webnovel

Chapter 3

Beberapa tahun yang lalu, terjadi sebuah bencana mengerikan di Floradivia. Sebuah kemarau panjang. Air-air sungai tidak mengalir semestinya, danau besar yang ada di tengah desa pun semakin lama terlihat semakin mengering. Tumbuhan yang biasanya tetap tumbuh walaupun Musim Kemarau pun malah tidak bisa tumbuh sama sekali membuat semua orang putus asa. Tidak ada solusi mengenai hal itu, bahkan para penyihir pun tidak bisa melaukan apa-apa, mereka bahkan meminta pertolongan para dewa tetapi para dewa terlihat tidak ingin ikut campur mengenai masalah kemarau panjang yang dialami oleh Desa Floradivia.

Semua orang pun mengalami kelaparan, dehidrasi, dan berakhir dijemput oleh kematian. Tidak ada desa lain yang mengetahui keadaan mengerikan telah terjadi di Desa Floradivia. Ketika para penyihir mengirim pesan permintaan bantuan, anehnya, seperti ada sebuah penghalang besar melingkari desa, pesan tersebut tidak pernah tersampaikan. Semua orang mulai putus asa. Bahkan, beberapa orang memutuskan untuk mengakhiri hidup mereka karena tidak tahan dengan apa yang mereka derita.

Walaupun bencana mengerikan itu terjadi dan menelan banyak korban jiwa, tiba-tiba saja sebuah keajaiban datang. Perlahan, rintik-rintik air itu membasahi tanah subur Floradivia. Semua tumbuhan tiba-tiba saja tumbuh mekar dalam waktu seperkian detik saja. Air sungai yang mengalir, air danau yang melimpah. Semua orang menangis bahagia ketika tahu bahwa penderitaan mereka berakhir. Dan tepat pada malam harinya, badai menerpa desa tersebut.

Suara petir saling bersahutan bagaikan sedang bertikai sengit dengan langit. Semua orang terperangkap akan perasaan bahagia dan takut. Hujan yang mereka anggap berkah malah tidak kunjung berhenti dan berubah menjadi badai mengerikan. Mereka semua mulai gemetar ketakutan ketika mendengar suara gemuruh dari arah gunung. Mereka semua pasrah ketika tahu bahwa suara itu merupakan suara gemuruh longsor yang akan menyapu mereka dan mengubur mereka hidup-hidup ke dalam tanah.

Lagi-lagi penduduk Desa Floadivia mendapatkan keajaiban. Suara gemuruh petir tak terdengar. Longsor yang mereka kira akan mengubur mereka tidak pernah terjadi. Hujan yang tak kunjung berhenti pada akhirnya meninggalkan gerimis. Semua orang keluar dari tempat perlindungan masing-masing. Mereka ingin tahu, apa yang menyebabkan mimpi buruk mereka berakhir begitu saja ketika mereka sudah pasrah dengan keadaan.

Di detik itu lah, mereka melihat seorang gadis dengan rambut hitam kecokelatannya berdiri di alun-alun desa sambil mengacungkan pedang yang bersinar di bawah sinarnya rembulan. Gadis tersebut bahkan tidak basah kuyup padahal sebelumnya dia berdiri di tengah badai. Mereka semua melihat bagaimana manik hitam itu menatap tajam ke arah langit bagaikan sedang memarahi seseorang. Dia terlihat seperti seorang ibu yang memarahinya anaknya karena berbuat nakal.

"Berhenti menakut-nakuti orang-orang ini. Kalian pikir cara kalian ini akan membuatku bertekuk lutut?! Ini adalah cara paling menjijikkan yang pernah kalian lakukan. Berhenti melampiaskan amarah kalian pada orang-orang tidak bersalah."

Mereka tidak tahu kepada siapa gadis itu berbicara. Tetapi, hari itu, mereka berterima kasih kepada seorang gadis penyihir yang dikenal begitu kuat dan cantik. Si penyihir dengan kejeniusannya yang nyaris mendekati gila.

Namanya adalah Ivonna.

