webnovel

Chapter 200 Tiger Cat and Alfa Wolf

Tiba tiba saja orang yang membawa Neko melemparnya di bawah.

"Ah...." Neko terjatuh di bawah dengan tubuh sakit. "(Sialan....)" ia menatap kesal, lalu melihat sekitar yang rupanya mereka ada di gedung tua, di depan nya ada koper mayat yang tadi ia temukan dan yang lainnya adalah kawanan bawahan Direktur Han.

Lalu Direktur Han muncul menatapnya. "Yo, gadis manis, aku sudah lama tidak melihat mu, apa Park mengurung mu, sepertinya aku tahu kenapa dia mengurung mu, karena dia tidak mau kau mengalami hal seperti ini, tapi sekarang dia mungkin bersalah karena melepaskan mu bukan?" Direktur Han menatap.

Tapi di saat itu juga Neko terkejut. "(Dia tidak bersalah, justru aku yang memutuskan untuk keluar dari nya.... Tapi rupanya ini memang lebih berbahaya...)"

"Hei, bisa kau bicara?" Direktur Han tiba tiba menarik kerah baju Neko membuat Neko terangkat. "Bagaimana jika mencoba penyiksaan sakit di sini.... Aku benci melihat tubuh lembut mu," tambahnya, seketika dia melempar Neko di bawah membuat Neko terjatuh.

"Ahk..."

"Bagaiman jika sedikit ejekan sebagai gadis yang tidak berguna huh," Direktur Han mendekat dan tiba tiba saja, dia menendang bahu Neko membuat Neko terbaring jatuh. Tak hanya itu, mendadak, dia menendang perut Neko hingga Neko terkejut kaku dan terpental sedikit. "Akh... Cough... Cough... (Tidak, jangan... Perut ku...)" ia gemetar memegang perutnya.

Tapi betapa kejam nya, Direktur Han kembali menendang perutnya, sudah dua kali terjadi dengan menggunakan sepatu kerasnya.

"Ah.... Ti... Dak.... Hen.... Ti... Kan...." Neko menutupi perutnya dengan tangan nya dan tubuhnya yang gemetar sakit.

Lalu Direktur Han berlutut. "Awh.... Benar benar tidak berdaya yah, aku benar benar sungguh puas di sini, bukankah menerima itu tadi sangat tidak apa apa, kau gadis kuat bukan... Haha... Mari kita lihat dan aku ingin sedikit menggigit kulit lembut mu," dia memegang baju Neko dan akan menaikkan nya dengan kata lain membuka baju Neko.

Neko hanya bisa lemas, tapi ia ingat perkataan Felix, jika dia dalam bahaya, cobalah teriak nama nya.

"... Fe... Li... X...." Neko merintih.

"Hahah, apa kau bilang tadi, aku tidak dengar sama sekali...." Direktur Han akan melanjutkan apa yang dilakukan tangan nya.

Tapi siapa sangka. "Bos....!!" ada bawahan nya yang berteriak membuat nya menoleh. Seketika ia terkejut karena melihat itu Felix berjalan ke sana dengan langkah yang biasa namun tatapan yang sangat tajam.

"(Bagaimana dia bisa ada di sini?!!)" ia terkejut. Ia langsung berdiri. "Ah Tuan Park, apa kabar mu?" dia mencoba menenangkan nya.

Tapi itu tidak di dengar, seketika Felix menarik kerah bajunya dan mendekatkan nya, tak hanya itu, dia mencekik Direktur Han dan mengangkatnya ke atas dengan hanya satu tangan nya.

"Tunggu... Latk.... ekrg...." Direktur Han tampak tak bisa apa apa. Felix terlalu terbawa suasana hingga ia tak sengaja mendengar Neko batuk.

"Cough.... Hen... Ti... Kan...." dia merintih.

Seketika Felix melemparkan Direktur Han di bawah membuatnya terjatuh sangat keras. "Ah.... (Sialan....)" Ia kesakitan.

Felix mendekat ke Neko dan berlutut, ia memegang bahu Neko dan mencoba melihat wajah Neko.

Tapi satu hal yang membuat nya berpikir adalah Neko memegang perutnya dan tiba tiba saja. "Ahk.... Cough.... Hng..." mendadak mulutnya mengeluarkan darah membuat Felix terkejut tak percaya.

Felix melepas mantel yang ia pakai dan menyelimuti Neko lalu mengangkatnya menggendong di dada.

"Cough... Hen... Ti... Kan..." Neko masih merintih lemas.

Lalu Felix mendekat berbisik. "Shh... Jangan khawatirkan ini..."

