beberapa waktu kemudian...
Dengan pedang Goburinroga di tangan kanannya dan Aura Sword di tangan kirinya, Shiro menebas seluruh kawanan Goblin yang berlari menyerangnya.
Hanya tersisa beberapa Goblin Chieftain yang masih hidup, begitu juga dengan kawanan Goblin Warrior dan Goblin Ranger. Namun Shiro dan Slayer masih kesulitan untuk mengalahkan kawanan Goblin Giga yang terus memulihkan diri mereka dengan sangat cepat.
"Alice, apa skill spesialmu masih cooldown?" tanya Shiro.
"Masih sekitar 4 menit. Bagaimana denganmu? Apa kau tidak bisa menggunakan skill spesial milikmu?" kata Slayer, menghindari hantaman gada Goblin Giga.
"Cih! Ini gawat. Aku tidak bisa menggunakannya disini. Kita bahkan tidak tahu dimana Cindy dan yang lainnya saat ini berada." jawab Shiro, semakin kesulitan untuk menghindari amukan Goblin Giga.
Karena Shiro tidak tahu pasti dimana yang lainnya saat ini berada, ia tidak mau menggunakan skill Supression dengan gegabah. Skill spesial milik Shiro tersebut sudah terlalu kuat, bahkan dia dapat membunuh para anggota ROG dengan skill tersebut. Apalagi dari ketiga anggota ROG yang tergabung dalam kelompoknya, hampir tidak ada dari mereka yang menggunakan peralatan dan Gemstone yang dapat memberikan tambahan HP.
Shiro sudah kehabisan ide untuk melawan kawanan Goblin yang terus-terusan menyerang mereka dengan brutal. Bar HP miliknya terus turun sedikit demi sedikit. Dan disaat ia melihat ke arah utara, ia terkejut melihat Bunda berlari memimpin gerombolan Goblin yang tampak begitu banyak.
Karena kelengahan sesaat, Goblin Giga berhasil memukul shiro dengan sangat keras, membuatnya terhempas jauh hingga ke semak-semak.
"Shiro!!" teriak Slayer, khawatir dengan Shiro yang terhempas jauh.
Sementara itu di tempat Shiro yang telah terlempar di hutan.
"Sial! Kenapa Bunda bisa bersama Goblin sebanyak itu?" keluh Shiro, masih terbaring di tanah dan memegangi kepalanya.
"Shiro-san, kenapa kau bisa sampai disini?" kata Nichole, yang jongkok di sampingnya.
"Huh? Ternyata kalian ada disini." kata Shiro, menoleh ke samping dan memandangi celana dalam Niken yang terlihat jelas dari sudut pandangnya.
"Apa yang sedang kau pandangi, dasar bodoh!" sentak Niken, memukul perut Shiro.
"Gargh!" Niken memukul perut Shiro dengan begitu keras, membuatnya berguling ke kanan dan ke kiri kesakitan dan memegangi perutnya.
"Matilah, dasar mesum!" Niken berusaha untuk memukul Shiro lagi, namun Dara berusaha untuk menghentikan Niken dengan memegangi tubuhnya.
"Sial, seperti dipukul oleh gorila saja. Salahmu sendiri jongkok di hadapan wajahku." kata Shiro, memegangi perutnya sambil berdiri perlahan. Ia terdiam sejenak dan kemudian berkata, "Putih, ungu dan pink. Warna-warna yang imut."
"Eh? Shiro-kun juga melihat celana dalamku?" kata Dara dalam hati, melepaskan Niken.
"Mati kau, dasar mesum!" teriak Niken, berusaha memukul Shiro lagi.
"Egh! Hentikan! Suaramu itu terlalu keras!" kata Nichole, berusaha menghentikan Niken.
"Berisik sekali. Padahal cuma celana dalam saja." kata Shiro, berjalan menjauh. "Ayo kita kembali. Slayer disana sendirian." imbuhnya.
"Cuma celana dalam katamu?! Kalau begitu perlihatkan aku celana dalammu dan rasakan betapa malunya itu!" teriak Niken, Mencoba melepaskan diri dari Nichole.
