webnovel

Elegi Cinta Asha

Follow Instagram @sere_nity_lee untuk info novel terbaru Serenity Lee VOLUME 1 DAN 2 (Asha-Angga) Asha Haryanto, gadis tomboy yang manis, jago ilmu bela diri, namun kemampuan akademisnya hanya rata-rata. Tiba-tiba didekati Angga Darmanto, sang Bintang Kelas dan juga Primadona Sekolah. Selain tampan, kemampuan akademisnya juga di atas rata-rata. Segala cara Angga lakukan untuk menarik hati Asha. Ketika benih-benih cinta mulai tumbuh, Angga harus melanjutkan studinya di luar negeri. Angga pun berangkat ke Jerman, hingga tiga tahun kemudian mereka bertemu kembali. Dan Asha saat itu tengah berbadan dua, yang membuat Angga terkejut. Gadis pujaan hatinya ternyata telah menikah. Dengan kakak kelasnya yang bernama Bayu. Bagaimana akhir kisah mereka? Temukan jawabannya di dalam cerita ini ya. ==== VOLUME 3 (Keenan-Kanaya) Keenan Andriansyah (anak Asha-Bayu), jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang gadis di sekolahnya, Kanaya Zettira Putri Herlambang, ODHA. Bagaimanakah lika-liku percintaan mereka pada akhirnya? Ikuti terus kisah ini hingga akhir. ==== VOLUME 4 New Love Stories Ada kisah percintaan Keenan Ada kisah perjuangan cinta Kevin Ada kisah cinta Kayla dan juga Alisha Bagaimanakah lika-liku percintaan mereka pada akhirnya? Ikuti terus kisah ini hingga akhir. ===== MASUKKAN COLLECTION/TAP LOVE/ADD SEBELUM BACA. AGAR CERITA INI ADA DI DALAM DAFTAR BACAAN KAKAK DAN MENDAPAT NOTIFIKASI SAAT UPDATE BAB BARU ^^ DUKUNG TERUS CERITA INI YA KAK DENGAN MELEMPAR POWER STONE SI BATU BIRU UNTUK CERITA INI! — 1 POWER STONE NANTINYA KAKAK DAPAT 1 VOUCHER GRATIS LHO BUAT BUKA BUKU YANG TERKUNCI. JANGAN LUPA, REVIEW BINTANG 5 YA! MAMPIR JUGA KE CERITAKU YANG LAIN YA KAK: 1. Mendadak Menikah 2. ALISHA (PRETENDING) 3. Zarina the Abandoned CEO 4. Terpotek Cinta CEO Botak tapi Ganteng 5. Annethaxia Luo Putri Negeri Salju 6. Saat Kita Muda 7. Angela the Alpha's Mate TERIMA KASIH

Serenity_Lee · Urbain
Pas assez d’évaluations
317 Chs

Masa Remaja 3

Dengan terburu-buru, seorang gadis, yang masih mengenakan seragam SMU, terlihat turun dari angkot, dan langsung berlari menuju meja resepsionis, di sebuah Rumah Sakit A. Wajahnya terlihat tegang, keringat mengucur di keningnya.

Siang itu, saat pelajaran Bahasa, oleh bu Meta baru saja dimulai, tiba-tiba dari bagian tata usaha ada yang mengabarkan kepada bu Meta, bahwa ada telepon penting untuk Asha. Kemudian, Asha diminta untuk mengikuti pak Darmo, menuju ruang tata usaha. Mamanya mengabarkan, bahwa papanya mengalami musibah dan Asha diminta untuk segera datang ke Rumah Sakit A.

Di sinilah Asha, menatap papanya dari balik kaca jendela di ruangan ICU. Tatapan matanya kosong. Papanya yang sangat disayanginya, terlihat begitu tenang di dalam sana.

"Asha ...," tegur mamanya.

Tanpa berbicara, Asha langsung menghamburkan tubuhnya, memeluk mamanya dan menangis tersedu.

