"Hm? Samuel ngajak ketemu?" gumam Yera ketika mendapatkan pesan dari Samuel.
Yera masih berada dikantin kantor Arka.
Yera membalas pesan tersebut lalu menentukan lokasi bertemu mereka di cafe yang ada di sebrang kantor Arka agar Yera tak perlu pergi jauh-jauh.
Setelah mengirimi balasan pesan itu Yera segera menuju cafe yang di maksud.
Cowok itu datang dengan masih menggunakan seragam setelah hampir sepuluh menit Yera menunggu.
"Yera sorry gue baru tahu kejadian lo sama Bella tadi pagi," Samuel langsung berucap setelah duduk di kursi yang berhadapan dengan Yera.
"Kemarin-kemarin gue sibuk sama persiapan turnamen sampai gak masuk kelas," sambung cowok itu.
"Pasti gara-gara gue?" lagi-lagi dia berujar.
Yera menghela nafas. "Gue ngelawan juga karna gak mau ditindas Samuel, gue melakukan pembelaan."
"Lo diapain?" tanya Samuel memeriksa, jaga-jaga jika gadis itu terluka dan pasti Samuel tidak akan terima.
"Gue gak papa sih, cuman dibenturin kepala doang," balas Yera membuat Samuel menutup mulutnya seolah tak percaya.
"Presiden kita siapa?" tanya Samuel memastikan membuat Yera mendelik.
"Gue gak geger otak apalagi sampe amnesia ya tolong," balas Yera dengan ketus.
"Yah sayang banget, kan kalo lo amnesia gue bisa ngaku jadi cowok lo," ucap Samuel membuat Yera melempar kotak tisu yang ada diatas meja.
"Tapi jago juga ya lo sampai bikin lawan lo masuk rumah sakit, pas denger lo berantem bikin gue khawatir," ujar cowok itu membenarkan letak kotak tisu, takut jika ia diomeli oleh pegawai sana karna melempar barang sembarangan.
"Khawatirin sana si Bella yang lagi di rumah sakit," Yera berujar membuat Samuel bergidik.
"Gue lebih khawatir sama lo," ucap Samuel lantas menatap Yera dengan lembut. "Syukur kalo lo gak papa, gue ngerasa lega."
—[]—
Yera tengah tiduran diatas karpet bulu yang ada didepan televisi sembari bermain dengan Popi.
"Popi sini," Yera berteriak ketika kucing itu lari mengejar bola yang tak sengaja Yera lemparkan.
Baru dua hari tak sekolah sudah membuat Yera bosan. Yera memang suka malas setiap kali untuk berangkat sekolah namun ketika sampai disekolah perasaannya menjadi sangat senang karna ia bertemu dengan teman-teman kelasnya.
Bel berbunyi membuat Yera mau tak mau harus beranjak dari karpet bulu yang membuatnya ogah kemana-mana.
Ia segera membuka pintu dan mendapati Bunda Erna alias Ibu Arka.
"Bunda kapan pulangnya," tanya Yera sembari memeluk Bunda yang sudah beberapa minggu berada di Bali karna urusan pekerjaan.
"Semalam sih," jawab Bunda dengan senyuman yang membuat Yera mnyukainya.
"Bunda bawa oleh-oleh untuk kalian, untuk Mami kamu anterinnya nanti sore aja pulang dari sini sekarang mah Bunda mau manja-manja sama mantu kesayangan," jelas Bunda panjang lebar membuat Yera tertawa.
"Bunda kerja sekalian honeymoon ya?" goda sang mantu ketika mereka memasuki rumah tersebut.
Bunda hanya tertawa membuat Yera curiga
"Kamu udah makan?" tanya Bunda yang dibalas gelengan dari Yera membuat Bunda mengelus perut gadis itu dengan kasihan.
"Bunda bawain ART aja ya? Kasian nih kamu nanti telat makan terus."
"Yera segera menggeleng. "Gak usah Bun, kalo gitu mah nanti aku makin manja.Aku belum makan karna lagi gak kepengen kok," jelas Yera.
"Yaudah kalo gitu makan biskuit ini aja," Bunda mengeluarkan beberapa makanan dari dalam paperbag yang ia bawa tadi.
"Bunda kayaknya niat banget bawa ini buat Arka," ucap Yera dengan kekehan.