***

Winter tidak menyangka dia mengendap-endap masuk ke dalam perpustakaan hanya untuk membaca sebuah buku. Dia menutup pelan buku yang ia baca lalu meletakkannya di posisi semula. Dia pun berdiri dan menjetikkan jarinya, gerakan tersebut mencipatkan sebuah lingkaran kecil di lantai perpustakaan tepat di dekat kaki Winter. Muncul sebuah cahaya putih di garis lingkaran tersebut yang semakin lama cahayanya semakin besar, cahaya tersebut bagaikan memakan Winter dan perlahan cahaya itu menghilang.

Winter membuka matanya dan mendapati bahwa dia berada tepat di depan menara sihir. Dia menggunakan sihir teleportasi dari perpustakaan menuju menara sihir. Dia kembali teringat, kemarin, Fernandes datang ke mansion miliknya (dan itu membuatnya ingin sekali mengusir Fernandes), laki-laki tersebut menyampaikan sebuah pesan bahwa tujuh penyihir terkuat akan berkumpul di ruang pertemuan bersama tetua sihir.

Dia memasuki menara sihir dan mendapati keadaan menara yang sibuk di pagi hari seperti ini. Semua staff memiliki ekspresi wajah yang sama. Panik. Tetapi, Winter tidak memperdulikan itu, dia hanya ingin pergi ke ruang pertemuan, mendengarkan ocehan para tetua yang berhasil membuatnya mengantuk lalu pulang kembali ke mansion hangatnya.

Dia ingin melewati hari ini dengan tenang. Tetapi sepertinya, harapannya tidak terkabul ketika dia melihat siluet seorang gadis berdiri di depan pintu ruang pertemuan. Dia mengenakan sebuah gaun berwarna putih gading dengan selendang keemasan ia lingkarkan di dekat lengannya. Rambut pirangnya ia biarkan tergurai begitu saja. Kulitnya yang putih dengan rona kemerahan itu membuat Winter berdecak karena nyatanya Winter ingin mempunyai kulit putih susu seperti si gadis, bukan putih pucat seperti mayat. Dan Winter bahkan tidak bisa mengontrol ketidaksukaannya pada gadis itu ketika si gadis menoleh kepadanya, menampakkan manik hijau yang hanya dimiliki oleh seorang bangsawan. Bulu mata lentiknya bergetar bagaikan merasakan kemarahan si empunya.

"Alangkah indahnya hariku ini diawali dengan bertemu kecoak menjijikkan sepertimu."

Kalimat itu terlontar begitu saja dari bibirnya yang se-merah buah cherry. Terdengar mendesis seperti ular membuat Winter tidak bisa menahan dengusannya serta menatap gadis menyebalkan itu dengan jengkel.

"Alangkah baiknya jika aku terus tertidur sampai seribu tahun dari pada bertemu dengan rubah mengerikan sepertimu" mata kucing itu terlihat begitu tajam ketika melihat si gadis seperti ingin menghancurkannya sampai menjadi debu.

"Minggir dari sana, kau menghalangi jalanku" ucap Winter dingin.

'Kenapa juga gadis menjijikkan ini berdiri seperti patung di depan pintu masuk, membuat suasana hatiku semakin buruk saja.'

Gadis tersebut terlihat tidak suka, dia juga tidak terlihat ingin menyingkir dari sana. Gadis tersebut perlahan mengukir seringai yang membuat Winter ingin sekali melayangkan sebuah pukulan ke wajah menyebalkan itu.

"Bagaimana kalau aku tidak mau?" ucap gadis itu dengan nada angkuhnya membuat Winter muak.

Winter tersenyum dingin, "Jangan salahkan aku jika kau akan kehilangan salah satu mata hijau menjijikkanmu itu."

Suasana tegang di antara mereka berdua membuat pasokan udara disekitar mereka begitu menipis. Terlihat sekali bahwa mereka bersiap ingin saling membunuh satu sama lain. Namun, aksi mereka berakhir karena kemunculan seorang wanita dengan rambut pendek hitamnya. Wanita tersebut mempunyai sebuah gelang yang berbunyi ketika bersentuhan dengan tangannya, suara gemerincing dari gelang tersebut membuat kedua kubu yang terlihat ingin menghancurkan satu sama lain itu langsung menoleh ke asal suara.

