Keenan memperhatikan Kanaya yang dengan lahapnya menghabiskan separuh tiramisu miliknya. "Masih mau lagi?" tawar Keenan.
"Nggak, deh, ntar aku gak bisa tidur. Kopinya berasa banget ini," tolak Kanaya.
Keenan lantas mengambil piring kosong itu dari tangan Kanaya, menaruhnya di meja kecil di sebelah sofa yang sedang mereka duduki itu.
"Sekarang, saatnya membakar lemak di dalam tubuh," ucap Keenan, kamudian mengecap bibir Kanaya. Rasa sedikit pahit dan manis serta gurih dari tiramisu terasa di bibirnya bercampur dengan salivanya.
"Keenan, kamu belum siapin pengaman." Kanaya mengingatkan, di sela-sela kegiatan bertukar saliva mereka. Keenan terdengar mengerang, dan langsung menyelipkan lengannya di pinggang Kanaya. Menggendongnya ke kamar mereka.
*
Pukul dua belas siang, mereka makan siang di dalam kabin. Terlalu lelah untuk pergi ke restoran. Meski tadi, Asha, mamanya Keenan mengirimkan pesan singkat ke ponselnya, memintanya untuk ikut makan siang bersama di restoran.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com