Hari dilaksanakannya ujian bertahan hidup pun datang. Semua murid sudah bersiap sebelumnya fajar. Mereka berkumpul dengan teman sekelompok mereka dan bertemu dengan mentor yg ditunjuk sebagai pengawas. Mentor itulah yg memberitahu mereka barang apa yg harus mereka cari tatkala ujian berlangsung.
" Sirius Invery, William Arche, Oliver Gune...apa kalian sudah siap?" Tanya sang mentor. " Selama ujian berlangsung, kalian harus bekerja sama sebagai tim. Tak peduli ada masalah apa diantara teman sekelompok kalian, kalian harus bisa bekerjasama"
" B-baiklah..." Jawab Sirius lesu.
" Untuk bisa mendapat nilai sempurna, kalian perlu mencari sebuah benda." Ucap mentor. " Sebuah batu permata berwarna ungu gelap. Batu itu bernama Violet Core"
Setelah mengatakan apa yg perlu dikatakan, mereka segera digiring ke sebuah benda yg dinamakan ' alat teleportasi ' . Mereka akan dikirim ke titik mereka dengan alat ini.
" Anak-anak, berjuanglah"
Lima detik setelah alat diaktifkan, tubuh mereka langsung diteleport ke dalam hutan Black Forest. Mereka muncul didepan sebuah tenda kemah yg diberi empat buah alat sihir penghalang. Saat ini, tenda itu adalah satu-satunya tempat aman.
" Oi kutu buku. Kuharap kau tak merepotkan kami" ucap William. Sirius membalas dengan tatapan.
" Oh ya? Bukannya kalian yg seharusnya tak membuatku repot?"
" K-kau, apa yg kau katakan hah?!" Bentak William.
" Will, hentikan. Kita harus berpikir jernih di situasi seperti ini" ucap Oliver menenangkan. Ia menatap tajam kearah Sirius " Sirius, jaga mulutmu kalau tak mau terjadi sesuatu padamu"
" Huh, dasar"
William dan juga Oliver pergi keluar meninggalkan Sirius. Saat ini Sirius berusaha membuat dirinya aman. Ia hanya perlu menghindari monster dari pada melawannya. Tapi ia sedikit khawatir dengan William dan Oliver.
Sudah empat jam lamanya William dan Oliver pergi, dan mereka belum kunjung kembali. Sebenarnya Sirius tak terlalu mempedulikan mereka, tapi ia jadi khawatir kalau mereka terluka atau terbunuh sehingga itu menjadi alasan ia tak lulus di ujian ini. Itu memang tak disebutkan di peraturan ujian, tapi itu tak bisa diremehkan. Bagaimana pun juga, Sirius harus mencari mereka.
Sirius mulai berjalan memasuki hutan belantara itu. Seharusnya ia tak perlu meragukan kemampuan mereka, tapi tetap saja ia harus mencari mereka.
Setengah jam Sirius mencari, akhirnya mereka pun ditemukan. Tapi mereka sedang terdesak oleh sesuatu. Dan yg membuatnya bodoh adalah ' sesuatu ' yg membuat mereka terdesak itu adalah jenis terlemah dari kasta monster. Mereka didesak oleh kawanan goblin. Sirius yg melihat mereka dari atas pohon menahan tawa. Ternyata selama ini orang yg meremehkannya dan menindasnya adalah orang-orang bodoh yg bahkan tak berdaya didepan kawanan goblin.
" Aku tolong atau tidak ya?" Gumam Sirius. Ia mendekati mereka dan berteriak " Oi kalian!! Perlu bantuan?!"
" K-kau disini?! Tentu saja tidak perlu.."
Perkataan William dihentikan oleh Oliver yg terlihat kelelahan itu.
" Jangan dengarkan dibodoh ini!! Cepat bantu kami!!" Teriak Oliver.
" Hmmm..kalau kalian memaksa begitu apa boleh buat " ucap Sirius. Dari atas pohon itu, ia merapal sebuah mantra sihir " Water Chain!"
Beberapa buah rantai yg terbuat dari air muncul dari bawah kaki para goblin itu dan mengikat mereka. Rantai air itu lalu membeku dan semakin mengeras. Goblin-goblin itu berhenti bergerak. Saat itulah William dan oliveraju dengan pedang mereka dan menebas kepala-kepala goblin itu. Pertarungan pun selesai tanpa ada korban.