"Doakan papa, ya, Sayang," hibur mamanya, seraya membalas pelukan Asha. Asha hanya menganggukan kepalanya.

"Papa kenapa, Ma?" tanya Asha di tengah isak tangisnya.

"Belum tau, Sayang. Mama juga baru datang, beberapa menit lalu, setelah dapat telepon dari anak buah papa."

Tak lama, datang seorang perawat, yang menghampiri Asha dan mamanya. "Permisi Ibu, apakah Ibu, keluarga pak Haryanto?"

"Ya, saya istrinya."

"Mari Ibu, ikut saya ke ruangan dokter, ya, Bu, nanti dokter akan menjelaskan sesuatu, terkait hasil observasi sementara para tim dokter."

"Asha, tunggu di sini, ya, Sayang. Jangan lupa banyak berdoa, ya," ucap Marisa, mamanya Asha, sebelum berlalu mengikuti perawat itu ke ruangan dokter.

Asha kembali menatap papanya dari luar ICU, tidak berani untuk masuk. Diam-diam air matanya mengucur deras.

***

Asha tertidur dalam keadaan duduk di lantai, beberapa saat setelah menangis, dan terbangun, begitu ada yang menepuk bahunya. Saat membuka matanya, dilihatnya mamanya, dengan wajah sendu yang dipaksakan tersenyum.

"Kita pulang dulu, ya, Sayang. Nanti ke sini lagi. Ambil baju untuk ganti, kita akan menginap, menemani papa."

"Papa kenapa, Ma? Kenapa belum bangun?" tanya Asha lirih.

"Nanti mama ceritain sambil jalan, ya, Sayang. Banyakin doa aja, ya." Asha kemudian mengangguk dengan patuh.

Saat Haryanto, papa Asha sedang keliling, mengecek sebuah proyek di lapangan, tiba-tiba, Haryanto mendapat serangan jantung. Kepalanya terbentur dengan keras, saat tubuhnya terhempas di atas jalanan, yang sedang dilaluinya, dengan beberapa klien dan anak buahnya. Saat itu juga, anak buahnya langsung memberikan pertolongan pertama, namun, tidak berhasil dan segera membawa Haryanto ke rumah sakit dan menghubungi Marisa, mamanya Asha.

Mendengar papanya mendapat serangan jantung, Asha mengerutkan keningnya. "Tapi papa selama ini, 'kan, gak pernah ada keluhan sakit jantung, Ma, kok, bisa tiba-tiba kena serangan?"

"Itulah yang mama tanya tadi, sama dokter. Tapi, dokter bilang, masih akan observasi keadaan papa. Semoga nanti ada kabar baik, ya, Sayang."

***

Asha terkejut, saat mobil yang dikendarainya makin mendekati rumahnya. Dari kejauhan, dia melihat ada mobil yang tidak asing baginya, terparkir tepat di depan rumahnya.

"Duh, tamu siapa itu, ya? Kok, parkir depan rumah kita," tanya mamanya Asha.

Asha masih mengamati dalam diam, hingga mobilnya melaju dan melewati mobil yang terpakir di depan rumahnya itu. Memang, tidak menghalangi pintu masuk rumahnya. Hanya saja, Asha bingung, untuk apa orang itu ke rumahnya.

Dilihatnya, orang itu masih di dalam mobil, seperti sedang menunggu sesuatu ... atau ... seseorang. Dan benar saja, begitu Asha turun dari mobil, bersamaan dengan itu, lelaki itu turun dari mobilnya dan langsung menghampiri Asha.

Asha berusaha memberi kode, agar Angga tidak mendekatinya saat itu, karena ada mamanya di sana. Namun terlambat, dengan aksi Angga.

"Selamat sore, Tante," sapa Angga ramah.

Marisa melirik sekilas pada anak gadisnya yang langsung salah tingkah dan membuang muka. "Cari siapa, ya?"