"Ih kata siapa buat Arka? Orang ini buat mantunya Bunda," ucap Bunda sembari mengusap rambut Yera dengan sayang.
Bunda memang menginginkan anak perempuan sedari dulu namun kata Dokter ia tak bisa dikaruniai anak setelah ia melakukan oprasi pengangkatan rahim saat Arka berusia empat tahun.
Itulah mengapa Arka menjadi putra tunggal kaya raya.
"Eh kamu pelihara kucing?" tanya Bunda kaget begitu mendapati Popi tengah membawa bola dimulutnya.
Yera mengangguk. "Dari dulu kok aku pelihara, cuman Popi baru dibawa kesini dan Arka kasih izin."
Bunda terkekeh. "Kayaknya cuman kamu yang bisa naklukin Arka, dia kan gak suka kucing sampai dulu Bunda aja gak jadi pelihara kucing karna Arka kabur dari rumah."
"Itu juga Arka bolehin sebagai permintaan maaf," ucap Yera membuat Bunda Heran.
"Kalian bertengkar?" tanya wanita berusia empat puluh lima tahun tersebut.
"Kan wajar Bunda kalo marahan," jawaban Yera membuat Bunda tertawa seolah mentertawakan pertanyaan bodohnya itu.
"Mending kita ke Mall yuk? Bunda pengen cuci mata nih. Sekalian makan," ajak Bunda menggenggam tangan Yera lantas mengajaknya keluar dari rumah itu menuju mobil yang ia bawa tadi.
"Aku bawa dompet dulu Bunda," ucap Yera membuat Bunda menahannya.
"Biar Bunda traktir."
—[]—
"Yang punya Mall ini dulu sempet deketin Bunda tahu pas masih jaman kuliah," kata Bunda ketika mereka memasuki pusat perbelanjaan.
"Kenapa Bunda gak sama beliau aja?" tanya Yera membuat Bunda bergidik.
"Dia itu playboy," bisik Bunda membuat bibir Yera membulat.
Kaki mereka melangkah menuju sebuah toko tas bermerk terkenal.
"Bunda cari ini dari bulan lalu gak ketemu karna kehabisan stock melulu," ucap Bunda menunjuk tas berwarna merah berukuran tujuh senti dengan selendang rantai namun terkesan elegan tersebut.
"Sekarang stock banyak tapi Bunda gak minat," tambahnya seperti tak selera.
Yera hanya menggeleng melihat kelakuan mertuanya itu.
"Bunda ini lucu deh," Yera berucap sembari mengambil boneka namun memiliki selempang yang menandakan itu adalah tas.
"Kamu mau?" tanya Bunda yang diangguki oleh Yera. "Mau apa lagi?" tambahnya.
"Ini aja udah cukup Bunda," balas Yera sembari memeluk tas tersebut.
Setelah melakukan pembayaran, kini mereka mencari tempat makan karna perut Yera tak bisa diajak kompromi untuk berkeliling lagi.
Mereka pergi menuju restoran korea dimana Bunda tengah tergila-gila dengan drama korea membuatnya ingin mencicipi seperti apa makanan khas dari negara gingseng tersebut.
"Bunda pernah liat nih makanan ini di drakor yang minggu lalu Bunda tonton, kayak enak," ucap Bunda ketika beberapa makanan sudah terhidang.
Bunda mulai mengapit makanan yang berbentuk panjang atau yang biasa disebut toppokki yang sangat sering ditampilkan dalam adegan drama korea ketika sang aktor tengah makan disuatu restoran.
Matanya membulat ketika mulai mengunyah. "Sesuai ekspetasi banget ini, Ra," girang Bunda membuat Yera mencicipinya juga.
"Wah aku suka banget, Bunda," ujar Yera ketika merasakan pedas yang begitu menyegarkan.
Mereka juga memanggang daging sapi diatas kompor kecil yang disediakan diatas meja tersebut.
Bahkan mereka memesan daging tambahan karna dirasa kurang.
"Tapi kalo didrakor itu minumnya pake soju," kata Bunda berujar ketika ia meminum es teh manis.
Soju sendiri adalah minuman yang memiliki kadar alkoholnya.
"Yah gak bisa minum dong, kan aku masih gak boleh," tambah Yera.
"Pokoknya nanti pas kamu udah legal kita minum soju, oke?" tanya Bunda yang diangguki oleh Yera.
Ya, semoga.