Lain hal nya dengan lusi yang tetep dengan rasa bahagia menunggu telpon dari seseorang, berharap bisa bercerita banyak hal, bermanja meski terpisahkan jarak tapi tetep bisa memandang wajah ganteng pacarnya, ah, dah gak sabar dia menantikannya.
Drt drt drt
Dengan semangat Lusi mengambil handpone di atas meja riasnya, akhirnya kamu telpon juga mas,
"assalamualikum," suara perempuan yang dak muda lagi terdengar dari tekanan suarannya menandakan beban berat yang ditanggungnya,"waalaikum salam ibu apa kabarnya ?" sejenak lusi tersadar bisa bisanya dia lebih mengharapkan orang lain yang baru dikenal beberapa bulan ini, dibandingkan memikirkan ibunya yang berkorban untuknya, hingga meninggalkan tanah kelahiran ke negeri sebrang untuk dia dan adiknya bisa hidup layak, anak macam apa aku ini, maafkan aku bu," ibu sudah mentransfer uang ke rekeningmu nak, tadi pagi, buat kamu sama adik, maaf ibu dak bisa kirim banyak, jaga dirimu baik baik, mbah gimana sehat ?"
terdengar helaan nafas dari sana, kasihan wanita paruh baya itu masih harus kerja banting tulang," mbah sehat bu, maafkan lusi masih tergantung sama ibu, lusi akan menjaga diri, ibu disana juga hati hati ya," tak terasa setetes air bening mengalir di kedua matanya, telpon pun terputus setelah lusi mengucap salam pada ibunya." mbah tadi ibu telpon sebentar, ngabari kalo disana sehat, dan nanyain apa mbah baik baik saja, " lusi menyampekan kabar ibu pada neneknya.
drt drt drt drt drt
"ibumu lagi Lus, " mbah pingin tahu apa anaknya kembali menghubungi cucunya, "bukan mbah, temen lusi" jawab lusi setelah dia melihat layar handpone nama My Heart, "hai assalamualaikum, lagi nunggu telpon," kembali Janggan membuat panggilan VCall, dia tersenyum melihatkan deretan gigi putih nya menandakan kalo dia dak suka merokok, "waalaikum salam," jawab lusi pendek, ia masih terbawa suasana rasa bersalah pada ibunya," ada apa, kok diem, gimana kalo aku terima tawaran berkunjung ke rumah dik lusi, dan kita ke pantai, setuju dak," Janggan ingin bertemu kekasih sedikit melupakan kegalauan hatinya.
" bener, mas mau ke sini, jangan boong lo, dosa besar, apalagi bohongi pacarnya yang cantik ini," Lusi tertawa melihat ekspresi Janggan yang lucu," bener ya nanti aku share lokasinya, makasih ya sudah mau jadi kekasih aku".
Deg
Janggan terdiam aku dsk akan tega ngecewakan gadis ini, pikirnya dalam hati, "ada mas kok diam, ada masalah di rumah, atau aku bikin kesel, "
"nggak, dak ada, aku pengen ketemu kamu dik," aku akan menjelaskan ke ibu besok kalo aku menolak dijodohkan, wajah lucu nya mana tega membuatnya sedih, "tidurlah, aku akan cari waktu untuk ke rumahmu, bye sayang," lusi menjulurkan lidahnya mendengar panggilan alay janggan untuknya," mas juga istirahatnya, jangan ngopi sampe malam, aku tahu mas di cafe kan, lihat tuh kelihatan lampu warna merah, dak mungkin deh di rumah, da da mas, kabarin ya "
baiklah cantik aku akan perjuangkan biar kita bisa tetep bersama, Janggan memantapkan pilihannya.
Bener nih janjinya mas Janggan, dak takut ibu marah dan doain jelek lo ke anak, bisa gawat hidup mas coba dipikirin lagi, lusi apa terima di jodohin Jihan cantik juga lo.
Esok paginya Janggan siap nyampekan ke ibu, kalo dia sudah punya kekasih, ibu pasti ngerti deh, dulu mbak Yuni dijodohin karna dak punya pacar saat umur udah hampir kepala 3 tepatnya 28 th, sepertinya ibu akan nerima lusi kalo aku jujur, keputusanku harus diperjuangkan dulu kayaknya.
Janggan ke arah dapur mencari sosok yang selalu tampil elegan, gimana bapaknya dak cinta setengah mati pada wanita yang pegang kendali penuh atad keluarga Asmorohadi, jangan sampai ada yang berani mempertanyakan keputusannya bisa runyam dan panjang urusannya.