Sesampainya di rumah aku termenung sejenak, mencerna kembali apa yang dikatakan Apri dan Dika tadi. Mereka bilang ingin ke makam bagian selatan leluhur dari desa ini? Tunggu, tunggu... Itu berarti yang mereka maksud adalah makam kuncen. Astaga! Kenapa aku baru sadar sekarang, wilayah itu sangat wingit, bahkan warga asli desa ini saja jarang sekali menjamah makam itu.
"Astaga, kenapa aku bodoh sekali sih. Kami malah menyetujui ajakan Apri! Enggak, nanti malam aku harus bilang ke mereka, menggagalkan rencananya bila perlu!" ucapku pada diri sendiri sambil berkali-kali menepuk kening.
Gara-gara memikirkan masalah ini aku tidak jadi tidur siang, mataku sulit terpejam. Aku mondar-mandir di ruang tamu, aku mencoba menghubungi Reno juga tidak diangkat. Sedangkan mengirim pesan kepada Widya juga belum menerima balasan, dia pasti sedang tidur siang.
"Kau kenapa Nimas? Sejak tadi Mbah perhatikan kamu terus saja mondar-mandir di sini. Ada apa?" tanya Mbah Putri menatapku bingung.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com