" Apa yg kalian lakukan? Kalah dari sekawanan goblin?" Ledek Sirius
" Jangan sombong hanya karena kau bisa menghentikan mereka kutu buku!" Bentak William.
" Sudah kubilang jaga mulutmu rakyat jelata!" Sahut Oliver. Sirius tak menghiraukan perkataan mereka dan kembali ke tenda. Sirius memilih duduk didepan mulut tenda dan memakan buah yg barusan ia petik dari hutan. Sedangkan William dan Oliver duduk lemas didalam.
" Oi, apa kalian bisa bertahan di situasi seperti ini?" Tanya Sirius " maksudku, kalian itu kan bangsawan yg selalu dikelilingi harta dan pengawal. Apa kalian bisa bertahan di tempat yg bahkan makanan saja sulit didapatkan seperti ini?"
" Jangan samakan kami dengan bangsawan dalam kota!" Bentak William.
" Kami bangsawan pinggir lebih kuat dari mereka yg berlindung didalam kota Barelight itu. Kami bukan orang-orang manja tak berguna." Ucap Oliver " kau yg rakyat jelata tak mungkin mengerti"
" Ya, aku tak mengerti dan tak ingin mengerti" jawab Sirius. Ia bangkit dari tempatnya dan melangkah keluar.
" Mau kemana kau?" Tanya Oliver.
" Mencari barang itu" jawab Sirius " kenapa? Kalian mau ikut?"
" Pergilah sendiri, aku mau istirahat" jawab William Dengan nada yg sedikit kasar.
" Ya. Memang itu yg kuharapkan" jawab Sirius " William, Oliver, jangan pernah keluar dari tempat ini"
" Kami tau itu dasar bodoh!"
Sirius pun beranjak pergi meninggalkan mereka yg sama sekali tak berniat bekerjasama dengan mereka. Itu tak masalah. Bagi Sirius, yg penting mereka bisa bertahan ditempat itu ini dan lulus ujian.
________________________________________________
Tujuh jam lamanya Sirius mengelilingi hutan ini. Ia mulai merasa lelah. Selama pencarian itu, ia selalu memilih menghindar dari monster atau bintang buas yg ia temui. Jika melihat mereka, ia akan memilih jalan lain walaupun itu memakan waktu. Seperti waktu ia melihat seekor laba-laba raksasa. Ia langsung berjalan memutar. Tapi karena itu, ia memakan terlalu banyak waktu juga tenaga, dan juga masih belum menemukan apa yg mereka cari. Ia sudah merasa kelelahan. Sepertinya sudah waktunya ia kembali ke tenda.
Setelah beberapa menit menempuh jalan kembali, ia pun sampai didepan tanda. Tapi keadaan tenda itu cukup memprihatinkan. Tendanya hancur berantakan. Alat-alat pelindung juga hancur.
" Serius?!! Makhluk apa yg bisa menghancurkan alat pelindung itu?!" Teriak Sirius. Ia mencari kedalam tenda. Seperti dugaannya, mereka tak ada disana.
Sirius mulai mencari petunjuk disekitarnya. Disalah satu sisi tenda, ada beberapa jejak kaki yg terlihat berantakan. Dan juga jejak itu masih baru.
" Mereka berhasil lari dari makhluk itu.. tapi aku ragu mereka bisa bertahan dari makhluk yg bahkan bisa menghancurkan alat pelindung" gumam Sirius. " Kalau begitu mereka dalam bahaya!"
Sirius pun langsung berlari mengikuti jejak kaki itu. Jejak itu mengarah kedalam hutan. Sangat dalam dan memakan waktu sekitar sepuluh menit untuk mencapainya. Disana, Sirius terperanjat kaget. William dan Oliver memang masih selamat. Tapi mereka diikat oleh tali yg terlihat seperti benang laba-laba. Mereka menempel di atas sarang laba-laba raksasa. Dan diatas mereka, laba-laba itu menganga lebar hendak memangsa mereka. Itu laba-laba yg ia temui tadi. Tak disangka kalau ia akan muncul dan mengincar tenda mereka.
" Apa-apaan ini?...ini ujian kan?" Gumam Sirius masih terperanjat. Tak disangka kalau ujian ini benar-benar mampu merenggut nyawa.