"Apa yang kalian lakukan? Kenapa kalian berdiri di dekat pintu masuk seperti orang bodoh?" ucap wanita itu jengkel, dia menatap si bermata hijau lalu mengibaskan tangannya seperti menyuruh gadis tersebut menyingkir.

"Minggir dari sana, Grace, kau menghalangi pintu masuk, sialan."

Kalimat wanita berambut pendek tersebut membuat Grace –gadis ber-mata hijau- mendengus kesal tetapi tetap dia memberikan jalan pada si wanita berambut pendek. Wanita itu hanya memberikan tatapan tajamnya pada Grace lalu beralih menatap Winter sebelum akhirnya dia membuka pintu lebar-lebar lalu masuk ke dalam ruang pertemuan yang ternyata masih kosong.

"Chloe sialan. Apakah kau senang karena teman terbaikmu datang membelamu?" ucap Grace kesal lalu dia berjalan masuk ke dalam ruang pertemuan meninggalkan Winter yang hanya bisa menatap Grace dengan tatapan yang sulit diartikan.

***

Pertemuan tersebut dihadiri oleh tujuh penyihir terkuat serta lima tetua dan ketua asosiasi sihir. Mereka semua duduk di sebuah meja panjang dengan posisi saling berhadapan. Satu per satu tujuh penyihir datang ke dalam ruang pertemuan. Winter melihat Fernandes masuk ke dalam ruangan sambil menebarkan senyum (sok) tampannya kepada semua orang yang ada di dalam ruang pertemuan. Fernandes duduk dihadapan Winter dan itu membuatnya sakit kepala, dia tidak suka ketika Fernandes tersenyum kepadanya sambil mengedipkan matanya kepada Winter.

Tidak lama kemudian datanglah seorang gadis yang mempunyai perawakan tinggi, dia mempunyai rambut pendek seperti laki-laki, ada sebuah anting berbentuk angka satu di telinga kirinya. Dia mempunyai kulit cokelat, tubuhnya diselimuti oleh otot-otot besar dengan sebuah pedang besar terletak di punggungnya. Semua orang tahu bahwa gadis tersebut adalah Viona. Dia duduk di sebalah Grace tanpa mengatakan apa-apa. Selang beberapa detik muncul seorang laki-laki berusia 30-an masuk ke dalam ruang pertemuan, terakhir kali Winter melihatnya, rambut cokelat itu belum menyentuh telinga, tetapi sepertinya rambutnya tumbuh dengan cepat begitu pula dengan jenggotnya. Laki-laki tersebut duduk di hadapan Chloe, dan sudah begitu lama Winter tidak melihat laki-laki yang dikenal dengan panggilan Benjamin tersebut.

Suara langkah kaki yang terdengar bergemuruh itu terdengar di lorong, mereka ber-enam tentu tahu siapa yang mempunyai langkah kaki seperti gerombolan kuda. Terlihat seorang pria yang mungkin berusia 50 tahun memasuki ruang pertemuan, rambutnya panjang dan semwarutan, begitu pula dengan jenggotnya yang nyaris menyentuh dadanya. Alis matanya tebal serta matanya selalu saja terlihat tajam, dia mempunyai wajah yang galak sehingga orang-orang mengira dia marah setiap waktu. Tubuhnya besar dengan otot-ototnya yang sebesar bola. Dia duduk di depan Grace sambil menyapa semua orang di dalam ruang pertemuan.

"Hai juga, Percy" ucap Benjamin membalas sapaan si pria bernama Percy.

Ketujuh penyihir telah berkumpul di ruang pertemuan, mereka hanya menunggu para tetua dan ketua asosiasi sihir. Terlihat Viona melipat kedua lengannya di depan dada dan jari telunjuknya mengetuk dengan tidak sabaran. Winter tahu bahwa Viona adalah gadis ber-temperamen mengerikan dan tidak mempunyai batas kesabaran. Winter melihat bagaimana Fernandes melirik Benjamin seolah meminta laki-laki itu untuk melakukan sesuatu jika Viona kehilangan kesabarannya.

