webnovel

Devil into Angel

Jovanka Alexandra, seorang gadis yang beranjak dewasa tengah menempuh pendidikan sebagai mahasiswi fakultas hukum menjalani hidupnya yang penuh dengan ke normalan dan penuh kebahagiaan. Memiliki paras cantik dan kepribadian yang sangat riang namun pemalas tapi tetap disukai oleh banyak orang. Akan tetapi, semua hal-hal indah dan penuh kebahagiaan dalam hidupnya mendadak harus lenyap karena Jovanka mengalami suatu kejadian buruk yang menimpa dirinya. Dan sejak saat itu, kehidupan Jovanka berubah hanya dalam waktu sekejap. (Terdapat unsur-unsur kalimat 18+) [HIATUS]

Wassap29 · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
11 Chs

Get To Know Her

"Baik, sekian untuk perkuliahan hari ini. Jangan lupa untuk me resume perkuliahan hari ini dan untuk tambahan tugas dari saya, buat laporan analisa over capacity dari suatu lembaga pemasyarakatan. Laporan analisanya minimal 10 halaman, dua tugas ini dikumpulkan minggu depan kepada koordinator kelasnya. Sekian dan selamat siang!"

Tepat saat dosen yang mengajar mata kuliah hukum penitensier* itu keluar dari ruangan kelas, Jovanka dengan sahabatnya yaitu Hans langsung sama-sama berdiri sembari meregangkan badan mereka akibat terlalu lama duduk.

"Sumpah, badan gue pegel banget. Sampe panas pantat gue" keluh Hans sembari memutar badannya ke kiri dan ke kanan.

"Sama… gue juga pegel" ujar Jovanka kemudian dirinya kembali duduk di kursinya lagi.

"Ngapain lo duduk lagi?" Tanya Hans tiba-tiba dan Jovanka langsung mendongakan kepalanya menatap Hans bingung.

"Emangnya kenapa?"

"Gue laper, ayo cepetan.. ntar keburu penuh kantinnya. Males gue kalo penuh"

"Ya sabar kali, gue mau touch up dulu" bales Jovanka, kemudian dirinya mengeluarkan satu pouch miliknya yang berisikan peralatan make up. Terkadang Hans selalu merasa aneh dengan Jovanka yang selalu membawa banyak make up, padahal Jovanka tidak menggunakan semuanya. Hanya beberapa saja yang Jovanka gunakam, tapi kalau pergi kemanapun dia selalu bawa satu lemari.

Hans pun tidak banyak memberikan komentar, dia hanya berdiri sembari melihat sahabatnya yang sedang meretouch wajahnya, meskipun dirinya saat ini sudah benar-benar merasa lapar. Karena kalau nanti Jovanka harus diburu-buru yang ada malah dirinya yang kena semprot perempuan di hadapannya saat ini.

Setelah beberapa menit kemudian, Jovanka menyelesaikan kegiatannya dan Hans pun tanpa berlama-lama langsung menarik tangan Jovanka dan membawanya keluar dari ruangan kelas yang sudah kosong itu.

"Sabar Hans ya tuhan… tangan gue putus gimana ntar"

"Sambungin aja pake lem kayu"

"Hai Jo!"

"Hai juga!"

"Halo Jo, mau kemana?"

"Biasa, kantin"

"Jo, dapet salam tu dari Rehan"

"Well, salam balik ya!"

"Jo, nongkrong ga nih kita?"

"Boleh, berkabar aja ya kalau jadi!"

"Jo, lo lupa kirim ke gue nama toko skincare langganan lo"

"Ohiya, nanti gue kirim ya.. ingetin aja gue ntar"

"Jo, kabarin ya kalau mau joki tugas"

"Siap!"

"Jo, kemana aja lo? Ko gue jarang liat?"

"Lo aja kali yang baru nongol.."

Dan sapaan lainnya yang terus saja Jovanka dengar dan terima dari orang-orang yang berpapasan dengannya. Tentu saja ini juga pemandangan yang biasa bagi Hans, sejak dulu saat mereka berdua masih mengenyam bangku SMP, Jovanka sudah menjadi social butterfly yang digemari oleh banyak orang. Paras cantik serta sikapnya yang periang serta ramah itu lah yang membuat orang senang berada di dekatnya, tak heran banyak sekali yang ingin berteman dengan Jovanka. Itu semua berlaku sampai saat ini. Tidak perlu mengikuti berbagai macam organisasi di Sekolah atau di Kampus juga sudah membuat Jovanka menjadi terkenal, namun… diantara banyaknya orang-orang yang mendekati Jovanka dan ingin berteman dekat dengan Jovanka, yang Jovanka pilih hanyalah Hans, sampai kapanpun dan disaat situasi apapum hanya Hans yang Jovanka pilih. Karena memang cuman Hans yang membuat dirinya bisa menjadi apa adanya dia.

