"Lalu... Kau mau menjualnya atau tidak? Aku suka mengoleksi batu, dan kebetulan aku belum punya yang berwarna gelap seperti itu." Tanpa menunjukkan rasa ingin memiliki, Shiro mencoba untuk membeli Dark Crystal milik Heind.
"Cih! 100 Gold. Berikan aku 100 Gold untuk batu-batu ini." jawab Heind lesu, mengambil Dark Crystal lain dari ruang penyimpanannya.
"Baiklah."
Karena Shiro langsung setuju dengan harga asal yang diucapkan olehnya, Heind pun terkejut dan mencoba untuk menaikkan harganya. "Heh? Benarkah?? Eh, maksudku 1.000 Gold, aku akan menjualnya kepadamu seharga 1.000 Gold."
"Kalau begitu kau simpan saja batu-batu itu. Siapa tahu saja akan menetas menjadi 2 ekor naga." kata Shiro, bersikap acuh.
"Ah... Okey, ok. Aku akan menjualnya seharga 100 Gold." kata Heind, terpaksa memberikan batu kristal tersebut kepada Shiro dengan harga awal. "Satunya seharga 100 Gold." imbuhnya, mencoba menahan batu yang di genggaman tangan kirinya.
Shiro berusaha untuk merebutnya secara paksa, namun Heind semakin menguatkan genggamannya. "Cih! Baiklah. Aku akan membayarnya 200 Gold." kata Shiro, sedikit merasa jengkel.
"Heh he..." Heind terkekeh, melepaskan batu kristal tersebut.
Setelah menerima pembayarannya, Heind bergegas kembali ke markas aliansi NK dan berencana memarahi Cloud76 yang telah menipunya.
"Lalu... Apa yang akan anda jual kepada saya, Tuan?" tanya Jarwo.
"Apa kau tidak punya pedang yang mempunyai kualitas bagus? Pedang-pedang yang aku dapatkan dari Monkey Warrior sangatlah rapuh. Aku tidak bisa menggunakannya untuk melawan Monster yang kuat."
"Hmm... Sayang sekali, Tuan. Toko saya memang menjual banyak sekali jenis barang, akan tetapi pedang yang saya jual hanya itu saja." kata Jarwo, menunjuk ke lemari pedang. "Jika anda ingin pedang dengan kualitas bagus, anda bisa pergi ke distrik Sumber. Disana ada seorang pandai besi terkenal yang menjadi langganan para Senshi untuk menempa pedang."
"Bukankah ini pedang penebas goblin yang pernah aku jatuhkan? Kenapa pedang ini belum laku? Bukankah seharusnya pedang ini menjadi sangat berguna untuk berburu Goblin?" tanya Shiro, sembari mengambil pedang tersebut dari rak. "Jangan bilang jika kau menaikkan harganya karena sedang banyak terjadi serangan Goblin." imbuhnya.
===============================
{Item Name} : Goburinroga
{Quality} : Epic
{Abilities} :
-Meningkatkan Attack sebesar 20.000 poin.
-Mampu mendeteksi keberadaan goblin yang berada di radius 100 meter, dan akan semakin tajam ketika dibasahi oleh darah goblin.
{Durability} : 600 poin
{Note} : Goburinroga ditempa dari bijih baja langka yang bercampur dengan darah Goblin yang telah mengendap selama ratusan tahun di pegunungan Muria. Katana ini tergolong sebagai jenis senjata berkemampuan sihir. Membutuhkan level 50 keatas untuk dapat menggunakan senjata ini.
===============================
Tidak seperti sebelumnya, sekarang Shiro dapat dengan mudah menggunakan pedang tersebut. Dia menguji pedang itu dengan menebaskannya ke samping. Berbeda dengan pedang rongsokan yang selama ini ia gunakan, Goburinroga terasa sangat ringan dan terasa begitu tajam.
"Ok. Kau jual berapa pedang ini?" kata Shiro, menatap Jarwo dengan tatapan tajam.
"100.000 Gold!" jawab Jarwo dengan penuh semangat.
"Sudah kuduga. Kau pasti menaikkan harganya. Aku harap para Goblin menemukanmu dan memakanmu hidup-hidup!"
"Heh he..." Jarwo hanya tersenyum mendengar keluhan Shiro.