Beruntung, para tetua dan ketua asosiasi sihir muncul sebelum tali kesabaran milik Viona putus. Mereka semua masuk ke dalam ruang pertemuan diiringi dengan tertutupnya pintu. Para tetua duduk di sebuah panggung kecil yang terdapat meja panjang serta lima kursi besar. Sedangkan ketua asosiasi sihir berdiri di dekat panggung, dan tidak jauh dari meja para tujuh penyihir. Ketua berdehem sebelum akhirnya dia membuka mulutnya untuk mengatakan apa tujuannya mengumpulkan tujuh penyihir di ruang pertemuan ini.

"Kita semua tahu, bahwa Winter telah dikutuk oleh dewa dan dia baru saja terlepas dari kutukannya" ucap ketua sambil melirik Winter yang tanpa sadar mendengus karena ketua membuka pertemuan itu dengan membahas tentang dirinya.

"Tidak ada yang tahu kenapa para dewa se-murka itu kepada Winter sehingga mereka mengutuk Winter tertidur selama seribu tahun" jelas ketua sambil menatap satu per satu tujuh penyihir yang sedang mendengarkannya dengan seksama.

"Bukankah itu sudah jelas? Dia mendapatkannya karena dia membuat masalah. Hal yang selalu dia lakukan adalah membuat para dewa marah. Sudah tidak terhitung beberapa kali dewa ingin menghabisinya, dan dia beruntung karena Dewi Bulan berada di pihaknya" suara angkuh Grace membuat Winter mengepalkan tangannya dengan kuat.

"Apakah kau merasa harus berbuat sesuka hatimu hanya karena Dewi Bulan menyayangimu? Seharusnya yang kau lakukan adalah menjaga nama baiknya dengan cara tidak bertingkah seenaknya. Apa kau tidak sadar bahwa kelakuanmu membuat semua orang kerepotan?" Grace kembali bersuara dengan tatapan matanya tidak lepas dari Winter, kalimat-kalimat menjijikkannya itu membuat kemarahan Winter tersulut.

'Aku benar-benar membenci gadis ini. Haruskah aku membunuhnya?'

Winter tetap mempertahankan wajah tenang dan dinginnya walaupun hatinya telah terbakar oleh amarah. Dia tahu Grace hanya ingin membuatnya kesal dengan cara memperoloknya seperti ini. Grace ingin mempermalukannya dan membuat tetua sihir memandang rendah Winter karena selama ini, para tetua begitu mengagumi Winter seberapa banyak pun Winter membuat ulah dan membuat para dewa marah lalu menghukumnya.

Ketua pun berdehem untuk meredakan suasana tidak mengenakkan di antara Winter dan Grace, "Tidak ada hubungan apa pun mengenai Dewi Bulan dan Winter tentang kenapa para dewa memilih untuk mengutuknya dari pada menghukumnya seperti biasa. Winter tidak pernah mengatakan yang sebenarnya kenapa para dewa memberikan sebuah kutukan kepadanya dan kenapa dia malah terbangun sepuluh tahun kemudian padahal dia dikutuk tertidur selama seribu tahun."

Ketua melirik para tetua sihir yang sepertinya hanya menjadi pajangan saja di pertemuan hari itu. Ketua tahu bahwa para tetua membuat pertemuan ini hanya ingin mengisi waktu luang saja. Padahal, dia bisa mengatakan semua ini secara pribadi kepada Winter dari pada harus mengumpulkan tujuh penyihir di ruang pertemuan seperti ini. Baru saja ketua ingin membuka mulutnya untuk mengatakan inti dari pertemuan, salah tetua sihir telah mendahuluinya.

"Winter, para dewa menghukummu."

Semua penyihir serta ketua asosiasi sihir menoleh kepada salah satu tetua sihir yang bersuara. Semua tetua menyembunyikan identitas mereka, mereka mengenakan sebuah jubah hitam dengan tudungnya yang besar, mereka juga mengenakan topeng sehingga tidak ada yang tahu rupa dari para tetua.