Tapi percayalah, Jovanka tidak bermuka dua. Dirinya memang seperti itu, sangat mudah untuk bergaul dengan orang banyak.

"Lo mau makan apa?" Tanya Hans kepada Jovanka yang mana akhirnya dia bisa ngomong juga sama Jovanka. Mengingat sedaritadi banyak sekali yang menyapa sahabatnya itu.

"Gue beli minum aja kayanya.. gue ga laper"

"Masa gue makan sendiri sih? Lo kan tau gue gasuka makan sendirian"

"Kan gue juga minum Hans"

"Minum mah cepet abis"

"Ih lo bawel banget sih, yaudah iya kalau gitu. Tapi gue ngemil ajaya, ga makan"

"Okey siap bos!"

Sesampainya mereka berdua di kantin, Jovanka menepati janjinya kepada Hans untuk menemani Hans makan. Dirinya hanya membeli kentang goreng dengan sosis, sementara Hans memesan nasi dan juga ayam. Setelahnya mereka pun segera menuju meja kosong untuk menyantap makanan mereka masing-masing.

"Lo jadi nemenin bapak lo gala dinner besok?" Saut Hans kemudian dirinya langsung menyuapkan sesendok nasi beserta potongan daging ayam ke dalam mulutnya.

"Jadi dong! Ayah gue iri katanya sama temen-temen dia, datengnya pada bawa pasangan. Sementara ayah gue selalu solo" bales Jovanka sambil terkekeh.

"Lagian.. lo tiap kali di ajak selalu gamau" bales Hans dan Jovanka hanya tersenyum sambil menunjukan deretan gigi rapihnya kepada Hans.

"Dandan yang cantik lo ntar, jangan norak… kasian ayah lo ntar"

"Enak aja lo! Gue gaperlu dandan juga udah cantik ya!"

"Iyaa deh si yang paling cantik"

"Apasi Hans…"

Setelah menyelesaikan perkuliahan yang kedua, Hans dan Jovanka memutuskan untuk langsung berkelana mencari hiburan setelah merasa suntuk 4 jam di dalam kelas mendengar ocehan dosen yang membuat telinga Jovanka panas, bahkan Hans sampai tertidur saking bosannya selama perkuliahan berlangsung.

"Jadi kita mau kemana?" Tanya Jovanka saat mereka berdua sudah memasuki mobilnya Hans.

"Lo sendiri maunya kemana?"

"Ko malah nanya balik?" Ujar Jovanka sembari menatap Hans lurus. "Diem di rumah aja buat gue tu udah jadi hiburan banget kalau lo lupa" bales Hans dan Jovanka langsung memalingkan wajahnya dan menyandarkan kepala dia ke kaca. Dirinya memang selalu lupa kalau sebenarnya Hans itu anak rumahan, dan sepertinya perlu di ralat. Karena bukan keputusan mereka berdua yang ingin jalan-jalan, melainkan Jovanka sendiri. Sementara itu Hans hanya mengikuti kemauan sahabatnya ini, karena ya Hans tidak akan pernah membiarkan Jovanka pergi kemana-mana sendirian. Kecuali disaat Jovanka pergi bersama bodyguardnya.

Tidak perlu terkejut, Jovanka ini putri tunggal dari sebuah keluarga kaya raya dan ayahnya adalah seorang pengusaha ternama yang memiliki harta kekayaan menumpuk. Dan salah satu cara ayahnya Jovanka untuk menghabiskan uangnya adalah menghire banyak orang dan dijadikan bodyguard untuknya dan juga untuk Jovanka tentu saja.

"Kemana ya Hans.. gue tau kalau lo males banget ke mall di jam-jam segini. Nongkrong di Cafe juga pasti bakal penuh, mana ini hari jum'at."

"Cari yang adem-adem aja mau ga?" Usul Hans.

"Adem-adem?"

"Iya.. ke puncak ke atau cari taman yang banyak pohon gitu supaya dapet angin sepoy-sepoy. Sore-sore gini anginnya kan enak banget" jawab Hans

"Terserah lo aja, lagian kemana aja gue mah asal ga pulang"Hans tersenyum mendengar jawaban dari Jovanka, kemudian dirinya pun langsung menancapkan gas mobilnya meninggalkan pelataran parkiran kampus menuju tempat tujuan mereka.

*Hukum Penitensier: salah satu bagian dari hukum pidana yang mempelajari jenis-jenis sanksi pidana, pembinaan terhadap narapidana, proses pidana dan lain sebagainya.