webnovel

11

Lihua ingin menangis saat seseorang mendekap tubuh nya erat begitu erat hingga terasa menyesakan, seakan-akan orang tersebut akan kehilangan dirinya jika melepaskan pelukan nya.

Dada bidang yang hangat dan pundak yang lebar menjadi tempat Lihua bersandar, tubuh nya terasa dingin membekukan dan terasa sangat kaku. Lihua mengenali aroma tubuh ini, aroma daun teh yang selalu melekat di tubuh Pangeran Zhen.

"Kenapa?" tanya Lihua serak.

Tubuh pangeran Zhen menegang sebelum akhirnya berubah gemetar. Lihua menepuk pundak itu perlahan tak bertenaga. "Semua akan baik-baik saja."

Pangeran Zhen melenggorkan pelukan nya menatap kedua mata Lihua yang terbuka lebar menatapnya setengah tertutup. "Kau benar-benar kembali?" tanya pangeran Zhen memastikan.

"Aku kembali, untukmu."

Pada saat itu juga pangeran Zhen memeluk tubuh Lihua erat, lebih erat dari sebelumnya. "Seharusnya aku tidak meninggalkanmu disana dan membuatmu terluka."

"Itu bukan salahmu." Lihua menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher pangeran Zhen. Tubuh nya masih lemah hingga rasanya ia ingin tidur kembali hanya untuk sekedar memejamkan mata.

"Kau tunanganku jika sesuatu terjadi padamu itu adalah kelalaian ku." Bisik Pangeran Zhen sambil mengusap rambut Lihua membuai nya kembali kedalam mimpi.

Lihua merasakan tubuhnya masih lemah, orang-orang menyesaki ruangan nya dengan hadiah-hadiah karena kesadaran nya. Dari informasi yang Lihua dapat kan dari dayang nya, ternyata hampir 1 bulan Lihua tidak sadar kan diri bahkan di detik terakhir Lihua hampir menghembuskan nafas terakhir dipelukan pangeran Zhen.

Pangeran Lijuan sendiri yang mencari penawar racun di negeri nanyi bersama pasukan berkuda nya. Merasa sangat bersalah disaat Lihua bahkan tak terbangun meski para tabib berusaha membuat penawar racun pengganti.

1 bulan, benarkah kalau ia tidur selama itu? Rasanya ia hanya bermimpi sebentar lalu kembali terbangun. Dalam periode tersebut pastilah Pangeran Guangxi telah menyusun rencana-rencana licik.

Maaf saja, meski sempat melihat kejadian setelah kematian nya bagaimana pria itu menangis. Lihua tidak akan pernah melepaskan Pangeran Zhen demi pria itu sampai mati untuk ketiga kali pun Lihua tidak akan sudi.

"Hanya keledai yang memilih untuk jatuh kedalam lubang yang sama."Dan Lihua adalah sosok realistis yang menolak untuk tmenyusahkan dirinya sendiri disaat ia memiliki pilihan untuk hidup nyaman bersama orang yang tepat. Ia memiliki pandangan hidup bahwa tidak ada manusia yang dapat merubah temprament nya dalam semalam hanya demi orang lain.

Klak..

Bunyi benturan samar ketika tangan nya berusaha menyentuh dipan, Lihua melirik tangan nya. Terdapat sebuah gelang jade berwarna merah terpasang dipergelangan tangan nya.

"Aku tidak ingat jika aku memiliki benda ini sebelumnya?" Lihua memperhatikan ukiran khas pada gelang itu. Seorang pelayan yang melihat kebingungan Lihua tergerak untuk menjawab.

"Gelang itu diberikan oleh Pangeran Zhen Putri." katanya.

"Pangeran Zhen?"

Sebagai informasi di dalam ceritanya Pangeran Zhen merupakan Pangeran dari kerajaan seberang yang menjadi pertukaran atas perdamaian dua kerajaan. Kakak kedua Lihua dari selir tingkat 3 pangeran Qiang juga berada dikerajaan seberang.

Anehnya Pangeran Zhen merupakan putra mahkota yang harus hidup dikerajaan tetangga, belum cukup dengan itu penderitaan nya diperparah dengan pertunangan nya dengan Lihua. Si putri yang terabaikan dan diasingkan oleh kerajaan. Menyedihkan.

Sedikit banyak Lihua bersimpati dengan keadaan tunangan nya itu. "Hah~ aku merindukan hidup lamaku." keluh Lihua, mengingat-ingat dikehidupan nyata ia tidak pernah direpotkan dengan urusan sulit, ia menjalani hidup nya seperti air yang mengalir, sebisa mungkin ia menghindari arus.