Neko yang mendengar itu menjadi menutup matanya dengan lemas.

"Tuan Park.... Tuan Park... Kenapa kau buta oleh gadis yang terlihat biasa itu!! Masih banyak wanita yang lebih baik darinya!!" teriak Direktur Han.

Felix yang mendengar itu menjadi mendekat, seketika dia menendang dagu Direktur Han membuatnya langsung terpental jatuh.

Tanpa mengatakan apapun, Felix berjalan pergi dari sana dan bahkan bawahan Direktur Han hanya bisa terdiam gemetar melihat itu tadi, mereka saja tidak berani melawan.

"Cough..." Neko tampak membuka mata perlahan dan masih di bawa Felix yang berjalan keluar dari gedung tua itu.

Neko melihat wajah Felix yang serius. "Ba... Gaimana.... Kau... Kemari...?" Neko menatap.

Lalu Felix berhenti berjalan, dan menatap ke arahnya, dia lalu mendekat dan siapa sangka, dia membersihkan darah dari bibir Neko dengan lidahnya, Neko yang merasakan itu hanya bisa terdiam karena dia lemas.

"Kau memanggil nama ku."

--

Malam itu, asap rokok menghalangi cahaya lampu di ruangan gelap. Asap itu berasal dari rokok Felix, dia berdiri di lorong gelap dengan terus menghembuskan napas rokoknya.

Hanya menggunakan kemeja nya dan celana nya tanpa mantelnya di sana sendirian.

Lalu datang seseorang dengan hak tingginya, itu adalah wanita dokter yang saat itu kenal dengan nya. "Choi," ia memanggil tapi Felix tak menoleh dan hanya bertanya. "Dia masih bernapas?"

". . . Jika aku mengatakan sesuatu padamu, soal keadaan perut nya... Apa kau berjanji padaku jangan mengatakan nya padanya," tatap wanita itu dengan wajah khawatir membuat Felix terdiam.

"Gadis itu, sebenarnya, dia sudah hamil...." tambah nya. Seketika Felix terdiam, membuat rokok yang ada di tangan nya, jatuh begitu saja.

Wanita itu juga terdiam, dia menatap bawah, namun tiba tiba saja Felix mengangkat tangan nya akan menyerang nya membuat wanita itu terkejut menutup mata.

Tapi untung nya, Felix menghentikan tangan nya sendiri, dia mengepal tangan dan menurunkan nya tak jadi menyerang nya membuat wanita itu menatapnya.

"Kenapa... Kenapa kau tidak bilang dari awal...." Felix menatap sangat tajam dan suram. "Jika kau bilang dari awal, aku bisa membawanya ke tempat yang aman.... Kenapa baru sekarang, kau mengatakan nya padaku....??" tambahnya.

Wanita itu terdiam. "Aku berencana memberitahu mu, tapi sesuatu seperti ini terjadi, biarkan aku memeriksa nya lagi... Berdoa saja bayi itu baik baik saja... Karena dia masih sangat kecil..." kata wanita itu lalu ia berbalik dan berjalan pergi.

Tapi Felix tetap terdiam, dia menginjak rokoknya tadi dan mendadak memegang kepalanya sendiri. "(Sialan....)" dia lalu berjalan pergi dari sana juga.

Sementara itu, Direktur Han ada di tempatnya, dia juga di rumah sakit yang lain. "Sialan.... Dia benar benar membuat tubuh ku remuk," dia memegang dagunya sendiri yang terperban sakit karena tendangan Felix.

Lalu bawahan nya datang. "Bos, kupikir Tuan Felix tidak akan membiarkan hal ini berlalu," tatapnya.

"Aku tahu itu, padahal aku hanya ingin menghajar gadis itu, tapi mau bagaimana lagi... --

Brak!!

Tiba tiba saja pintu ruangan rumah sakitnya terdobrak begitu saja membuat mereka menoleh.

Itu adalah Felix dengan tatapan tajam membuat Direktur Han terkejut. "Tuan.... Tuan.... Park!!"

Di saat itu juga Felix berjalan mendekat membuat Direktur Han gemetar.

Mendadak dia mencekik Direktur Han lagi. "Ehkkk..." dia hanya bisa meronta.

"Katakan padaku!! Dimana kau memukul nya!!" Felix menatap sangat marah.

"Ma... Maafkan aku... Maaf... Kan aku..." Direktur Han hanya bisa meronta.

Lalu Felix melemparnya ke bawah membuatnya terjatuh dari ranjang.

