"Wanita diciptakan istimewa. Tetap tegar meski nyaris menyerah, tetap sabar meski ingin mengeluh, tetap kuat meski hampir terjatuh."
*
Tirai tersibak, memperlihatkan Kanaya yang tengah terbaring. Matanya masih terpejam, wajah dan bibirnya terlihat pucat. Sepertinya Kanaya masih dalam pengaruh obat bius.
Keenan mengambil kursi terdekat dengan brankar, dan menariknya sedikit ke dekat sisi brankar. Menggenggam tangan Kanaya yang bebas dari selang infus.
Matanya merah, menahan tangis. Melihat kondisi istrinya yang terbaring lemah tidak berdaya seperti ini, membuatnya semakin merasa bersalah. Seharusnya mereka menunggu hingga Kanaya lulus kuliah, saat usia mereka sudah matang, untuk memiliki anak. Agar kejadian seperti ini tidak terjadi. Beruntung Kanaya selamat, meski salah satu calon anak mereka, mau tidak mau harus mereka relakan.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com