webnovel

Elegi Duka

Mentari Chamissya Damayanti tak pernah menyangka kalau pernikahannya bersama Adi Surya Dimitri nyatanya tak berjalan sesuai dengan apa yang dia harapkan selama ini. Surya seakan dengan sengaja membangun tembok pemisah yang akan sulit untuk Mentari robohkan. Mampukah Mentari bertahan dengan sikap dingin nan angkuh sang suami? Apakah Mentari bisa sepenuhnya bertahta di hati lelaki yang telah berikrar sehidup semati dengannya di hadapan penghulu? IG Author: @cerita.alwa

ALWA1196 · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
202 Chs

Keputusan Papa Dimitri

Tangan Dimitri terulur untuk mengelus rambut Gita yang berwarna hitam pekat. Penampilan Gita dan Mentari memang sangat kontras tapi sifat mereka jika adu sungguh akan beda tipis perbedaannya.

Itulah alasan Dimitri membentangkan tangannya dengan sangat lebar untuk menerima mereka sebagai menantu di keluarga Dimitri. Beda halnya dengan Yana, sekalipun Yana telah menyandang gelar sebagai seorang janda Dimitri tidak akan sudi menerimanya untuk menyandang gelar sebagai menantu keluarga Dimitri.

"Gerhana akan dimakamkan di Bandung." Jawaban yang disampaikan Dimitri sungguh  membuat Gita kehilangan semangatnya.

"Gerhana akan tetap bersama dengan Mentari. Mentari juga akan tetap menikah," timpal Dimitri. Perkataan Papa Dimitri barusan jelas saja mengundang reaksi yang berbeda antara Gita juga Surya.

Gita kebingungan dan Surya mendengus kesal. Surya tahu keputusan sang papa adalah keputusan mutlak dan tidak bisa diganti apapun yang terjadi. Surya harus memutar keras otaknya, tapi dia sadar kalau dia bukanlah lawan yang sepadan untuk Dimitri Gemilang.

Untuk saat  ini Surya memilih diam sembari menunggu apa yang akan dia sampaikan pada sang papa sebagai sebuah bentuk penolakan.

Jenazah Gerhana akhirnya dipulangkan. Rumah yang dipilih sebagai tempat persemayaman terakhirnya tentu bukanlah rumah utama keluarga Dimitri. Melainkan rumah yang telah Gerhana persiapkan setelah dia resmi mengambil alih tanggung jawab Rangga Bamantara--omnya Mentari.

Pernikahan sejatinya adalah ibadah terpanjang, hanya akan berakhir jika salah satu dari mereka berpulang menghadap Sang Pencipta. Tapi sayang Gerhana harus pergi terlebih dahulu tanpa merasakan nikmatnya sebuah pernikahan.

Rumah yang seharusnya Gerhana pijaki dengan senyum renjana justru dia masuki dengan keadaan yang sungguh amat pilu. 

Aisyah, Surya, Badai, dan juga Gita yang baru pertama kali ke sini sungguh dibuat takjub dengan design juga interiornya. Ternyata untuk calon istri, Gerhana tidak pernah perhitungan. Apapun yang terbaik untuk Mentari pasti akan Gerhana usahakan tanpa kata tapi.

"Ini rumah Kak Gerhana, Pa?" tanya Badai sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut rumah.

Dimitri sungguh tak bisa menjawab pertanyaan sang anak bungsu lewat kata-kata, jadi dia hanya bisa menjawab lewat deheman kecil. 

"Kamu yang beliin, Pa?" tanya Aisyah dengan suara yang amat sangat parau.

"Nggak," jawab Dimitri dengan sangat mantap dan tanpa keraguan sama sekali.

Hal tersebut jelas membuat semua orang mengerutkan keningnya.

"Terus Gerha--"

"Gerhana membelikan rumah ini untuk Mentari dengan hasil jerih payahnya sendiri. Papa hari itu, ingin memberikannya, tetapi dia menolak mentah-mentah dengan alasan dia ingin sepenuhnya menjadi sumber kebahagiaan Mentari," sela Dimitri atas ucapan Badai barusan.

