webnovel

Take Care

Casta terus menangis sesenggukan sambil meringkuk menahan rasa sakit yang teramat pada perut dan kepalanya.

"Maria aku tak tahan lagi hiks…."

"Nyonya kenapa lagi ini? Aku harus membawamu kedokter."

"T..tidak aku tidak mau."

"Tapi nyonya keadaanmu semakin parah. Aku tidak bisa membiarkanmu lagi nyonya."

"Maria sakit sekali hiks."

"Kau tidak mau kerumah sakit lalu aku harus bagaimana nyonya?"

"S.sakit sekali…"

"Aku tidak punya pilihan lagi. Aku akan beritahu tuan supaya dia mengutus dokter pribadi supaya merawatmu."

"Tidak Maria!"

Maria tak menghiraukan perkataan majikannya lagi. Kekhawatirannya mengalahkan rasa takutnya pada ucapan Casta. Ia segera menuju keruang santai tuannya. Disana ia melihat tuannya duduk santai sambil memperhatikan setiap barang yang diperlukan untuk perayaan ulang tahunnya 3 hari lagi.

"Tu..tuan." katanya terbata-bata takut menganggu tuannya.

"Tuan maaf saya menganggu. Saya mohon tuan hubungi seorang dokter supaya dia kemari dan merawat nyonya."

Damario menatap sinis wajah Maria.

"Apa wanita murahan itu menyuruhmu?"

"Tidak tuan. justru saya menolak permintaannya. Dia tidak mau dirawat tapi saya mengacuhkannya karena keadaannya yang sangat parah."

"Heh."

"Saya mohon tuan. keadaan nyonya benar-benar memprihatinkan. Sudah 1 bulan dia menahan sakitnya tuan."

Damario merogoh ponsel dan menelepon seseorang.

"Dokter Audrey akan kemari."

"Terimakasih tuan."

1 jam kemudian, seorang wanita paruh baya mengenakan jubah putih panjang dan sebuah kacamata tebal. Ia adalah Audrey Melosa. Seorang dokter kepercayaan tuan Alano ayah Damario yang saat ini bekerja di rumah sakit Universitario la paz.

"Dokter syukurlah kau datang cepat. Mari ikut saya." Ujar Maria sambil berjalan didepan dokter Audrey.

"Begini keadaan nyonya Casta dokter."

Dokter Audrey memandangi wajah Casta dan terkejut.

"Kau? Kau yang sering menemui dokter Andreas bukan?"

Casta tak menjawab pertanyaan dokter Audrey. Ia sama terkejutnya dengan si dokter. Ia melirik Maria meminta penjelasan.

"Maafkan aku nyonya. Aku tidak tahan meihatmu kesakitan jadi aku meminta tuan untuk memanggil dokter Audrey."

"Aku tidak apa-apa Maria. Dan kau tidak perlu merawatku dokter."

"Tidak apa-apa bagaimana? Lihat nyonya wajahmu pucat sekali dan kau tidak bisa membohongiku dari rasa sakitmu itu."

"Maria keluar sebentar. Aku ingin memeriksa keadaannya dulu."

Maria mengangguk dan meninggalkan kedua wanita itu.

"Jadi kau tinggal disini nyonya?" Casta mengangguk.

"Kau tinggal bersama tuan Damario. Kau siapanya?"

Casta tak berani menjawab. Tak mungkin ia bilang bahwa ia istri Damario.Bisa-bisa pria itu membunuhnya.

"A..aku pelayan disini dokter."

"Pelayan? hei nyonya. Tuan Damario tak mungkin bersusah payah memintaku kesini hanya karena seorang pelayan sedang sakit."

"Akhhhhh." Casta tak sempat menjawab karena sakitnya kambuh.

"Kenapa sakitnya seperti ini?" Audrey segera mengelurakan semua keperluannya. Ia memeriksa suhu tubuh Casta.

"41.5 derajat. Apa kau masih ingin menyangkalinya?"

Audrey memeriksa setiap bagian tubuh Casta yang terasa sakit. Ia menekan bagian perut & kepala Casta membuatnya berteriak kesakitan.

Perasaan Audrey menjadi sangat tidak enak. Semua gejala yang ditubuh Casta sangat jelas. Akan tetapi dokter itu masih berusaha menyangkali. Mungkin saja ia hanya terlalu kelelahan.

"Dokter kumohon hentikan. Rasanya sakit sekali."

"Tidak nyonya. Maafkan aku ini tugasku."

Audrey terus menekan perut dan kepala Casta hingga ia merasakan sesuatu yang tiba-tiba membuatnya mematung. Wajah dokter itu menjadi pucat seketika. Ia teringat beberapa kali Casta mengunjungi rumah sakit tempatnya bekerja untuk memeriksakan kesehatannya.

"K..kau..kenapa?"

Jantung Casta berdetak kencang sangat kencang. Ia benar-benar ketakutan.

"Berapa lama?"

"5 tahun dokter." Jawab Casta dengan bibir bergetar.

"Kenapa kau tidak melakukan operasi?"

"Aku yakin bisa melewati ini dokter."

"Melewati ini? dalam keadaan seperti ini? aku benar-benar marah. Kau harus segera dioperasi."

"Percuma saja."

"Apa?"

Mata Casta berkaca-kaca memandangi wajah dokter Audrey.