webnovel

22

Para pelayan membantu Lihua berpakaian dan merias diri nya. Hal yang merepotkan karena seharusnya perjalanan pulang ini ia tidak harus mengenakan hanfu yang berlapis dan berat ini. Jubah luar nya bahkan lebih berat lagi, membuat Lihua menahan-nahan dirinya agar tidak mengamuk dan melepaskan pakaian nya karena merasa gerah.

Seorang pelayan yang mengikat rambut nya terfokus pada noda merah yang terlihat kontras dan merusak kesempurnaan kulit Lihua yang mulus. "Nona apakah tenda anda terdapat serangga?" Tanya pelayan itu khawatir.

"Aku tidak tahu, mengapa?"

Pelayan itu mengambil sebuah handuk berusaha membersihkan noda di leher nya. "Gigitan serangga ini benar-benar besar! Saya khawatir pada kesehatan anda." Kata pelayan muda itu polos.

Lihua menyadari tanda kemerahan pada sisi leher nya karena tindakkan pangeran Zhen sebelum nya. Wajah Lihua langsung merah ia memejamkan mata nya merasa malu luar biasa.

"Yang harusnya kau khawatirkan adalah kesehatan jantungku!" Batin Lihua menjerit.

Pelayan senior yang telah berpengalaman kembali melihat bagaimana junior nya masih fokus pada leher sang putri. Pelayan senior itu melihat dan menemukan bercak merah yang langsung ia pahami dari mana asalnya.

"Sudah-sudah, cepat gulung rambut putri!" Katanya. Meski pernikahan kerajaan belum diadakan tapi dari gelang yang dipakai Lihua telah menunjukan posisi nya sebagai istri dari pangeran dan Jendral besar itu.

"Tapi gigitan serangga itu terlalu mengerikan untuk putri!" Kata pelayan junior.

Lihua menutup wajah nya entah karena malu atau tidak tahan ingin tertawa penuh ironi saat pangeran Zhen disebut serangga oleh pelayan nya. Pelayan senior itu langsung membungkuk panik pada Lihua lalu menyeret pelayan junior itu keluar dari tenda.

Lihua melihat rambut nya yang masih tergerai dan membiarkan nya menutupi leher nya. "Dasar tsundare! Setidaknya jangan meninggalkan jejak seperti ini!" Kesal Lihua. Pelayan lain datang menggantikan gadis sebelum nya, sebelum dia sempat menyentuh rambut nya Lihua sudah lebih dulu menghentikan nya. "biarkan saja mereka terurai."

"Tapi nona hari ini sangat panas, apakah anda tidak akan kepanasan?"

Lihua menggeleng ia lebih baik menahan gerah dibandingkan harus menahan malu karena tanda yang diberikan oleh pangeran Zhen. Setelah nya pelayan itu hanya mengikuti kemauan tuan nya dan memberikan jepit giok berwarna maroon disela rambut nya.

***

Lihua melihat Pangeran Lijuan yang tengah berbicara dengan Jendral Do. Tersenyum licik Lihua berlari kearah Pangeran Lijuan, menerjang nya dengan sebuah pelukan sampai kakak nya itu terperanjat. "Kakak! Aku merindukanmu!" Kata Lihua memeluk punggung kakaknya.

Lijuan melirik Lihua dari balik bahu nya. Dia menghela nafas. "Apa yang kau inginkan?"

"Gendong! Gendong aku kakak!" Lihua memanjat naik membuat Lijuan yang tidak siap hanya bisa menopang kaki Lihua agar adik nya tidak terjengkang jatuh.

"Hei ... hei! Jangan tarik rambutku! Lihua! Berpegangan yang benar!" Oceh Pangeran Lijuan susah payah menjaga keseimbangan nya, ia hampir tercekik karena Lihua memeluk leher nya erat.

Ketika posisi nya sudah nyaman, Lihua menyenderkan kepala nya dipundak Lijuan. Mendesah nyaman karena kenyamanan yang dirasakannya. "Kakak kau harus sering menggendongku seperti ini!"

Kening pangeran Lijuan berkerut, ia tidak membayangkan bagaimana pinggang nya akan patah jika terus-menerus menggendong bocah besar seperti Lihua. "Tidak terimakasih, aku tidak ingin memerintah dengan monyet yang bergelantungan dipunggungku." Tolak Lijuan mendapatkan cubitan gemas di pipi nya.

