari nada ceria menjadi nada yang lebih mendalam dan emosional. Suara piano Eldric menyerupai bisikan lembut yang membimbing biola Myra ke dalam percakapan yang intens, penuh perasaan, seolah-olah dua jiwa sedang berbicara tentang cinta, kehilangan, dan harapan.
Para tamu undangan, yang awalnya hanya penasaran, kini sepenuhnya terhanyut. Beberapa dari mereka menutup mata, membiarkan alunan musik membimbing imajinasi mereka. "Ini... ini luar biasa," bisik seorang bangsawan, matanya berkaca-kaca. Yang lain mengangguk, terlalu terpesona untuk berkata apa-apa.
Ketika bagian klimaks dari Spring Sonata dimainkan, musik mencapai puncaknya dengan irama yang menggugah jiwa. Para tamu merasakan lonjakan emosi yang luar biasa, seolah-olah mereka terbang melintasi padang bunga musim semi yang tak berujung, di mana setiap bunga menceritakan kisah yang berbeda.
Liora merasa seolah-olah waktu berhenti. "Ayah dan Ibu... mereka seperti terhubung dengan cara yang tidak bisa dijelaskan," pikirnya, matanya mulai berkaca-kaca.
Saat musik perlahan kembali ke nada lembut, aula dipenuhi keheningan yang penuh dengan kehangatan. Ketika nada terakhir dimainkan, Eldric dan Myra berhenti dengan harmoni yang sempurna. Sejenak, ruangan itu sunyi, hanya suara napas tertahan dari para tamu yang terdengar.
Kemudian, seperti gelombang, tepuk tangan membahana memenuhi aula. Beberapa tamu bahkan berdiri, memberikan penghormatan pada pasangan Carval yang telah menghadirkan keajaiban melalui musik.
"Jadi ini..." bisik Putri Elena, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. "Jadi ini keindahan yang bisa diciptakan oleh piano dan biola. Aku... aku belum pernah mendengar sesuatu seperti ini sebelumnya."
Liora melangkah mendekat, wajahnya berseri-seri. Ia mendekap kedua orang tuanya dengan hangat. "Ayah, Ibu... itu adalah hal terindah yang pernah kulihat dan kudengar. Terima kasih... terima kasih telah menghadirkan ini."
Myra tersenyum lembut, mengelus rambut Liora. "Ini semua untukmu, sayang. Ya, lagipula ayahmu lah yang paling berperan besar untuk pertunjukan ini."
Eldric berdiri di atas panggung, menatap para tamu dengan senyum tenang namun penuh wibawa. Sorakan dan tepuk tangan yang masih menggema perlahan mereda saat para tamu mulai fokus mendengarkan apa yang akan ia sampaikan.
"Terima kasih atas apresiasi kalian semua terhadap pertunjukan ini," ucap Eldric, suaranya dalam dan jelas, memantul lembut di dinding aula. "Malam ini, saya dan istri saya, Myra, mempersembahkan sesuatu yang sangat spesial. Bagi kalian yang bertanya-tanya, dua alat musik ini dikenal sebagai piano dan biola."
Bisikan-bisikan kecil mulai terdengar di antara para tamu. Beberapa tampak saling berbisik, mencoba memahami istilah baru yang diperkenalkan oleh Eldric.
Eldric melanjutkan, matanya menatap lembut ke arah Myra yang masih memegang biolanya dengan anggun. "Piano adalah alat musik yang dimainkan dengan menekan tuts-tutsnya. Dengan setiap tekanan, senar di dalamnya bergetar, menghasilkan nada yang kaya dan bervariasi. Biola, di sisi lain, adalah alat musik gesek yang dimainkan dengan busur. Alunan suaranya lembut namun tajam, mampu menembus hati siapa pun yang mendengarnya."
Ia berhenti sejenak, membiarkan penjelasannya meresap ke dalam pikiran para tamu. "Kedua alat musik ini berasal dari dunia yang saya perkenalkan melalui manga Your Lie in April. Di sana, musik adalah bahasa jiwa. Dan malam ini, saya ingin menunjukkan pada kalian seperti apa suara yang mampu mencerminkan perasaan terdalam manusia."
Myra menambahkan dengan suara lembut namun penuh kehangatan, "Saat biola dan piano dimainkan bersama, mereka berbicara dalam harmoni. Mereka menceritakan kisah, membawa pendengarnya ke dalam perjalanan emosi, cinta, dan keindahan yang hanya bisa dirasakan lewat seni musik."
Para tamu terlihat terdiam, merenungkan apa yang baru saja dijelaskan. Banyak di antara mereka merasa takjub dan terinspirasi, seperti Putri Elena yang menatap Eldric dengan mata berbinar.
"Aku tak percaya," gumamnya pada dirinya sendiri. "Jadi beginilah alat-alat musik itu... ini lebih dari sekadar keajaiban."
Salah satu bangsawan angkat bicara, suaranya penuh rasa hormat, "Tuan Eldric, musik yang Anda dan Nyonya Myra mainkan... sungguh luar biasa. Tidak hanya terdengar indah, tetapi juga seakan-akan bercerita. Apakah alat-alat ini akan tersedia untuk publik?"
Eldric tersenyum kecil, lalu menjawab dengan nada penuh optimisme, "Tentu saja. Piano dan biola ini adalah bagian dari proyek besar yang sedang kami persiapkan melalui The Carval Collective. Kami ingin membawa seni ini ke lebih banyak orang, agar keindahan ini dapat dirasakan oleh siapa pun yang ingin menghargainya."
Ruangan itu dipenuhi bisikan takjub, dan beberapa tamu mulai berdiskusi antusias tentang kemungkinan memiliki alat musik seperti itu.
"Tetapi malam ini belum berakhir. Pertunjukan ini... belum selesai."
Bisikan-bisikan mulai memenuhi ruangan, tanda para tamu saling bertanya-tanya apa yang akan terjadi selanjutnya. Bahkan Liora memandang ayahnya dengan rasa ingin tahu yang mendalam.
"Piano dan biola," lanjut Eldric, sambil menatap lembut alat musik di depannya, "bukan hanya alat untuk menyampaikan keindahan emosi melalui melodi. Mereka juga memiliki peran lain, yang jauh lebih istimewa. Kegunaan sejati mereka... adalah menjadi pengiring sebuah lagu. Malam ini, saya akan menunjukkan bagaimana dua alat musik ini mampu menjadi sayap bagi suara yang membawa perasaan langsung ke hati."
Tatapan para tamu semakin fokus, keheningan yang antisipatif memenuhi aula. Putri Elena memandang dengan mata berbinar, tak sabar untuk menyaksikan keajaiban berikutnya.