"Tante, Mamanya Asha, ya? Cantiknya ternyata menurun ke Asha, ya."

'Gombal! Gombal! Gombal! Mati gue, ngapain, siy, niy, anak ke sini, pake ngegombal gembel ginih ke nyokap gue!' batin Asha.

Marisa hanya tersenyum dan melirik Asha lagi, yang saat ini menunduk dalam. "Oh, temannya Asha, ya?"

"Iya, Tante. Saya Angga. Tadi sepertinya Asha pulang lebih dulu, ya—"

"Angga, udah deh, lo pulang aja sana. Gue sama mama, lagi buru-buru," potong Asha, yang langsung mendapat lirikan tajam dari mamanya, seolah menegur 'Asha yang sopan, dong, sama temannya.'

Asha yang merasa ditatap mamanya, langsung melenggang ke dalam rumah.

"Nak Angga, ya? Yuk, masuk dulu aja. Kita gak terlalu terburu-buru, kok."

"Makasih, ya, Tan." Seraya mengikuti dari belakang mamanya Asha.

***

"Mama apa-apaan, siy, nyuruh anak itu masuk?" ketus Asha, ketika mamanya masuk ke dalam rumah.

"Gak boleh gitu, Asha."

"Mama gak tau, siy, Angga itu ngejar-ngejar Asha terus tau, akhir-akhir ini," jelas Asha langsung ke intinya.

"—"

"Kan, ... mesti Mama kaget, 'kan," tebak Asha.

"Ya, udah kamu suruh bi Inah buatin minum, gih. Trus, kamu ganti baju dulu, dan siapin baju, buat ke rumah sakit juga."

"Trus, Angganya?"

"Ya udah, nanti mama yang urus." Asha kembali patuh dan sekaligus lega, karena mamanya tidak marah kali ini. Atau mungkin, karena papanya masuk rumah sakit, jadi mamanya sedikit melunak, soal teman laki-laki anak gadisnya. Ntahlah, Asha juga tidak yakin. Karena dahulu, orangtuanya mesti akan marah dan mewanti-wanti Asha, agar tidak dekat dengan teman lelakinya, sejak ia mengalami menstruasinya, untuk pertama kali.

Banyak sekali wejengan yang diterima Asha saat itu, soal hubungan dengan lawan jenis, apa yang akan terjadi kalau nanti dia berpacaran, dan lain-lain yang membuat Asha bergidik ngeri, dan memilih untuk patuh.

***

"Cari siapa, Sha?" tanya Marisa, mamanya Asha, ketika melihat anak gadisnya mengedarkan pandangannya, ke seluruh sudut ruang tamu.

"Hehe ... anu, Ma ...," kekeh Asha, sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Angga sudah mama suruh pulang. Hayuk, kita ke rumah sakit lagi. Mama ingin, kita ada di samping papa, saat papa siuman nanti."

***

Di rumah sakit, keadaan Haryanto masih belum membaik. Meski tidak dikatakan memburuk. Hari ini, Marisa meminta agar suaminya dipindah di ruang rawat VVIP, agar dirinya dan Asha bisa berjaga di sana bergantian.

"Jika kondisinya masih seperti ini terus. Mau tidak mau, kita hanya bisa bergantung pada alat-alat bantu pernapasan. Sambil tetap berdoa, ya, Bu," tutur dokter yang menangani Haryanto ketika visit.

Asha dan Marisa hanya bisa pasrah dan menanti keajaiban bagi Haryanto, papanya Asha.

"Besok, Asha ijin gak masuk dulu, ya, Ma?" pinta Asha, memecahkan keheningan.

"Ya, boleh. Tapi lusa, Asha harus masuk, ya, Sayang. Bentar lagi, 'kan, mau EBTANAS. Mama gak mau, Asha gak lulus, gara-gara gak masuk sekolah." Yang ditanggapi oleh anggukan Asha.

***