" Sirius, pergilah!! Ini bukan ujian lagi!!" Teriak Oliver
" Tidak. Aku tidak mungkin membiarkan kalian.." jawab Sirius pelan.
" Pikirkan nyawa mu bodoh!" Teriak William.
" Kalian juga pikiran nyawa kalian!! Makhluk itu mau membunuh kalian!" Balas Sirius.
" Jangan pedulikan kami!! Pergilah!!" Teriak Oliver. Lagi-lagi Sirius tetap berdiri.
" Aku tidak akan meninggalkan kalian..." Jawab Sirius. Oliver dan William terdiam.
" Bukannya kau membenci kami?! Kau membenci kami Sirius!! Jangan selamatkan orang yg kau benci dasar bodoh!!" Teriak William.
Sirius tersenyum mendengar perkataan itu. Tentu saja William dan Oliver menatap heran.
" William, kau salah. Dulu mungkin aku pernah membenci kalian. Tapi aku bukan lagi kutu buku payah yg dulu. Aku Sangat mengagumi kalian. Karena kalian aku bisa disini dan menjadi lebih kuat." Ucap Sirius. " Karena itu aku berhutang Budi pada kalian. Dan aku tak akan membiarkan kalian terbunuh disini sebelum aku membalas perbuatan kalian!"
Sirius mengangkat pedangnya. Ia mulai merapal sihir.
" Electrik Step : Thunder Move "
Sirius mulai melesat secepat kilat. Ia memutari laba-laba itu sambil menghunuskan pedangnya. Laba-laba itu terjatuh dari sarangnya. Sirius pun melepaskan ikatan ditubuh William dan Oliver.
" Kalian pergilah. Yg disini biar aku yg urus " ucap Sirius.
Sirius kembali melesat kearah laba-laba raksasa itu dan kembali menyerang. Tapi laba-laba itu cukup lincah. Dan juga Manna Sirius tak terlalu banyak. Ia harus segera menyelesaikannya.
" Water Spike"
Sirius menggunakan sihir element air. Ia memunculkan puluhan duri yg terbentuk dari air di bawah tubuh laba-laba itu dan menusuknya dari bawah. Ia tak bisa bergerak untuk sementara.
Sirius melakukan lompatan yg sangat tinggi keatas badan laba-laba raksasa itu. Dengan Thunder Move nya, ia melesat bagaikan anak panah keatas tubuh laba-laba itu dan mengarahkan pedangnya didepan.
" Ancient Thunder Strom!"
Setelah pedang Sirius menancap di badan laba-laba itu, sebuah lingkaran sihir berwarna biru muda muncul dibawah mereka dan menyambar kan puluhan Sambaran petir. Arus listrik yg sangat kuat itu mulai memanggang tubuhnya. Water Spike yg terbuat dari air itu menjadi konduktor yg sempurna untuk mengalirkan listrik kedalam tubuhnya. Laba-laba itu pun matang luar dalam. Aroma daging yg gosong tercium. Perlahan tubuh laba-laba itu menjadi sebuah dan berhamburan. Sebuah batu permata berwarna ungu keluar dari tubuhnya. Sirius yg masih berdiri di tengah abu laba-laba itu menatap lega.
" Ternyata disana...selama ini ternyata Violet Core ada didalam... laba-laba ini.."
Sirius tumbang ketanah. Ia kehabisan Manna karena serangan terakhir nya. William dan Oliver pun berjalan mendekatinya. Mereka menatap tak percaya.
" Apa ini benar-benar dia? Si kutu buku yg payah itu?" Tanya William tak percaya. " Dia menyelamatkan kita..."
" Walaupun yg diselamatkannya adalah orang seperti kita.." ucap Oliver. " Orang yg selalu menindasnya sejak kecil "
" Ia bahkan tak menganggap kita musuh. Ia sama sekali tak membenci kita.."
" Pada akhirnya, kitalah yg payah itu" sambung Oliver.
" Ya, kau benar"
Mereka tertawa bersama menyadari seburuk dan sebodoh apa mereka. Mereka tak lagi menganggap Sirius payah setelah apa yg telah ia lakukan untuk mereka. Mereka sadar kalau mereka benar-benar orang yg payah.
Oliver menghela nafas panjang
" Balik yuk"