webnovel

Treat You

Rumah sakit Universitario la paz menjadi tujuan Damario. Dengan cepat ia menggendong Casta dan membawanya sampai ke ruangan pasien. Dengan sigap seorang dokter mengobati lukanya ditemani Damario yang tengah duduk di sofa.

"Bertahanlah nona. Rasanya akan sangat sakit ketika dijahit."

Casta menggigit bibirnya sambil tangannya meremas kepala kasur berusaha menahan rasa sakit ketika dokter menjahit lukanya.

"Bisakah kau berhenti sebentar? Rasanya sakit sekali." Casta menatap sendu wajah dokter itu.

"Tidak nona. Luka anda sangat berbahaya. Belum lagi anda mengeluarkan peluru dengan tangan kosong tanpa peralatan medis membuatnya mudah terinfeksi."

Damario mendongakkan wajahnya ketika mendengar bahwa Casta mengeluarkan peluru dengan tangannya sendiri. Apa wanita ini tidak punya rasa takut?

"Dimana dokter Andreas?"

"Dia sedang melakukan rawat jalan bersama beberapa pasien. Anda sulit menemuinya pada malam hari nona."

Casta menganggukan kepalanya.

"Lukanya sudah dijahit dan saya harap anda tidak banyak bergerak nona. Lukanya masih sangat rentan. Anda bisa beristirahat dirumah dan menjaga pola makan."

"Terimakasih dokter."

Dokter itu pamit setelah menganggukan kepalanya pada Damario yang dibalas dengan senyuman tipis. Ia menarik kursi dan duduk disamping Casta.

"Terimakasih sudah membawaku kesini."

"Apa lagi yang dilakukan si bejat itu padamu?" Casta senang mendengar suaminya bicara.

"Dia mencoba menyentuhku karena itu aku mengarahkan mobilnya supaya menabrak pohon dan aku lari."

Casta yakin ia tak salah lihat. Ia yakin melihat Damario yang menunjukkan ekspresi marah dan khawatir. Apakah Damario mengkhawatirkan Casta?

"Lalu kenapa kau bisa kena tembakannya?"

"Ketika aku membuka mobil, dia meraih pistol di sakunya dan menembakku. Untung saja aku masih punya tenaga untuk melarikan diri."

"Kau ingin disini atau dirumah?"

"Dirumah saja. Aku benci mencium aroma rumah sakit." Casta mengerucutkan bibirnya.

Pria itu kembali menggendong istrinya dan membawanya ke mobil.

...

Setelah berbaring dikasur, Casta merasa lelah. Ia sangat mengantuk dan memutuskan untuk tidur. Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Casta yang saat itu masih setengah sadar merasakan sebuah kecupan lembut di keningnya kemudian sebuah pelukan hangat mendarat di perutnya.

Pagi harinya Casta terbangun dan terkejut mendapati Damario yang tidur disampingnya dan memeluknya. Wajahnya tampak begitu damai membuat gadis itu terpancing untuk menelusuri setiap bagian wajahnya. Ia menelusuri dahi kemudian turun ke matanya dan mengelus lembut pipinya. Tiba-tiba pria itu membuka matanya dan tatapan mereka bertemu.

"Jadi aku membangunkanmu yah" Casta terkekeh sambil terus menelusuri wajah suaminya yang terus menatapnya.

Damario merasa senang masih bisa melihat wajah Casta ketika ia membuka mata. Tak terbayangkan betapa takutnya ia jika semalam Fredo berhasil melakukan sesuatu yang kejam pada Casta. Tiba-tiba ia mendaratkan ciumannya membuat Casta sedikit terkejut. Ia membalas ciuman pria itu dan tersenyum semringah.

"Bagaimana lukamu?" betapa senangnya Casta mendengar suara Damario. Pasalnya selama satu tahun menjalani kehidupan rumah tangga, dapat dihitung dengan jari berapa kali Damario bicara.

"Lebih baik. Kemarin terasa berdenyut tapi sekarang tidak."

"Kau ingin makan apa?"

Casta mengerutkan dahinya.

"Makan? Apa saja akan kumakan."

