webnovel

PIYAMA

7/7/22

Happy Reading

***

Jarvis sedang mandi, sedangkan Laya …

Laya sedang mempersiapkan dirinya dengan sebaik mungkin. Ia mengganti pakaian casual yang tadi digunakannya dengan piyama kesayangannya yang berwarna coklat susu motif sapi. 

Piyama ini sebenarnya Mamanya yang belikan. Mamanya itu senang sekali membelikannya piyama-piyama dengan motif-motif yang lucu-lucu seperti ini.

Dan, iyaaa … Laya akui, ia pun senang-senang saja jika memakainya dan lagi, hah, andai saja, ada piyama yang memiliki motif konbat (Lightstick iKON) sudah pasti ia akan membelinya selusin. 

Hihihi!

Eh, Jarvis kalau tidur pakai piyama juga tidak, iya?

Laya menoleh kebelakang, melihat ke kamar mandi lalu sudut bibirnya terangkat gemas saat membayangkan Jarvis yang super dingin tapi imut itu memakai piyama motif-motif seperti ini.

Aihhh, pasti sangat lucu dan menggemaskan.

Apalagi kalau memakai piyama motif kodok … hahaha! 

Pasti kelihatan sangat-sangat imut.

Setelah berkutat dengan kegemasannya dan sudah selesai siap-siapnya— daripada menunggu Jarvis yang belum selesai mandi diatas ranjang lebih baik ia menunggunya di balkon saja. 

Sepertinya di luar lebih enak dan sejuk, sekalian mencari udara segar. Supaya tidak bosan dan ngantuk juga. 

Dan lagi, ini sudah hampir jam 12 malam dan masih harus menunggu Jarvis selesai mandi.

"Aku kan' bukan pengangguran. Mana besok ada rapat dan aku harus berangkat pagi-pagi lagi," gerutu Laya dengan kesal. "Kalau aku bangun kesiangan, gimana coba?!"

Huhh!

"Hah, Jarvis didalam sedang apa, sih? Kenapa mandinya lama sekali? Padahal ini sudah 10 menit, lhoo!" Laya mendongak, melihat langit malam yang kemerahan. 

"Ahh, sepertinya mau hujan, nih? Tapi, kalau hujan juga tidak apa-apa, sih. Lebih sejuk dan dingin. Kan jadi hangat-hangat menyenangkan."

Eh?!

Laya memukul bibirnya dengan gemas. Pikirannya travelling lagi, kan! 

Sialan!!

Malam ini akan jadi malam bersejarah untukmu, La! Sebelum menikah, keperawananmu yang kau jaga sepenuh hati akan hilang! 

Kenapa kau jadi seperti ini? Seolah kau memang senang melakukan hal hina seperti ini hanya untuk uang!!

Haishh!!

Kedua tangannya berpegangan di pagar balkon. "Tidak ada bintang dan bulan yang bisa kulihat malam ini." Mata indah Laya berkedip-kedip sedih. "Vihan, aku tahu ini adalah sesuatu yang hina. Tapi, aku berharap kau tidak tahu apa yang kulakukan. Mama, Papa, aku harap disurga sana, kalian berdua tidak marah apalagi membenciku. Aku lakukan semua ini demi Vihan."

Laya tahu ini salah tapi kalau ia tidak melakukan ini, siapa lagi yang bisa menolongnya selain Jarvis Isamu dan lagi … saat Finn Lamant datang semuanya sudah terlambat.

Hemmm ….

.

.

.

Ceklak …

Pintu kamar mandi terbuka, Jarvis keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk. Rambutnya yang basah digosok-gosok dengan handuk kecil. 

Saat ia mengangkat kepalanya, kamar hotel ini terasa sangat sepi seperti kamar pribadinya.

Hemm, Jarvis menghela napas— padahal ia  berharap bisa melihat Laya saat selesai mandi tapi …

Laya pergi kemana? Kenapa gadis itu tak menunggunya diatas sini—ranjang— atau paling tidak, sambutlah ia saat baru selesai mandi.

Jarvis duduk ditepi ranjang. Mengambil satu kotak kondom yang masih tersegel lalu membukanya. Ia mengeluarkan isinya. 

"Sudah berapa lama aku tidak menggunakan ini?" Jarvis bergumam, membolak-balik satu bungkus kondom berwarna merah. "Terakhir … emmm …." Jarvis memutar kedua bola matanya, mengingat-ingat kejadian dimasa lampau. 

"Ahh, dua tahun lalu?" Jarvis mendecih samar. "Cihh! Hahaha, segini dahsyatnya kah patah hati? Sampai-sampai aku tidak pernah lagi menyentuh tubuh siapapun selain dirimu!"

Sialannn!! 

Jarvis meremas kesal kondom itu. 

"Andai saja kau tak pernah berselingkuh dariku!! Andai saja!!!" Jarvis mendadak geram pada masa lalunya yang menyedihkan itu. 

"Apa kurangku padamu sampai kau rela menduakanku?"

Hishhh!!

Ia mengusak asik rambutnya yang setengah kering, rasa marahnya mendadak muncul kembali saat bayangan akan percintaan panas antara mantan kekasihnya dengan pria lain muncul kembali dalam ingatannya.

Aishhh! Kenapa disaat seperti ini, ia harus mengingat kejadian dua tahun lalu, sihh!!

