webnovel

10

Semenjak itu Lihua menyembunyikan diri di dalam kediamannya tidak membiarkan seorang pun untuk mengunjunginya. Lihua tak ingin jika Kaisar ataupun kakak nya berselisih hanya karena keadaan nya. Sudah cukup ia membuat kekacauan saat malam penyerangan, itu pun ia mendapat hukuman dikurung selama 2 bulan. Apalagi jika Kaisar mengetahui ia terluka saat keluar istana bersama kakaknya, akan seberat apa hukuman yang diberikan Kaisar nantinya.

Diam-diam yang merawatnya hanya seorang tabib wanita yang didatangkan oleh kepala pelayan nya. Lihua mengigit sapu tangan sutra saat pelayan nya membaluri luka Lihua dengan obat herbal.

"Luka anda mengandung racun putri, anda akan baik-baik saja jika melewati waktu seminggu dengan selamat." kata sang tabib yang bermakna ganda. Pertama Lihua akan baik-baik saja jika mampu bertahan dalam jangka waktu seminggu sebaliknya ia akan mati jika tidak bertahan pada waktu tersebut.

Lihua tahu penawar dari racun ini, lotus hitam. Tapi tumbuhan itu hanya tumbuh di negeri nanyi yang jarak nya sangat jauh, butuh waktu berhari-hari untuk sampai disana dan Guangxi memang selalu bermain seperti ini. Ia lupa jika prajurit bayangan yang dimiliki oleh pria itu selalu dibekali dengan racun tersebut. Yah tidak waktu untuk menyesal, Lihua hanya berharap jika kematian tidak akan membuat jiwa nya terlempar kedalam cerita lain.

"Putri, putra mahkota dan pangeran Zhen datang mengunjungi anda." ucap seorang dayang gugup.

Lihua mengusap keringat di kening nya. "Bilang pada mereka jika aku tidak ingin menemui mereka sekarang." katanya lirih. Bibir Lihua pucat dan terlihat kering, racun ditubuhnya membuatnya kesakitan jika meminum atau memakan apapun. Ini akan membunuh Lihua dengan lambat dan perlahan, lebih menyakitkan dibandingkan mati terpenggal.

Pelayan itu mengangguk dan undur diri. Setelahnya terdengar suara ribut-ribut dari luar, sampai akhirnya suara pintu yang dibanting keras oleh Pangeran Lijuan. Para dayang Lihua cepat-cepat menutup tubuhnya dengan selimut. Tapi, sepertinya itu tidak luput dari pengelihatan tajam putra mahkota.

Lijuan melangkah cepat kearah Lihua yang terkulai mencoba menegakan tubuhnya. "Kakak-" sapanya dengan nada paling menyakitkan di telinga pendengarnya.

Lijuan menopang tubuh Lihua menarik paksa selimut itu, menampakan luka dengan warna ungu yang mulai menjalar. "KATAKAN SIAPA YANG MELAKUKAN INI PADAMU?!" teriak Pangeran Lijuan mengguncang tubuh Lihua.

Akibat guncangan dari Pangeran Lijuan, Lihua jadi tidak tahan untuk muntah. Darah membasahi pakaian Pangeran Lijuan, membuat pria itu shok.

Pangeran Zhen dengan cepat merebut tubuh Lihua kedalam pelukan nya. "Apa yang kau lakukan?! Kau menyakitinya!" katanya, membersihkan darah disekitar dagu Lihua.

"Kakak aku sudah tidak tahan dengan sakit ini, biarkan aku tidur nyenyak" gumam Lihua sayu. "Zhen, jangan pergi sampai aku tidur."

Seolah tersadar pangeran Zhen langsung menggendong tubuh Lihua, membawa tubuh gadis itu pada kediaman tabib di istana. "Jangan pernah berpikir untuk meninggalkanku."

Tabib terkejut ketika tiba-tiba pangeran Zhen datang dengan membawa tuan putri digendongannya, menyadari jika tabib dihadapannya adalah seorang laki-laki dan Lihua tidak berpakian lengkap Zhen terlihat enggan membiarkan nya menyentuh Lihua. seakan mengerti tabib itu meminta pergelangan tangan Lihua merasakan denyut nadi nya yang kian melemah.

"Tolong ijinkan saya untuk melihat luka nya." kata tabib itu situasi saat ini sangat mendesak sedangkan tabib wanita secara mendadak tidak berada di tempat. Zhen dengan enggan memperbaiki posisi lihua menjadi menghadap nya, nafas nya terdengar cepat ditelinga Zhen sesekali gadis itu juga mengerang kesakitan.