"Jual pedang ini kepadaku dengan harga normal, dan aku akan menjual kepadamu semua item yang aku dapatkan selama 1 bulan terakhir." kata Shiro, yang kemudian menunjukkan daftar item yang sudah ia siapkan sebelumnya.
"Woa!! Apa benar anda mempunyai semua benda ini??" kata Jarwo, terkejut membaca daftar item yang dimiliki oleh Shiro.
"Jika kau menyetujui tawaranku, kau bisa melihat item-item itu dengan mata kepalamu sendiri." jawab Shiro dengan tenang.
Jarwo terlihat sedang berfikir dengan begitu keras. Ia mencoba untuk menghitung untung yang akan dia dapatkan jika dia mendapatkan item-item yang dimiliki oleh Shiro.
"Baiklah, Tuan. Saya akan menjual pedang tersebut dengan harga 20 ribu Gold. Tapi dengan satu syarat tambahan... Anda harus tetap menjual item-item yang anda dapatkan kepada saya." Daripada mendapatkan untung besar yang hanya sekali, Jarwo lebih memilih untuk menjalin hubungan baik dengan Shiro yang merupakan sumber uang yang akan sangat menguntungkannya di masa depan.
Shiro tersenyum bangga dan berkata, "Baiklah. Kau memang tahu mana yang lebih menguntungkan bagimu."
Jarwo tertawa kecil dan bergegas untuk menutup pintu tokonya. Shiro merasa penasaran, namun ia tidak terlalu menghiraukan NPC gendut itu.
"Ayo, tuan." kata Jarwo dengan penuh semangat.
"Hah?"
"Ayo kita pergi ke gudang. Tempat ini akan sangat berantakan jika anda mengeluarkan item-item yang akan anda jual disini." kata Jarwo, membuka pintu belakang.
"Ah... Aku mengerti." kata Shiro, mulai berjalan mengikuti Jarwo.
Sesampainya di gudang, Shiro langsung mengeluarkan semua item yang akan ia jual kepada Jarwo. Gudang yang tadinya terlihat luas kini terasa sempit karena dibanjiri oleh berbagai jenis item yang Shiro keluarkan.
Jarwo hanya bisa terpana melihat gunungan item yang memenuhi gudangnya. Ini merupakan pertama kalinya ada seorang Senshi yang menjual item sebanyak ini kepadanya.
Biasanya para Senshi menjual berbagai jenis item ke tempat yang berbeda-beda untuk mendapatkan harga jual yang lebih tinggi. Walaupun Shiro sudah tahu jika dia bisa menjual daging-daging monster lebih mahal di tempat lain, namun dia tetap menjualnya kepada Jarwo karena dia memang terlalu malas untuk pergi keliling wilayah ibukota.
"Kau bisa mengecek item-item ini nanti, karena aku akan mengambil uangnya besok. Sekarang aku ingin kau mengambilkanku beberapa potion." kata Shiro, membangunkan Jarwo dari khayalannya.
"O-Oh, ok. Okey, tuan. Tapi, tuan... Saya lupa bilang kepada anda jika harga potion saat ini sangat mahal dan barangnya pun sangat sulit untuk didapatkan. Saat ini potion adalah barang yang langka."
"Hah? Kenapa bisa begitu?? Jangan bilang kau menimbun potion-potion itu?!"
"Anda ini memang suka berprasangka buruk tentang saya. Hehe... Semua ini karena serangan Goblin yang menyerang desa-desa yang membuat potion. Pabrik-pabrik potion hancur dan membuat produksi potion terhenti."
"Kalau begitu kenapa mendirikan pabrik sepenting itu di luar benteng ibukota?"
"Karena lebih mudah mendapatkan bahan-bahan pembuat potion. Saat ini, hanya desa Bae saja yang masih aktif memproduksi potion."
"Desa Bae?" kata Shiro lirih.
"Benar, tuan. Sebuah desa yang ada di wilayah hutan Rahtawu."
Mendengar nama desa Bae, Shiro teringat dengan Turi sang kepala desa dan cucunya, Ana. Di keadaan yang sedang kacau seperti saat ini, ia merasa khawatir dengan keadaan mereka berdua. Shiro berfikir untuk pergi ke desa itu dan membawa mereka ke ibukota. Namun karena Shiro sudah sangat kelelahan, ia pun memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu dan menunda niatnya untuk pergi ke desa Bae.
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!
Have some idea about my story? Comment it and let me know.