Tangis Aisyah juga Gita semakin menjadi-jadi saat mereka mengetahui sisi lain dari seorang  Adi Gerhana Dimitri.

Anak yang selalu dipandang sebelah mata karena memiliki tingkat kenakalan yang sangat tinggi, tapi di akhir hidupnya dia bagai sedang menjelma menjadi anak yang sangat pantas untuk dibanggakan.

Jarum jam terus berputar tanpa bisa kita hentikan. Kini jasad Gerhana telah sepenuhnya tertutup oleh tanah. Kalau kalian berpikir yang paling hancur hatiku adalah Aisyah mungkin kalian akan salah. Karena tangis Papa Dimitri ternyata lebih nyaring dan semakin membuat pilu suasana. 

Dulu ketika Gerhana baru lahir, orang yang pertama kali mendekapnya juga mengazankannya adalah Dimitri. Kini ketika Gerhana telah kembali pangkuan Sang Pencipta, Papa Dimitri ikut membopong keranda jenazah Gerhana serta dialah yang melantunkan azan untuk jenazah sang putra, ini benar-benar pukulan telak untuknya.

Inilah perbedaan yang paling mencolok antara kelahiran juga kematian. Saat kau dilahirkan, kamu akan menangis dan orang lain tersenyum menyambut kehadiranmu. Lalu pada saat kamu berpulang menghadap-Nya kamu yang tersenyum dan orang lain akan melepasmu dengan isak tangis pilu mereka.

Kini jiwa seorang Adi Gerhana Dimitri telah tenang di keabadian. Banyak orang yang menyayangi Gerhana. Dia dianugerahi papa dan mama yang mencintainya dengan tulus. Saudara yang sangat peduli dengannya. Dan tentu kekasih yang menerima segala kekurangannya tanpa meminta Gerhana untuk menjadi orang lain, Mentari Chamissya Damayanti. 

Tapi itu semua seakan sirna saat Allah memanggil kembali Gerhana menuju pangkuan-Nya.

Semua orang menyayangi Gerhana tapi cinta Allah untuknya jauh lebih besar. Semoga Gerhana ditempatkan di tempat yang terbaik.

Prosesi pemakaman hanya melibatkan beberapa keluarga inti dari Dimitri juga Aisyah, tidak melibatkan media sama sekali. Sungguh hebat Dimitri, dia bisa meredam dengan sangat sempurna kabar berpulangnya kembaran dari Adi Surya Dimitri itu. Tapi ingatlah satu hal wahai engkau Dimitri Gemilang, sepandai-pandainya tupai melompat, tanah tetaplah tempatnya untuk berpijak. Suatu saat nanti pasti kabar meninggalnya putra kedua pasangan Dimitri Gemilang dan Aisyah Khumairah ini pasti terkuak ke media. Dan orang yang paling terluka daksanya tentu saja adalah Mentari.

Saat para keluarga hendak meninggalkan kuburan gawai milik Gita yang sedari tadi berada di handbagnya tiba-tiba berbunyi dengan sangat nyaring. 

Badai yang tengah merangkul Gita mengizinkan Gita untuk menerima telepon tersebut. Tubuh Gita mendadak sangat lemas saat melihat nama yang memenuhi layar gawainya adalah sang kakak, Mentari Chamissyya Damayanti.

"Siapa?" tanya Badai karena melihat ada yang tak beres dengan Gita saat ini.

Karena Gita tak kunjung memberikan jawaban atas pertanyaan Badai tersebut. Dan Badai juga memiliki sifat over protektif pada sang kekasih, jadi Badai meraih gawai yang masih digenggam oleh Gita. Kini apa yang dirasakan oleh Gita juga dirasakan oleh Badai. Jantung mereka berpacu dengan sangat cepat sehingga membuat sekujur tubuh mereka menjadi tremor.

Bersambung ....