Hanna bekerja seperti biasanya, tapi Adel tahu pasti ada yang mengganggu suasana hati Hanna hingga terlihat kesal.
"Kamu kenapa? Cerita dong," kata Adel sambil menepuk bahu Hanna.
"Aku lagi kesal sama orang yang habis dekat sama aku terus ngeblock aku, lalu dia menyapa lagi. Kan ngeselin banget tuh orang, berarti dia cuma mau main-main aja," balas Hanna.
"Ya jauhin aja orang kayak gitu. Pasti sama laki-laki makanya kamu sekesal ini, ya?" tanya Adel.
"Iya, Adel. Aku pengen punya kekasih, bosan sendirian mulu," jawab Hanna.
"Aku tahu kamu ingin cepat punya kekasih, tapi jangan asal mungut. Kamu kan tidak tahu orang itu baik atau jahat. Ketemu sering aja, enggak ada," kata Adel.
"Siap, Adel," balas Hanna sambil Adel gemas.
"Sudah deh, nanti dilihat nyonya," kata Adel.
"Iya, hehehe," balas Hanna melepaskan pelukannya.
Mereka melanjutkan pekerjaannya lagi dengan setelah saling mencurahkan isi hati.
***
Di perusahaan Odilio, Edgar tengah berkutat dengan usaha lainnya. Dia tersenyum saat melihat prospek dari aplikasi buatan dia dan rekan-rekannya meningkat pesat. Dia jadi penasaran dengan aplikasi itu, tapi dia juga jijik melihat banyak perempuan memakai aplikasi itu dan menunjukkan foto-foto yang seksi. Dia tersenyum miring menatap mereka yang kencan dan langsung pergi ke tempat-tempat hiburan dan restoran yang dimiliki oleh perusahaannya.
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Tidak lama pintu terbuka hingga menampilkan Gustav yang baru saja masuk ke dalam setelah diperintahkan Edgar.
"Maaf, Tuan, ini ada kandidat yang akan melakukan interview bersama Tuan. Nama dia Betty dan sebelumnya pernah bekerja di kafe teman mamanya Tuan," kata Gustav.
"Oke silahkan masuk," perintah Edgar.
Betty masuk dengan setelan baju yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya membuat Edgar menatap Betty dari atas hingga bawah dengan tatapan datar.
"Silahkan duduk. Anda tidak perlu tegang seperti itu," kata Edgar.
Betty duduk di hadapan Edgar dengan wajah sebisa mungkin dibuat terlihat tidak tegang.
"Pagi, Tuan," kata Betty.
"Iya selamat pagi. Saya dengar kamu pernah bekerja di kafe teman mamanya saya, kenapa mau berhenti dari sana? Bukankah kamu cuma diliburkan sementara?" tanya Edgar sambil mengangkat sebelah alisnya.
Edgar sudah tahu apa saja yang dilakukan Betty selama ini walaupun dia jarang ke sana.
"Iya, Tuan. Saya merasa harus mengembangkan diri saya di tempat lain. Di sini saya melamar sebagai koki masak untuk kantin karyawan," kata Betty.
"Oh, oke lalu apa di sana kamu ada masalah pribadi sama salah satu karyawan sehingga kamu keluar?" tanya Edgar.
"Tidak, Tuan," jawab Betty berusaha tidak gugup saat ditatap oleh Edgar.
"Satu lagi, saya tidak suka ada kebohongan di perusahaan saya. Kamu saya terima di sini. Besok kamu bisa bekerja dengan pakaian kitchen yang benar, bukan seperti ini," kata Edga.
"Baik, Tuan. Terima kasih," balas Betty.
"Kamu akan dihubungi pihak HRD untuk data-data dan gaji kamu serta kontraknya," kata Edgar.
"Baik, terima kasih atas kesempatan yang sudah diberikan ke saya," balas Betty.
"Hmm," deham Edgar.
"Tuan, saya pamit keluar," kata Betty.
"Iya silahkan," balas Edgar.
Betty keluar dari ruangan itu, lalu dia bertemu dengan Gustav yang merupakan asisten dari Edgar untuk diantar ke pihak HRD.
"Mari saya antar," kata Gustav dengan senyum miring. Dia yakin Edgar pasti sejak awal sudah memikirkan akan menerima Betty di sini.
"Tuan Gustav, di sini lingkungan kerjanya seperti apa? Kenapa pada diam saja?" tanya Betty.
"Di sini tidak ada yang boleh berbicara jika bukan soal pekerjaan. Kalian boleh bicara ketika di kantin saat sedang istirahat dan satu lagi, jangan pernah berani-berani memotret apa pun yang ada di perusahaan ini tanpa seizin bos kalian," jawab Gustav.
"Memotret makanan juga tidak boleh?" tanya Betty.
