webnovel

Dosen Tampan itu Suamiku

Dari sekian banyak wanita yang menginginkan menjadi istri dari dosen tampan itu, aku lah yang menjadi istrinya. Menjadi wanita yang beruntung itu, Ini cerita suami dosenku yang cuek-cuek tapi bucin setengah mati padaku. Walaupun begitu, bukankah setiap perjalanan cinta seseorang pasti lah berbeda. Mereka sama seperti pasangan yang lainnya, masalah demi masalah datang bertubi-tubi dan mereka mampu untuk menghadapinya. Ini kisah dosen dan mahasiswinya, semoga suka. Lets read gaess.

Uniyeppeo · Urbain
Pas assez d’évaluations
301 Chs

28

Juna's Pove

Aku sudah bangun dari tidur ku dan menyirami tubuh ku dengan air dingin. Aku suka sensasi dingin yang menyergap tubuh dan tulang ku. kedua tangan ku menyusur rambut ku dari muka ke belakang. Mata ku terpejam dan menyerap nya membiarkan sensasi dingi menyelubungiku agar rasa sakit dalam dadaku membeku. Yang juga membekukan hati ku agar rasa sakit kehilangan orang yang ku cintai lenyap dan tidak terus menghantui ku.

Aku berderap meninggalkan kamar mandi tangan ku mengambil sembarang kemeja dan celana jins dari lemari sekarang aku berdiri di depan cermin mengamati diri ku. Setelah menyusur rambut ku dengan kedua tangan aku berderap ke dapur betapa terkejutnya ketika ku lihat di dapur ada seorang gadis yang bukan lain adalah Aletta sosok yang selalu ingin aku hindari, tubuhku mendadak membeku dan perutku melilit dingin sensasi dingin yang kurasakan saat aku mandi kembali merasuk ke dalam tulang ku

"kau sudah mandi sayang?" ujar nya berjalan anggun dan nakal ke arah ku dan langsung menghambur ke tubuh ku. Lengan nya merangkul bahuku dan telapk tangan nya menempel di dadaku.

Ia menangkap wajah ku, lalu berjinjit untuk mencium bibir ku yang kering. Kepala ku spontas terayun ke belakang, tetapi aku kurang beruntung bibirnya sempat menyapu bibirku. Aku sontak mundur selangkah dan mendorong nya menjauh dengan sopan.

Mta Aletta berkabut gairah, pipinya berubah merah aku tau dia sedang menggoda ku dan menginginkan tubuh ku. Rahang ku mengertak, mengindari gairah yang di pancarkan Aletta kepadaku.

"kenapa? Bukankah kita akan menikah? Bahkan untuk mendapatkan bibir mu saja apa aku perlu meminta izin?" gumam nya sambil menggigit bibirnya yang tadi menciumku.

Aku akui Aletta cukup mahir dalam meningkatkan gairah pria dengan dada nya yang molek, tubunya yang kurus dan langsing akan sangat nikmat jika di tiduri tetapi aku mencintai Raina, hanya Raina yang ada di fikiran ku dan aku hanya menginginkan Raina aku hanya akan meniduri Raina.

Aku tidak menjawab badan ku mengeras menahan nya aku meelan ludah, berharap Aletta secepatnya menyingkir dari hadapan ku. Tetapi Aletta bertahan hingga aku kerap di serang panik ketika menghadapinya. Suaranya saat ini bahkan terlalu nakal, serak dan menggoda. " apa aku boleh menginap di sini malam ini?"

Aku menahan emosi yang berderak di dalam dadaku sampai rahang ku mengertak. Aku ingin Aletta segera menutup mulutnya dan berhenti dengan omong-kosong dan tawaran gila nya itu. ia berbicara seolah seperti sedang ingin memangsa ku.

Dengan berani Aletta malah berayun maju dan mengalungkan tangan nya di leher ku ada sesuatu dalam diriku yang ingin menyerah begitu saja kepadanya, tetapi sebagian lain yang lain mencoba melawan termasuk hati ku dan merupakan dinamika yang selalu terjadi ketika kami bertemu. Andai saja yang di hadapan ku adalah Raina mungkin aku akan segera menerkam nya habis tak bersisa pakayan sehelai pun. Kan ku biarkan dia telanjang bugil seharian.