"Ini sudah dua tahun berlalu! Walau itu sulit, aku harus sembuh dari rasa sakit hatiku." Jarvis mempuk-puk dadanya yang terasa panas. 

Oke!

Tarik napas ….

Buang ….

Sadarlah kau ada didunia nyata sekarang, Vis!!

Lalu, dimana Laya? 

Jarvis beranjak dari duduknya. Ia sangat penasaran dengan keberadaan gadis itu. Ia mencari Laya yang ternyata ada di …

Balkon? 

Malam-malam seperti ini? 

Udaranya sangat dingin dan lagi sepertinya diluar sana sedang gerimis.

Ahh, sepertinya malam ini akan hujan sangat deras. 

Jarvis mengucek matanya sekali, memastikan sekali lagi jika itu benar Laya atau sapi yang sedang nyasar di kamar hotelnya?

Jarvis berjalan pelan mendekati balkon itu, takutnya itu bukan Laya.

Takutnya itu benar-benar seekor sapi yang sedang merasa kesepian dan tersesat masuk kemari.

"La?!" Panggil Jarvis dengan perasaan was-was.

Laya langsung menoleh saat nama dipanggil nya. "Kau sudah selesai mandi, bos?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Laya, justru Jarvis benar-benar terkejut. "Ehhh, kau? Kenapa pakai baju seperti itu?"

"Ahh, ini?" Laya berjalan mendekati Jarvis. Ia belum sadar jika Jarvis hanya memakai handuk saja. "Ini baju tidurku, bos. Aneh, ya?"

Jarvis menggeleng. Ia pikir Laya akan memakai gaun tidur yang tipis atau hanya memakai singlet dan hotpants saat menunggunya tapi … ini, malah pakai pakaian anak kecil mana motifnya sapi lagi.

Jadi tidak bisa dibedakan!

Huh, dasar Laya Gemina!

"Kau tidak punya baju lain?"

"Euh?" Laya mengernyitkan dahinya. "Ada," ucapnya sambil berjalan ke arah kursi, mengambil tas ranselnya. "Ini." Ia menunjukkan piyama lainya yang berwarna hijau tua bermotif kodok. 

Jarvis menghela napas dengan heran. Lebih parah dari yang tadi!

"Kuganti?"

"Tidak perlu." Jarvis menggeleng gagu. "Kalau seperti ini sama saja aku akan meniduri anak kecil," gumamnya. Berlalu meninggalkan Laya yang masih berkedip-kedip bingung.

"Apa, bos?"

"Tidak." Jarvis duduk ditepi ranjang lagi lalu melihat Laya yang masih diam saja disana. "Kemarilah, La."

"Iyaaa …." Laya dengan patuh segera berdiri di depan Jarvis. 

"Duduk."

"Yaa." Laya mengikuti semua instruksi Jarvis.

"Kau sudah makan?" tanya Jarvis yang mendadak canggung sendiri.

"Sudah." 

"Emmm, mau minum sesuatu?"

Laya menggeleng. "Tidak perlu," ucapnya dengan tegas lalu menoleh melihat Jarvis. "Aku sudah siap. Mau langsung saja atau …."

Jarvis balik menatap mata Laya. "Boleh aku tanya sesuatu?"

"Silahkan."

"Kau yakin akan melakukan ini denganku?" Jarvis bertanya sekali lagi. Ia takut jika Laya akan menyesalinya. 

"Jangan membuatku goyah, bos." Laya mengerucutkan bibirnya. "Aku yakin 100%."

"Dan, untuk sembilan bulan kedepan kau akan menjadi milikku."

Laya mengangguk mantap.

"Kau akan melayaniku."

"Yap, bukankah itu sudah perjanjiannya?"

Jarvis mengangguk. "Bagaimana dengan tunanganmu?"

"Itu …." Walau hatinya bimbang, Laya mencoba untuk tersenyum. "Asalkan dia tidak tahu aku pastikan aman, hehehe."

"Hem." Jarvis mengangguk paham. "Ini belum terlambat, jika kau mau mundur—"

"Sstt." Laya menutup bibir Jarvis dengan telunjuknya. "Jika kau terus bicara seperti aku yang akan memperkosamu. Bagaimana? Supaya cepat kelar gitu …."

Jarvis pun dengan gemas mengecup jari telunjuk Laya yang ada di bibirnya

Ehhh?!

Karena terkejut Laya mau menyingkirkan tangannya namun dengan sigap Jarvis langsung menangkap tangan Laya.

Deg … deg … deg!

Oh, Tuhan!!

Apa yang harus Laya lakukan setelah ini?

Jantungnya saat ini sangat sibuk berdegup.  Rasanya seperti mau meledak, ia sampai tidak tahu mau melakukan apa setelah ini.

Membalas pegangan tangan Jarvis atau melepaskannya tapi ….

"Kau milikku malam ini." Jarvis mengecup sayang punggung tangan Laya, menelusuri permukaan kulit Laya dengan bibirnya. 

Laya hanya bisa diam terpaku. Mirip sekali dengan patung yang sedang dibasahi oleh air supaya lembab.

"La?" Panggil Jarvis menegakkan tubuhnya. Ia menatap mata Laya dengan penuh arti.

"I-iyaa?" Laya dengan gugup langsung menjawab.

"Kau pakailah ini."

"Heeh?" Dahi Laya mengernyit dalam. "Untuk?"

***

Salam

Busa Lin

Terima Kasih ●.●

Busa_Lincreators' thoughts