"Kamu mau memotret makanan di kantin perusahaan diperbolehkan, tapi ingat jangan pernah mengambil foto tuan. Dia bisa menghancurkan kamu kalau tahu," jawab Gustav dengan raut wajah datar dan dingin.
"Orang-orang di sini sangat tertutup. Memang kenapa pula tidak boleh ambil foto bos sendiri? Percuma tampan kalau tidak bisa difoto," gumam Betty.
Betty yang sudah sampai di ruangan HRD bersama Gustav menandatangani surat kontrak dan mengisi data. Dia sudah mengajukan pengunduran diri untuk tempat lama dia bekerja.
***
Menjelang siang, Edgar memilih makan siang di dalam ruangannya. Dia sedang meeting online dengan rekan kerjanya yang mengurusi aplikasi Cimi. Setelah selesai meeting, dia memijat pelipisnya.
"Sepertinya menarik jika aku melihat ada apa saja di aplikasi itu saat ini," gumam Edgar.
Edgar mencoba membuka aplikasi Cimi. Dia sebagai pemilik aplikasi itu tentu ingin melihat apa dengan membuat akun menggunakan namanya sendiri, tapi tetap menyamarkan pekerjaan dan rumah karena dia tidak mungkin menyebarkan tentang diri dia, tak lupa dia tidak memasang fotonya. Dia memasang foto anjing peliharaannya di rumah.
"Banyak sekali perempuan yang sepertinya single," kata Edgar.
Edgar melihat-lihat hingga dia bosan, tapi mendadak dia menatap ada gadis yang wajahnya membuat dia tertarik. Pipinya yang agak chubby dengan senyum tidak palsu. Dia mengklik foto gadis itu lalu mengirimkan pesan.
"Hai," kata Edgar di dalam pesan itu.
Edgar menggeleng gelengkan kepalanya. Dia merasa dia seperti orang tidak ada kerjaan saja.
Ting
Suara pesan masuk di kotak pesan Edgar. Dia tersenyum saat melihat ada balasan dari gadis yang dia chat tadi.
"Ini nama asli kamu?" tanya Edgar.
"Iya ini nama asliku. Kan tidak bisa pakai nama buatan. Kita harus memasukkan nama asli dan terlacak juga tempatnya di sini," jawab gadis itu.
"Oh iya, hahaha," balas Edgar.
***
Di sebuah restoran kecil, Adel dan Hanna sedang sarapan bersama.
"Hanna, kamu kenapa? Ada yang menarik perhatian kamu?" tanya Adel.
"Ini lihat deh lucu banget anjing yang di foto," kata Hanna.
"Nama anjing itu Edgar?" tanya Adel.
"Hahaha, kamu ada-ada saja. Masa kamu bilang anjing dia namanya Edgar, orang dia manusia," jawab Hanna.
"Coba tanyakan kenapa foto profil dia anjing," kata Adel.
Hanna membalas pesan dari pria bernama Edgar itu sambil tersenyum sendiri.
"Kamu sedang istirahat atau bagaimana? Terus kenapa join di aplikasi ini?" tanya Hanna di dalam pesan itu.
Ting
Suara pesan masuk kembali terdengar. Hanna segera membacanya.
"Aku ingin mencari teman saja. Apa kamu mau berteman denganku, Hanna?" tanya Edgar.
"Oke kita berteman," jawab Hanna.
Edgar di kantornya tergelak menatap diri dia yang seperti pria kasmaran saat ini. Dia mengetik lagi.
"Boleh aku bertanya kamu umurnya berapa?" tanya Edgar.
"Aku dua puluh satu tahun, kamu?" tanya Hanna.
"Ya sekitar tiga puluh tahun. Aku punya adik juga, masih tua dia dibanding kamu. Aku jadi merasa seperti punya adik perempuan saat ini," jawab Edgar.
"Katanya kita teman, kenapa jadi adik? Sudah kayak anak remaja aja, anggapnya kakak adik," kata Hanna.
"Kamu bisa aja," balas Edgar.
"Aku sudah selesai istirahat. Bisakah kamu mengganti foto kamu? Aku ingin melihat wajah kamu, Edgar," kata Hanna.
"Nanti saja," balas Edgar.
"Baiklah," kata Hanna.
"Oke nanti kita lanjut, aku harus bekerja. See you, Hanna," balas Edgar.
"See you," kata Hanna.
Hanna menatap Adel yang tersenyum menatap dia.
"Nanti kabarin aku kalau kamu mau kencan sama pria, jangan sampai diculik. Sekarang lagi marak penculikkan tahu," kata Adel.
"Iya, Adel. Kamu ini bawel kayak mamaku saja," balas Hanna.
"Iya, aku kan sayang sama kamu," kata Adel sambil memeluk sahabatnya dengan erat.
"Kita balik kerja yuk, nanti malah kita dipecat," balas Hanna.
"Siap," kata Adel.
Mereka keluar dari restoran sederhana itu lalu berjalan ke kafe tempat mereka bekerja.