webnovel

17

Didalam tenda beberapa Jendral pria termasuk dirinya sibuk menentukan letak-letak dimana strategi mereka akan dilaksanakan.

Pembantaian yang diusulkan Lihua menggunakan racun. "Aku membutuhkan semua jenis hewan beracun."

"Kau berniat membunuh semua pasukan itu dengan melemparkan ular kearah mereka?" Seorang Jenderal berkata dengan tawa disudut bibir nya. Jelas meremehkan kemampuan Lihua, terlepas dari kabar yang beredar tentang putri yang memenggal kepala pemberontak bahkan menjadi otak dari penangkapan itu dimata mereka Lihua masih lah gadis naif yang seharusnya diam dikamar nya sambil merajut ataupun bermain alat musik.

Lihua menatap Jendral itu dingin dan kosong, sehingga seseorang tidak akan mampu menebak apa yang dipikirkan nya. Lihua mengeluarkan belatinya, membuat semua orang bersiaga namun apa yang dilakukan Lihua hanya mengelus permukaan nya pelan.

"Aku berniat mengumpulkan hewan berbisa seperti ular, kalajengking, kelabang dan berbagai macam serangga beracun ditempatkan dalam satu kotak. Hewan-hewan itu dibiarkan saling membunuh hingga tersisa satu yang paling kuat. Racun hewan yang tersisa ini kemudian akan diekstraksi. Para prajurit musuh bisa mati muntah darah setelah menghirup ataupun meminum racun itu."

Jenderal Do terlihat tertarik, ia mengerjakan kelima jemari nya diatas meja, menimbulkan irama yang ritmis. "Jadi apa rencanamu setelah racun itu terkumpul?"

"Mudah, aku akan menjadikan racun itu sebagai serbuk ketika perang dimulai maka aku akan menyebarkan serbuk itu ke udara maka angin selatan akan membawanya ke barisan tentara musuh." Terang Lihua mendapat perhatian dari Jendral yang semula meragukan nya. "Setelah itu, boom ... mereka semua mati." Lihua menancapkan belatinya pada titik dimana perang berlangsung.

"Ini lebih efektif dibandingkan menghabiskan energi dan waktu. terkadang kita harus mengandalkan otak dari pada otot pada saat tertentu." Lihua secara terang-terangan menunjukan undangan perang untuk siapapun yang berniat merendahkan nya sekali lagi.

Bagaimanapun Lihua berasal dari dunia lain yang lebih modern, sifat psiko nya menjadikan Lihua begitu penasaran dengan jenis-jenis racun. Diam-diam Lihua suka menguji coba racun buatan nya pada tikus yang dibelinya di pasar tradisional. Hal itu diketahui sang Ibu yang langsung melarang nya menyentuh internet, dan itu juga berlaku dengan bangkai-bangkai tikus yang langsung dibakar oleh sang Ibu.

Kadangkala ada saatnya Lihua kehilangan kewarasan karena rasa penasaran, menggoreskan sedikit pisau kepermukaan kulit hanya untuk mengetahui seberapa sakit yang ditimbulkan semua itu dilakukan nya hanya untuk mendapatkan feel novel selanjutnya. Sang Ibu mengetahui itu langsung membawa Lihua ke psikiater dan langsung mendapat diagnosa jika ia memiliki kecenderungan psikopat.

Terjebak di dunia ini tidak terlalu buruk, sisi lain dari Lihua yang selama ini terpendam bisa keluar dengan bebas. Tak perlu takut dengan hukuman karena nyawa manusia saat ini tidak seberharga itu.

"Aku kira kalian hanya harus mengikuti apa yang kukatakan, jangan terlalu banyak berpikir pria karena kita sudah kehabisan waktu." Kata Lihua langsung disetujui dengan ragu oleh Jenderal yang lain.

***

"Aku juga membutuhkan semak oleander." gumam Lihua yang saat ini tengah sibuk membuat racun, ia meracik racun mematikan yang akan membuat korban nya mati dalam kurun waktu 2 jam.

Malam makin larut namun Lihua masih sibuk dengan kegiatan nya, suasana tenang berkat bantuan cahaya dari lilin membuat bayangan nya bergoyang, terlihat mengerikan.