"Termasuk aku?" Damario bertanya dengan serius dan membuat Casta tertawa terbahak-bahak. Sudut bibirnya pun terangkat melihat wanita itu tertawa lepas.

"Akhhh."

"Perutmu tidak ingin kau tertawa." Damario mengelus lembut bekas luka diperut Casta.

"Kau tidak kekantor?"

"Hem."

"Kenapa?"

"Aku bosnya kan?"

"Kalau begitu aku akan buatkan sarapan." Casta hendak berdiri namun Damario kembali membaringkannya.

"Hari ini aku yang akan masak."

Casta terkejut mendengar ucapan Damario. Pria itu berdiri dan keluar.

Hari ini adalah hari paling bahagia dalam hidup Casta. Ia tak menyangka Damario akan memperlakukannya dengan sangat lembut. Ia bahkan memasak untuk Casta. Dan yang lebih mengejutkan, Damario banyak bicara dan bercanda dengan Casta hingga sisi lain dirinya tampak.

...….....

"Kita akan kemana?" tanya Casta ketika Damario tiba-tiba menggendongnya dan membawanya kemobil. Pria itu tak menjawab.

20 menit kemudian, mereka tiba disebuah taman bernama El retiro park (Taman Buen Retiro) yang dibuka pada jam 10 pagi.

"Whoaaa selama ini aku hanya membacanya dibuku tapi sekarang aku ada disini. Ternyata tempatnya lebih indah dari yang kupikirkan." Casta menghirup udara segar di danau el retiro park.

"Damario bisakah kita berlama-lama disini?"

"Hem."

Casta memperhatikan beberapa penumpang di perahu. Ia tak menyangka akan melihat banyak pengunjung disini.

"Ikut aku!" Damario mengenggam tangan Casta dan membawanya keatas perahu. Ia tahu Casta sangat menginginkan ini. Damario membawa perahu itu mengelilingi danau.

Mereka berdua masih asyik mendayung hingga sore. Kini tampak lampu keemasan menghiasi menara yang menghadap danau. Pantulan cahayanya begitu indah di air.

"Kurasa kita harus pulang."

"Ahh jika saja tidak ada batasannya, aku ingin menginap disini." Raut wajah Casta tampak kecewa namun ia menuruti kemauan Damario.

Ketika sedang mengendarai mobilnya, Damario melirik sebuah restoran dan berhenti disana. Sobrino de Botin adalah restoran kesukaannya. Siapa yang tidak tahu restoran satu ini. Restoran tertua didunia yang didirikan oleh pasangan pendatang dari Prancis, Jean Botin dan istrinya, pada tahun 1725. Ketika memasuki restoran itu, Casta terpana dengan setiap bagian ruangan yang kental dengan nuansa tradisional. Damario memesan Cordero asado (domba muda panggang), dan cochinillo asado (babi muda panggang). Aromanya begitu menggoda hingga Casta tak dapat dapat menahan salivnya.

...…....

"Mandilah setelah ini istirahat!" Damario mengiringi Casta menuju kamar mandi. 30 menit kemudian ia keluar dan bau aromaterapi tercium memenuhi kamar Casta. Damario merasa rileks dengan aromaterapi itu.

Setelah itu, Damario membantu Casta mengganti perban di perutnya. Ia memperhatikan bekas-bekas jahitan disana membuat hatinya sedih. Kenapa harus Casta yang menanggung semuanya?

"Aku tidak akan kekantor besok."

"Kenapa? Apa kau mengalami masalah disana?"

"Ada beberapa masalah yang harus aku urus dirumah termasuk merawatmu."

Pipi Casta merah mendengar pernyataan Damario yang sederhana namun romantis.

"Tidurlah!" Damario membaringkan dirinya disamping Casta dan menatap dalam wajah cantik istrinya. Ia merasa ada dorongan kuat yang membuatnya harus melalukan sesuatu.

Tiba-tiba tangannya menekan tengkuk Casta dan menciumnya dengan sangat lembut.

Casta yang merasakan sentuhan itu sontak membuka matanya. Ketika Damario melepas ciumannya, Casta tersenyum manis dan mencium dagu Damario serta berkata "Selamat tidur".