"Baiklah. Kesini." kata Shiro, berhenti berjalan dan bersiap untuk melepas celanannya.
"Eh?" Niken yang tadinya terus memberontak tiba-tiba terdiam. Wajahnya memerah seperti tomat matang, merasa malu harus melakukan apa yang telah dikatakannya tadi.
"Shiro-kun..." kata Dara lirih. Ia memegangi roknya dengan erat dan terlihat sangat malu.
"Kalian ini kenapa! Slayer-nee mungkin sedang dalam bahaya. Ayo cepat kita kesana!" kata Nichole, memarahi mereka.
"Jadi tidak mau ya? Sayang sekali." kata Shiro tersenyum kecut, membalikkan badan dan kembali berjalan.
"Cih! Pria kurang ajar!" keluh Niken, merasa jengkel. "Aku benci kamu!!" imbuhnya.
Kembali ke medan pertempuran di lembah Goblin, dimana Slayer sedang bertarung melawan para Goblin seorang diri. Sesekali Slayer melihat ke area sekitar, berharap Shiro dan yang lainnya kembali datang. Ia merasa sangat khawatir dengan keadaan mereka yang sejak tadi tiba-tiba menghilang.
"Explosion!" Sebuah bola api raksasa menghantam daerah di dekat Slayer, membunuh beberapa Goblin dan membuat kawanan mereka terpecah belah.
"Serang mereka!" seru Bunda, memberikan instruksi kepada kawanan budak Goblin yang telah ia bebaskan.
Ombak Goblin datang menyerbu. Bukan hanya kawanan Nice Goblin, bahkan diantara puluhan ribu Goblin yang datang menyerbu, ada juga kawanan Goblin Fighter dan Goblin Warrior yang bersatu untuk menggulingkan kekuasaan raja Goblin.
"Ada apa ini? Apa si Rajul Mustanie itu memimpin mereka untuk memberontak?" kata Slayer, penasaran melihat kawanan Goblin yang berlari melewatinya.
"Bukankah mereka adalah kawanan budak?!" seru salah seekor Goblin Chieftain.
"Hah?? Ada apa ini?? Kenapa para budak bisa lepas?!" teriak Goblin King, merasa bingung, melihat ribuan Goblin dan beberapa manusia berlari menyerbu singgasananya.
"Grrr.. Mereka juga melepaskan budak manusia kita." kata salah seekor Goblin Chieftain lain, merasa kesal. Ia Mencengkeram leher Goblin Fighter yang berusaha menyerangnya dan kemudian melemparkan Goblin kecil tersebut ke arah para pemberontak lainnya.
Selain para budak sex, Gina juga meminta ijin kepada Bunda untuk dapat membebaskan para budak pekerja yang sudah sejak lama ditindas oleh raja Goblin dan para bawahannya.
Pada awalnya para budak merasa ketakutan setelah mereka mengetahui tujuan Bunda dan Gina membebaskan mereka adalah agar mereka dapat membantu Shiro menggulingkan kekuasaan Goblin King. Namun berkat usaha Gina, kawanan budak itu pun akhirnya bersatu dan bersedia bertarung untuk kebebasan mereka.
Gina yang sudah mengetahui kekuatan Shiro menceritakan kepada para budak tersebut betapa hebatnya tuan yang saat ini ia layani. Dia terus membujuk kawanan Goblin itu agar mau untuk bergabung dengannya menjadi pengikut Shiro. Alhasil, Gina yang didampingi oleh Bunda berhasil merekrut 100 ribu lebih bangsa Goblin yang selama ini hidup tertindas sebagai budak.
Walaupun kekuatan dari para budak Goblin berada jauh dibawah kekuatan pasukan utama Goblin, dengan penuh keberanian mereka menyerbu kawanan Goblin Giga dan kawanan Goblin lain yang tadinya telah mengepung Slayer.
Di salah satu kandang, tempat para anggota ROG sedang bersembunyi.
"Kenapa para Goblin saling bertarung satu sama lain?" kata Lin, penasaran.
"Huh? Apa maksudmu?" kata Rin, berjalan ke pintu untuk melihat keluar.