"Zhen." Gumam Lihua tanpa sadar, biasanya saat larut seperti ini dan ia belum tidur maka Lihua akan datang ke istana sang kakak dan merecoki mantan tunangan nya itu. Dari dulu Lihua terbiasa tidur dengan memeluk sesuatu dan biasanya lengan pria itulah yang menjadi korban.

Rindu? Entahlah, Lihua tidak tahu apa yang ia rasakan. Ia mencintai pria itu namun keputusan untuk tetap mempertahkan nya hanya akan membahayakan Pangeran Zhen. Jika Pangeran Guangxi masih hidup pastilah pria gila itu akan mencari cara untuk merebut semua kebahagiaan nya, dengan cara membunuh semua orang yang berhubungan dengan nya.

Saat keberangkatan Lihua 3 hari lalu, Pangeran Zhen sedang berada di kota sehingga tidak mengetahui apapun yang terjadi padanya. Jika saja dia tahu, mungkinkah pria itu akan menghawatirkan nya? Atau malah bersikap biasa saja?

Lihua tidak ingin menduga-duga, ia takut jika ekspetasi nya menjauhi realita.

"Jika aku berhasil mengakhiri semuanya disini maka aku akan kembali padanya." Gumam Lihua menyemangati diri. "Tapi jika tidak, maka di kehidupan kedua aku akan mencari nya."

Tak berapa lama ternyata racun buatan Lihua telah selesai dibuat. Lihua mengetes nya dengan meneteskan diatas bunga, alhasil bunga itu menjadi llayu dengan suara desisan.

"Ini baru permulaan."

Mengganti pakaian nya dengan pakaian prajurit, Lihua keluar dari tenda nya dengan mengendap-endap. Melangkah ringan tanpa menimbulkan suara, Lihua berhasil keluar dari lingkaran tenda prajurit yang mengantuk.

Ketika hampir menjauhi perkemahan langkah nya berubah menjadi sedikit berlari. Memasuki wilayah perkemahan musuh yang hanya dibatasi oleh hutan, Lihua menyelinap masuk kedalam ruang penyimpanan arak dan kendi berisi air bersih.

Tanpa ragu ia meneteskan cairan racun itu kedalam kendi arak dan air, ketika semua perkerjaan telah selesai dengan bersih Lihua melangkah keluar namun siapa sangka seorang prajurit memergoki nya hendak berteriak namun Lihua telah lebih dulu menusukan belatinya ke tenggorokan hingga menembus pangkal leher nya.

"Huh?" Lihua memperhatikan tubuh yang kejang-kejang diatas tanah itu tanpa ekspresi. Tanpa perasaan Lihua menyeret kaki prajurit itu masuk kedalam hutan lalu mendorong nya masuk kedalam jurang.

Lihua menunduk untuk melihat kegelapan dibawahnya, ketika suara berdebat terdengar Lihua baru berbalik badan.

Suara seseorang yang bersandar pada batang pohon hampir membuat Lihua melempar belati nya pada kepala orang tersebut.

"Apa yang kau lakukan disini tuan putri?" Tanya seseorang itu.

Lihua memicingkan matanya saat mengenali siapa orang itu, Lihua tersenyum masam ternyata seseorang itu adalah jendral menyebalkan. "Jenderal Do seperti nya lupa jika kita menyepakati rencana ini."

"Dengan diam-diam masuk ke perkemahan musuh lalu meracuni mereka?" Sindir jendral do.

Lihua mengangkat bahu nya cuek, "Selalu ada 100 cara untuk mencapai kemenangan Jenderal."

"Bukankah cara ini terlalu kotor?"

"Kotor atau tidak anda sendiri yang menentukan, bukankah didalam perang semua nya sah untuk dilakukan?" Lihua berjalan mendekat menyentuh dagu Jenderal Do dengan ujung belatinya. "Membunuh atau dibunuh? Mana yang anda pilih?"

"Seperti yang kau pikirkan disini aku memiliki rencana sendiri, dan aku lebih suka mengotori tanganku sebelum mereka merenggut semua yang menjadi milikku." Setelah mengatakan itu Lihua berjalan melewati Jendral Do dengan senyum dingin diwajahnya.

Jenderal Do menoleh kearah Lihua yang meninggalkan nya, diam-diam ia tersenyum miring. "Ah, gadis ini mirip sekali dengan macan betina, susah ditaklukan namun memiliki sisi manis tersendiri."