"tidak bisa" jawab ku ketus dan menatap nya dengan tajam. Tangan ku melepaskan tangan nya dari leher ku. Aletta mengernyit matanya melirik ku dengan tajam " kenapa?" tanya nya

"aku akan ke kantor" balas ku cepat. Tak terpengaruh oleh sikap dingin ku Aletta menyunggingkan senyum "bahkan kau bisa bekerja di kantor tanpa harus ke kantor jika memuaskan ku Juna" ujar nya menyombongkan diri. Buku-buku tangan ku mengertak ketika aku mengerpalkan tangan untuk menahan sesuatu dalam diriku yang bergairah menyaksikan bibir nya yang kecil dan tipis di sapu warna merah muda. Demi tuhan aku mengutuk pertemuan ku dengan Aletta.

Aku berusaha menghindari kontak fisik dengan Aletta ia tampak diam sejenak kemudian ia mengerang dan mengalah "baiklah kau boleh pergi ke kantor tapi biarkan aku istirahat di sini yah, aku sangat lelah" tetapi raut dan gerak-gerik nya bertambah lembut untuk tetap memberikan godaan kepada ku.

"kau pulang saja" sergahku dan bersiap untuk pergi "juna.." Aletta menggerutu tak percaya.

***

Raina's pove

Guntur menggelegar di langit yang berubah abu-abu. Aku bisa menyaksikan nya dari dalam mobil ku. Setelah beberapa menit di perjalanan pulang dari kampus. Aku memutar stir ku menggunakan satu tangan melewati hiruk pikuk kota. Ingatan ku kembali mengenang Juna ketika kami pulang jalan-jalan dari kota dia mengemudi dengan cermat dan aku bersandar di kursi ku tangan nya meremas tangan ku dan tatapan nya kembali ke depan tetapi perhatian nya juga penuh kepada ku lalu tersenyum. Saat itu aku selalu mengamati nya saat ia mengemudi sampai-sampai hati ku berguncang saat itu. tulang rahang nya sangat indah, hidung nya yang mancung dengan sempurna, mata yang sipit membuat ku tergila-gila dengan tampang sexi dan berandal nya itu ketika wajah kami saling bertemu ia mengerlingkan mata nya menggoda ku dengan sensasi nakal nya. Aku kembali tersenyum meingingat nya. Tapi sekarang dia pergi karena tidak menyukai ku lagi. Aku menepikan mobil ku di di bawah jembatan lalu berjalan menyusuri jalan dan menemukan tempat duduk melihat sungai dari sana. Tatapan ku kembali ke depan melihat langit kelabu seperti yang ku rasakan beberapa waktu lalu. Menenangkan disini setelah perasaan ku jungkir balik, pekat dan penuh rasa sakit, tapi aku berhasil menumpahkan nya sehingga aku sekarang sedikit merasa lega. Aku berjalan memetik beberapa bunga dan mengirup wanginya "hemmmmm" aroma nya melewati dengan sopan ke rongga hidung ku. ketika aku merasa getir menatap kilat petir yang mendadak dan menyambar ujung bukit seberang sungai di kejauhan sana tangan ku menyergap memeluk tubuh ku lalu tiba-tiba gerimis mulai turun " ahh... rupanya hujan turun lebih cepat" Aku berlari menuju mobil ku dan bersandar di kursi. aku menarik napas dalam dan menyandarkan tubuh ku semakin dalam aku membutuhkan oksigen yang lebih "huhhhhh....." desah ku melepaskan sesuatu di rongga dada yang ku rasa sangat sesak.

Hujan turun dengan deras nya aku menutup kaca jendela mobil ku dan beranjak pergi dari sana

Sesampainya di rumah aku berlari menghambur ke depan pintu rumah ku dan hujan benar-benar mengguyur dengan deras nya baju ku sampai basah terkena sebentar saja. Aku menutup kepala ku dengan tottebag yang ku kenakan dan membuka kuncci pintu rumah ku.

Aku menyalakan lampu ruang tamu yang gelap karena cuaca hujan dan mendung yang membuat cahaya tidak masuk ke ruang tamu ku aku mengedarkan pandangan ku sekeliling rumah " mama tidak pulang ternyata" desah ku. Akhir-akhir ini mama jarang sekali pulang karena kesibukan nya dan aku terpaksa tinggal sendirian di rumah ini.

AYO KITA SIMBIOSIS MUTUALISME, SALING MENGUNTUNGKAN SATU SAMA LAIN DENGAN LIKE N KOMEN YANG MEMBANGUN JUGA PERLU!