"Pasti sedang terjadi sesuatu. Ayo kita kesana!" seru Yin, berlari mendekati medan pertempuran.
Sementara itu di tambang batu, setelah selesai mengobati luka Feri, Putri Cindy dan yang lainnya pun juga bergegas kembali ke medan pertempuran. Mereka juga nampak terkejut melihat kawanan Goblin yang saling bertarung satu sama lain. Mereka kemudian berlari menghampiri Bunda yang terlihat sedang berdiri dengan tenang di tengah medan peperangan.
"Tuan Putri! Syukurlah anda baik-baik saja!" seru Yin, berlari mendekat bersama dengan Rin dan Lin.
"Apa yang sedang terjadi disini?" tanya Putri Cindy, penasaran.
"Kenapa Shiro-sama tidak bersama dengan kalian?" tanya Bunda.
"Eh? Aku tidak tahu. Apa yang sedang terjadi disini?" kata Putri Cindy, masih merasa bingung.
"Shiro tadi terlempar ke hutan. Lalu apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau bisa bersama dengan para Goblin?" sahut Slayer, berjalan mendekat.
"Mereka hanyalah para budak yang ingin mendapatkan kebebasan." jawab Bunda singkat. "Aku rasa perang ini akan segera berakhir." imbuhnya, melihat kearah labirin yang mulai terlihat gerombolan Senshi yang berbondong-bondong berjalan keluar dari dalam labirin.
Keadaan semakin membaik ketika para Senshi sampai di lembah Goblin dan langsung membantai para Goblin yang sedang saling berperang. Para budak berlarian melewati Slayer dan yang lainnya, melarikan diri dari kejaran para Senshi yang sedang membantai mereka.
Bunda berjalan perlahan dan menghadang barisan Senshi paling depan. "Mereka yang mengenakan rantai pengekang di leher adalah bawahan Shiro-sama. Berhentilah mengejar mereka." kata Bunda, dengan begitu tenang menghentikan para Senshi.
MrKim berjalan perlahan ke barisan depan sembari menggenggam kepala Goblin. Setelah ia berhenti, ia melemparkan kepala Goblin tersebut ke hadapan Bunda. "Lalu dimana si Shiro itu?"
Suasana di medan pertempuran menjadi sedikit lebih tenang. Karena belum jelas dengan identitas para Goblin yang mereka tangkap, para Senshi mengumpulkan para budak ke satu tempat dan mengacungkan senjata mereka ke arah para budak tersebut. Mereka tidak langsung membunuh para budak tersebut karena kawanan Goblin yang mengenakan kalung pengekang budak tersebut telah membantu mereka membasmi pasukan Goblin yang mereka hadapi.
"Jangan bunuh mereka! Mereka adalah sekutu kita!" seru Putri Cindy, berlari menghampiri para budak.
"Sekutu? Cindy-chan, kenapa Goblin-Goblin ini bisa membantu kalian?" tanya salah seorang Senshi.
"Itu karena... Karena mereka adalah sekutu kita!" kata Putri Cindy dengan penuh percaya diri, walaupun dia sendiri sebenarnya juga tidak tahu kenapa para budak tersebut telah membantu mereka.
"Imut sekali!" seru para Senshi, terpana dengan keimutan Putri Cindy.
"Huft... Itu sama sekali tidak menjawab pertanyaannya." keluh salah seorang Senshi.
"Aku tidak peduli tentang itu. Yang penting Cindy-chan masih terlihat imut seperti biasanya." sahut Senshi lain, tersenyum genit.
"Benar. Hehe..." kata para Senshi bersamaan.
"Apa kalian semua lolicon?!" sentak Senshi yang bertanya tadi, merasa kesal dengan tingkah para Senshi lain.
"Apa? Sudah berakhirkah?" kata Shiro, berjalan mendekat bersama dengan para gadis.
"Cepat sekali mereka datangnya." kata Niken, memandangi kerumunan para Senshi.
"Kitalah yang terlalu banyak membuang-buang waktu." sahut Nichole, masih kesal dengan Shiro dan Niken.