"Akhh.... Tuan Felix, aku benar benar minta maaf, tolong jangan bunuh aku!!!" dia memohon seperti anjing kecil.

Tapi Felix tidak mendengarkan. "Kupikir kau tidak sama seperti Ha Cuen, tapi rupanya dia benar benar mempengaruhi mu," tatap Felix.

Lalu ia mendekat dan mendadak menginjak kaki direktur Han membuatnya terkejut.

"Katakan padaku!!!"

"Aku.... Aku menendang perutnya.... Dua kali... Dan melempar tubuhnya....!!!" Direktur Han berteriak, di saat itu juga Felix terdiam kaku mendengar itu, bagaimana tidak, Direktur Han menendang dua kali perut Neko.

"Sialan.... Kau memang sudah sepatutnya harus mati!!!" Felix terbawa amarah membuat nya mengepal tangan dan mengangkatnya siap memukul membuat direktur Han terpaku melihat itu. "Tidak!!!!"

--

Neko terbangun, tapi anehnya, dia terbangun di langit putih, tanah hijau, dan kekosongan tanpa batas. "(Apa? Apa yang.... Terjadi?)" ia bangun duduk dan melihat sekitar.

"(Bukankah terakhir kali, aku...)" ia mencoba mengingat dan mendadak terkejut memegang perutnya.

"(Kenapa.... Tidak terasa sakit?)" ia bingung.

Namun kemudian, dia mencium suatu aroma yang sungguh harum. Ia menoleh sekitar dan tak di sangka sangka, ia melihat sebuah titik biru dari kejauhan membuatnya bingung, lalu berdiri dan berjalan mendekat.

Setelah mendekat, rupanya itu bukan titik biru, melainkan kuncup mawar biru yang begitu menawan dan masih sangat kecil.

Neko terdiam bingung, lalu berlutut menatap dekat. "(Mawar biru....?)" ia menatap, lalu perlahan mendekatkan jarinya ingin menyentuh. Tapi siapa sangka, mawar itu malah tiba tiba saja menjadi hitam dan perlahan setiap helai yang belum lahir, jatuh begitu saja membuatnya terkejut.

"Apa... Apa yang terjadi.... Kenapa....?!" dia tampak panik dan mencoba membangunkan mawar itu yang hanya tangkainya saja. Tapi tak bisa, mawar itu layu dan mati.

"Tidak.... Kenapa.... Aku mohon kembalilah..." Neko menatap memohon. Di saat itu juga, ia meneteskan air mata.

Ia terdiam. "(Apa.... Kenapa aku menangis...)" dia tidak sadar dia menangis.

Lalu tetesan air mata itu, jatuh mengenai tangkai mawar tersebut dan siapa sangka, kuncup mawar kecil yang mati tadi menjadi menumbuhkan kelopak terbuka dan menjadi mawar yang subur, mawar biru yang cantik meskipun masih kecil.

Neko terdiam menatap itu, seketika ia tersenyum senang. "Mawar kecil...." dia mendekat dan menyentuhnya, kali ini mawar itu baik baik saja, dan siapa sangka, daun kecilnya seperti gulma yang memegang jari Neko membuatnya tak percaya melihat itu.

Lalu Neko tertawa kecil. "Haha.... Kau sangat manis...." ia menatap senang. Tapi siapa sangka, itu hanyalah mimpi semata yang tak akan pernah terjadi, namun menyimpan suatu pesan.

--

Wanita dokter itu melepas stetoskop nya dan menghela napas panjang memegang kening nya, di depan nya ranjang Neko yang terbaring di sana.

"Tidak bisa..... Terlalu lemah.... (Tapi untung nya....)"

Mendadak, ada yang membuka pintu membuatnya menoleh, rupanya itu Felix.

Dan siapa sangka, tubuh Felix penuh darah membuat wanita itu terkejut melihatnya.

"Apa yang terjadi?!"

"Bagaimana dengan nya?" Felix mendekat.

"Dia.... Dia.... Kau harus bersyukur.... Bayinya baik baik saja, tanpa ada luka apapun," Wanita itu membalas.

Seketika Felix menutup mata menghela napas panjang.

"Tapi...." Wanita itu kembali bicara membuat Felix menoleh.

". . . Gadis ini, dia tidak baik baik saja.... Mungkin akan mengalami pendarahan buruk ketika waktunya tiba," kata Wanita itu membuat Felix terdiam.

Ia menatap bawah, tepatnya menatap tangan nya yang penuh darah. "(Ini.... Salahku... Sepenuhnya..... Aku berjanji, aku akan menjagamu, Amai... Juga bayi itu...)"

END SEASON 5