Tabib yang melihat luka itu terperangah, orang normal pasti sudah langsung mati ketika terkena racun ini tapi tuan putri masih bisa bertahan meskipun sekarat. "Ini ... dimanakah putri terkena racun ini? satu-satu nya penawar nya adalah lutus hitam tetapi kita tidak memiliki persediaan nya saat ini."

Pangeran LIjuan yang pertama kali maju. "dimana aku bisa mendapatkan penawar sialan itu?!"

"di negeri nannyi, perjalanan kesana hampir memakan waktu berhari-hari."

"beberapa hari? tapi adikku sudah sekarat saat ini!" Lijuan mengacak rambut nya frustasi. "biar aku yang pergi ketempat itu." putus Zhen tiba-tiba sampai lijuan menahan pundak nya agar tetap duduk. "tidak, kau jaga lihua biar aku yang pergi mencari tanaman itu."

....

Gelap.

Dingin.

Lihua gemetar saat perasaan menusuk itu melingkupinya. Kedua matanya terbuka yang semula terpejam rapat, mengerjapkan matanya Lihua menyadari jika tubuh nya melayang di dalam air.

Dihadapannya seorang gadis berperawakan persis sepertinya tengah terpejam dengan wajah pucat. Lihua meraih tubuh itu mengguncang nya.

"Bangun!" teriak Lihua entah bagaimana ia bisa berbicara meski didalam air.

Kedua mata gadis itu terbuka membalas tatapan nya kosong, nampak seperti cermin yang menampakan penderitaan luar biasa. "Perbaiki semuanya Lihua." kata gadis itu lirih.

"Apa maksudmu?" tanya Lihua panik saat gadis itu menyentuh sisi wajah nya.

"Kembalilah perbaiki semuanya, jangan sampai kau kehilangan segalanya untuk kesekian kalinya."

"Aku tidak mengerti! Tolong katakan dengan jelas!" Lihua mengusap wajahnya gusar. "Aku terjebak dalam cerita karanganku hanya itu yang aku tahu!"

Gadis itu tersenyum tipis, "kau akan mengerti saat semuanya telah berakhir Lihua." gadis itu menggenggam tangan Lihua yang terasa dingin membekukan. "Ini semuanya nyata Lihua, kau harus tahu itu. Kau tidak boleh mati sekarang atau semuanya akan sia-sia."

"Sekarang kembalilah, mereka menunggumu."

Baru saja lihua akan menjawab namun sesuatu seperti arus menarik nya semakin masuk kedalam kegelapan, menjauh dari gadis tadi hingga Lihua merasa sesak.

Kedua matanya terpejam rapat, kini hembusan angin dingin menerpa tubuhnya. Perlahan kembali membuka matanya, penampakan dihadapannya membuat Lihua terkejut.

Disana tubuh Lihua terbujur dengan luka sabetan pedang di leher nya, darah menggenang disekitar tubuhnya dibasahi oleh hujan deras. Tapi bukan itu yang menjadi fokus Lihua tetapi tatapan panggilan Guangxi yang tampak begitu menderita ketika menatap jenazah nya.

Perlahan tubuh kaisar agung itu terjatuh bersama pedang nya, kaisar Guangxi menarik tubuh Lihua kedalam dekapan nya. Memangku kepala Lihua sekaligus mengusap nya penuh perasaan.

"Kenapa kau sangat keras Lihua? Andaikan kau bisa mengerti pasti semuanya tidak akan berakhir seperti ini." gumam Kaisar Guangxi samar-samar karena derai hujan.

Air mata Lihua terjatuh, ia sama sekali tidak menyangka jika ini merupakan kejadian setelah kematian nya. Kini siluetnya berganti pada pemakaman nya, dimana Lihua dimakamkan bersisihan bersama putra putrinya. Disana kaisar Guangxi berdiri disana dalam waktu yang sangat lama terlihat menyesal.

"Kau bajingan egois, mengapa harus berwajah menderita seperti itu dimakamku saat kau sendiri yang membunuh ku?" ucap Lihua miris, menatap sosok didepan nya kosong.

"Jika semua bisa kembali, aku akan tetap melakukan hal yang sama untuk mendapatkanmu Lihua." Ketika Kaisar Guangxi mengatakan itu hembusan angin memburamkan pandangan Lihua, siluet pangeran Zhen tengah mengulurkan tangan padanya.

"Apapun yang terjadi dimasalalu tidak akan membuatku goyah untuk tetap bersama dengan kebahagiaanku yang sesungguhnya." gumam Lihua saat melangkah mendekat kearah Pangeran Zhen.