webnovel

Miss Her

Damario melihat jam dinding kamarnya. Ia cukup puas karena ia tidur cukup lama dan ia merasa segar kembali setelah hampir dua bulan ia tak bisa tidur. Ia melirik kebawah dan mendapati Casta yang tengah tertidur. Ia memperhatikan setiap inci wajahnya. Wajah cantik itu begitu pucat. Damario tahu Casta sedang menyembunyikan sesuatu darinya namun ia tak peduli. Bukan. Ia bukan tak peduli ia hanya berusaha tak peduli dan tak khawatir karena menurutnya sangat tak masuk akal mengkhawatirkan Casta.

Beberapa saat kemudian Casta mulai sadar dan Damario cepat-cepat menutup matanya takut Casta menyadari bahwa ia memperhatikan wanita itu.

"Ahh jam 9? Ya Tuhan bagaimana bisa aku tertidur selama 12 jam? Ahh aku lapar."

Pelan-pelan Casta melepaskan diri dari Damario dan untungnya pria itu tak lagi memeluknya erat. Casta bangkit lalu mengecup lembut dahi suaminya dan keluar.

Mendengar pintu kamarnya tertutup, Damario kembali membuka matanya. Sebenarnya ia tak ingin melepaskan Casta tapi ia tahu wanita itu lapar dan ingin makan.

Ketika Casta menyantap makanan di dapur, terdengar suara pintu depan yang dibuka dengan paksa. Casta berlari menuju ruang tamu dan mendapati Ariana dengan wajah masamnya dan menghentakkan kakinya beberapa kali.

"Ada apa nona?"

"Dimana Damario?"

"Tuan dikamar dan dia sedang sakit."

Ariana menoleh sebentar lalu menuju kekamar Damario. Casta bingung melihat eskpresi Ariana. Dan ia sedikit kecewa karena Damario membohonginya dengan mengatakan bahwa Ariana tidak akan kemari.

"Sayang….uangku tidak cukup." Kata Ariana sambil meremas tangan Damario yang saat itu tengah bersandar di kepala kasurnya.

"Apanya yang tidak cukup?"

"Uang yang kau berikan untuk berbelanja tidak cukup. Aku pikir kau memberiku banyak uang tapi aku hanya bisa membeli beberapa tas dan sepatu saja." Ariana merengek.

"Padahal uang yang kuberikan itu sangat banyak." Damario menatap sinis wajah Ariana.

"Tapi itu tidak cukup."

"Kau benar-benar boros. Pergi!"

Ariana tak bisa mengelak lagi. Ia merebahkan dirinya di kasur yang berada di samping ruang ganti.

Jika selama ini Maria dan Casta berpikir bahwa Damario dan Ariana tidur seranjang maka mereka salah. Karena selama hampir dua bulan tinggal serumah, Damario tak pernah mengizinkan Ariana untuk tidur bersama. Pria itu tak suka dengan sifat agresif Ariana yang tiba-tiba saja ingin menyerangnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 namun pria itu belum terlelap. Ia butuh Casta. Walaupun ia sudah menghabiskan 12 jam untuk tidur, ia masih menginginkan Casta disampingnya. Memang aneh tapi apalah dayanya. Pria itu benar-benar merindukan sentuhan lembut istrinya.

...…....

Damario melangkahkan kakinya menuju ruangtamu karena ia mendengar seorang pria yang sedang mengobrol dengan Casta. Ia yakin tak salah mendengar suara itu. Ia bersembunyi di balik pilar antara ruang tamu dengan ruang santai dan mendengar percakapan mereka.

"Apa lukamu benar-benar sembuh?"

"Luka?"

"Ehmm luka dikepalamu waktu itu."

"Ahh sudah lama sekali dan tidak meninggalkan bekas. Untung kau cepat-cepat membantuku."

"Ahh jadi suamimu ada disini?"

"Iya. Dia masih tidur. Ada apa?"

"Tidak. Aku ingin mengajakmu keluar."

"Ahh tidak. Maaf aku tidak bisa. Damario pasti marah. Lagi pula pekerjaanku banyak."

"Tidak masalah. Aku bisa mengajakmu lain waktu dan tentu saja atas izin Damario. Bukankah kau menyukai seni? Aku punya tempat yang bagus untuk dikunjungi."

"Benarkah? Ahh aku sangat penasaran." Mata Casta berbinar-binar.

"Senyumanmu manis sekali."

"APA?"

Sontak Casta dan Sandro menoleh ke asal suara yang mengejutkan mereka.

"Damario. Kau sudah bangun? Bagaimana keadaanmu?" Casta menghampiri Damario dengan senyum manisnya namun pria itu menatapnya dingin.

"Ah Damario rupanya kau disini. Sebenarnya aku kemari untuk mengajak Casta keluar tapi dia menolak. Sebaiknya aku kembali saja. Aku akan kesini lain waktu."

"Ahh Sandro berhati-hatilah."

Pria itu tersenyum lalu keluar. Kini ruangan itu terasa sangat dingin seakan-akan ada aura lain. Dan Casta sadar tatapan mata Damario padanya. Itu tatapan untuk meminta penjelasan.

"Ehm dia datang tiba-tiba dan tentu saja aku harus menyambutnya bukan? Lagi pula ia tidak bermaksud buruk. Bagaimana keadaanmu?"

Pria itu menatap dingin wajah istrinya lalu meninggalkannya.

Tunggu apakah ia cemburu?