Ketukan pintu dan kemunculan dua orang pria didalam kamar nya, Pangeran Lijuan dan Pangeran Zhen.

"Sudah merasa lebih baik?" Pangeran Lijuan menyentuh kening Lihua merasakan suhu tubuh adiknya yang mendingin.

"Lumayan." sahut Lihua singkat.

"Kami mencari orang yang telah melakukan ini padamu. Aku sendiri yang akan membalas dengan memenggal kepalanya."

"Kau tidak perlu mencari nya kakak." sela Lihua tak bertenaga, bagaimana pun Pangeran Guangxi itu sangat lihai dan licik, ia tak ingin sesuatu terjadi pada kakak nya. Posisi Pangeran Lijuan masih sangat rawan, banyak yang ingin menghalangi nya dari tahta bahkan menteri nya sendiri diam-diam ada yang berupaya untuk melengserkan nya. Tapi itu urusan nanti setelah tubuh nya kembali pulih Lihua akan membabat habis parasit yang akan menjadi batu sandungan untuk masa depan nya.

Lihua menyadari tatapan pangeran Zhen yang terus mengamati nya lekat, tadi nya Lihua ingin mengabaikan tatapan itu tapi wajah Pangeran Zhen yang memerah jika di goda mungkin akan menyenangkan.

"Apa yang kau perhatikan sedari tadi pangeran? Apa aku terlihat cantik?" Lihua memiringkan kepalanya sambil tersenyum lucu.

"Tampak seperti mayat hidup."

Tidak, itu bukan jawaban dari Pangeran Zhen tetapi berasal dari Pangeran Lijuan yang terlihat sinis setiap kali Lihua berlaku genit. "Kau iri karena tidak memiliki tunangan kak? Kalau begitu segera terima pernikahan yang ayah usulkan padamu." Lihua mendelik sadis.

Pangeran Lijuan mengusap dagu nya perlahan, menatap Lihua melalui sudut matanya. "Ah~ jika aku menikah maka adik kesayanganku ini akan kesepian tanpa kakak nya yang tampan."

"Kuharap kau mati setelah mengatakan itu." sahut Lihua manis. menyenangkan membuat kakak nya naik darah, terkadang Lihua juga sengaja mencari keributan agar mereka dapat bertengkar seperti ini.

Kening pangeran Lijuan mengerut protes. "Kau serius tidak akan cemburu ketika aku lebih memperhatikan Permaisuri ku nanti?"

Lihua terkekeh, menarik tangan Pangeran Zhen lalu meletakan nya di pipi nya. "Silakan, aku memiliki Pangeran Zhen untuk memperhatikanku. Jadi aku tak butuh kamu kak." Lihua memejamkan mata menikmati kehangatan tangan pangeran Zhen di pipi nya.

Tatapan permusuhan dari sahabat nya, juga sikap manja dari tunangan nya merupakan ujian terberat untuk Pangeran Zhen. Dibalik wajah dingin nya kedua telinga pria itu telah memerah menahan malu karena sikap Lihua yang frontal.

Diam-diam Lihua mengintip dari celah matanya memperhatikan telinga Pangeran Zhen yang memerah lucu. Tidak tega Lihua akhirnya melepaskan tangan pangeran Zhen.

"Ngomong-ngomong kudengar kau sendiri yang mencari penawar untukku kak. Terimakasih."

"Itu bukan apa-apa." sahut Lijuan cuek tanpa melihat kearah Lihua.

"Benarkah? Padahal aku sayang padamu." Lihua memiringkan kepalanya tersenyum manis. Jarang-jarang Lihua berekspresi seperti itu pada kakak nya.

Kini Pangeran Lijuan yang terlihat salah tingkah lalu dengan sangat kentara terlihat terburu-buru pergi dari sana beralasan jika ia memiliki beberapa urusan penting.

Tinggal Lihua dan pangeran Zhen yang berada diruangan itu. Lihua menatap pangeran Zhen, memperhatikan garis-garis ketampanan yang dimiliki oleh pria itu. Terdapat kantung mata yang sedikit menggelap dibawah matanya, berapa hari dia tidak tertidur demi menjaganya?

"Kenapa?" tanya Lihua.

"Apa?"

"Kenapa tetap bersamaku disaat kau memiliki kesempatan untuk pergi?"

Hening untuk sesaat, pangeran Zhen membalas tatapan itu tak terbaca. "Menurutmu, kenapa aku pergi jika disinilah tempatku untuk pulang."