"Kau menyamakan adikmu sebagai monyet?!" Lihua bergerak-gerak dipunggung Lijuan, mencoba melihat wajah kakak nya. Hal itu membuat Lijuan kewalahan memperbaiki posisi Lihua dipunggung nya.

"Jangan bergerak-gerak atau kita akan menggelinding jatuh disini." Tegur Lijuan, sambil membenahi tubuh Lihua. Lihua tidak menyerah ia masih menginginkan kepastian dari kakak nya, dia menarik sisi wajah Lijuan tersenyum lebar menunjukan barisan gigi nya yang rapih.

"Itu tidak mungkin karena tubuhku sangat ringan seperti bulu."

"Kau bercanda? Tubuhmu berat sekali!"

"Apa?! Katakan lagi! Cepat katakan lagi!"

"Kau berat!"

Setelah itu Lijuan mendapatkan cekikan dari Lihua yang memeluk leher nya erat-erat.

Kakak beradik yang tengah sibuk bercanda itu ditatap oleh seluruh orang yang berada disana. Lijuan yang selalu berekspresi dingin kini tertawa lepas, tak lebih mengejutkan dari itu gadis yang beberapa waktu lalu membumi hanguskan pasukan musuh, terlihat sangat manja dan manis dihadapan kakak nya seorang.

Pangeran Zhen yang baru kembali suatu tempat terheran-heran dengan adegan dihadapannya. Sejak kapan mereka berdua akur?

"Ah Zhen kau sudah kembali?" Tanya Lijuan mendekat membawa Lihua bersamanya.

Lihua menyandarkan dagu nya di bahu Lijuan memberikan tatapan malas ke segala arah. Tangan nya yang memeluk leher Lijuan tidak memberikan tanda akan segera terlepas. Dia tidak berminat untuk menyapa Zhen setelah mendapatakan serangan malu, Lihua tidak akan menyerah dengan perang dingin yang dimulai oleh nya meskipun Zhen terlihat sangat tampan dengan hanfu hitam nya.

Ngomong-ngomong ternyata kakak nya memiliki bahu senyaman ini, pundak besar dan bahu lebar adalah yang terbaik. Lihua merasa dirinya mengantuk, apa lagi dengan hembusan angin musim panas yang berhembus pada sisi wajah nya. Ia tidak peduli dengan pembicaraan serius mereka.

"Semua persiapan telah selesai kita bisa kembali sekarang." Meski berbicara pada Lijuan tapi tatapan nya masih terarah pada Lihua yang kini menguap lalu mengubur wajah nya dileher Lijuan.

Lijuan memberikan tatapan ironis. "Seperti yang kau lihat, ketika melihatku dia bertindak seperti lintah yang tidak bisa lepas. Aw!" Lijuan mendapatkan cubitan menyengat dari Lihua lalu memilih bungkam. Dia tidak bisa menerima tatapan menghardik dari sahabat nya yang sangat terobesesi dengan kekasih kecil nya, bukan salah nya jika adik nya menyayangi nya?

"Jadi kau akan naik kuda atau kereta?" Tanya Zhen setelah keheningan beberapa saat.

"Tentu saja kuda."

Sebelah alis Zhen terangkat naik.

"Dengan Lihua yang menempel dipunggungmu?"

Tatapan sinis dari sahabat nya membuat Lijuan merinding. "Setelah anak ini nyenyak kita bisa memindahkan nya ke kereta." Jelas Lijuan. Ayolah Zhen bisa terlihat mengerikan jika dia mau dan kemarahan nya pasti selalu berhubungan dengan Lihua dan adik nya ini seperti nya sama sekali tidak menyadari jika dia tengah bermain-main dengan perasaaan seorang monster. Lihua tidak akan pernah menydari wajah asli dari Zhen karena pria itu selalu menggunakan topeng kelembutan hanya jika berhadapan dengan Lihua.

Mereka menunggu hingga pelukan Lihua mengendur lalu Zhen mengambil alih tubuh Lihua. Lalu mindahkan nya ke kereta. Zhen mengangkat tubuh Lihua dengan hati-hati, menaiki kereta lalu menurunkan nya diatas tumpukan bantal lalu menyelimuti nya."Kau naik kudamu sendiri Zhen." Lijuan berkata seperti itu ketika Zhen lama sekali keluar dari kereta.

"Aku tahu."