Winter menatap tetua sihir. Walaupun matanya fokus melihat tetua, tetapi dia bisa melihat bagaimana Grace tersneyum penuh kemenangan ketika tahu dia akan dihukum oleh para dewa.

"Kenapa para dewa menghukum Winter? Bukankah para dewa sudah mengutuknya? Apakah itu belum cukup?" ucap Chloe dengan tenangnya.

"Kutukan itu tidak berpengaruh pada Winter, mungkin mereka berpikir hukuman adalah solusi yang bagus?" Benjamin pun bersuara.

"Walaupun begitu tetap saja, dia telah tertidur selama 10 tahun, sbuah kutukan lebih mengerikan dari pada hukuman" ucap Fernandes dan Winter mengabaikan semua orang yang berbicara di ruang pertemuan ini, dia memilih untuk menatap lekat para tetua.

Winter tetap tenang duduk di kursinya. Mendengarkan semua omong kosong yang keluar dari mulut para tetua itu.

"Para dewa memberitahu kami bahwa kau akan dihukum. Empat tahun sekali, tanggal 29 Februari, kalian semua akan menghadapi itu. Kemunculan Desiree Gate" ucap salah satu tetua.

"Apakah itu berhubungan dengan hukuman Winter?" tanya Percy sambil mengelus jenggotnya yang panjang.

Para tetua tidak segera menjawabnya.

"Cepatlah kalian katakan, aku sudah muak duduk berlama-lama disini!" seru Viona kesal, terlihat urat-urat kemarahannya muncul di kedua pelipisnya. Dia merasa bahwa para tetua terlalu bertele-tele. Dia yakin pertemuan ini sebenarnya tidak terlalu penting.

"Viona!" tegur ketua, menatap Viona dan meminta gadis itu untuk bersabar.

"Hukuman telah dirundingkan oleh para dewa dan juga dengan kami. Kau memang seorang penyihir terkuat di desa ini Winter, kandidat manusia milikmu dikatakan oleh para dewa adalah kandidat paling hebat. Mereka menyayangkan sikapmu beberapa tahun yang lalu. Walaupun mereka berat hati dengan keputusan ini, tetapi hukuman tetaplah hukuman."

"Cih, berapa lama lagi aku harus mendengar mereka berbicara?" bisik Viona kesal, dia mulai menggoyangkan kakinya karena dia sudah tidak sabar berada disini.

"Telah diputuskan, Winter, sang penyihir terkuat di Floradivia, sang penyihir yang dicintai Dewi Bulan, kau dihukum atas tindakanmu yang membuat para dewa marah. Atas kesalahan yang tak termaafkan, maka kau tidak berpatisipasi dalam pemilihan manusia terpilih yang akan masuk ke dalam Desiree Gate dalam waktu yang tidak ditentukan."

"Apa?" ucap Chloe dan menatap Winter yang anehnya terlihat begitu tenang.

"Yeah, itu hukuman yang sangat setimpal, dia pantas mendapatkannya" ucap Grace sambil menyunggingkan seringai tipis ke arah Winter.

"Kenapa para dewa melakukan itu? bukankah enam orang tidak cukup untuk masuk ke dalam gerbang? Siapa yang akan mengisi posisi Winter jika dia dihukum?" ucap Fernandes terlihat tidak terima akan keputusan para dewa.

"Tidak ada yang akan mengisi posisi Winter. Enam orang cukup."

"Sulit dipercaya, apa yang sebenarnya kau lakukan Winter?" tanya Benjamin kepada Winter yang tetap memilih diam.

"Aku mengerti, aku akan menjalani hukumanku dan menerimanya" ucap Winter setelah sekian lama dia terdiam di tempat duduknya.

"Hei, apakah pertemaun tidak berguna ini sudah selesai?" tanya Viona sambil menatap ketua asosiasi dengan jengkel.

Ketua berdehem dan menatap para tetua sihir yang menganggukkan kepala mereka kepadanya, "Telah diputuskan bahwa Winter tidak berpatisipasi dalam kemunculan Desiree Gate dalam waktu yang belum ditentukan, dan juga, asosiasi sihir memberikan hukuman tambahan kepada Winter untuk diistirahatkan dari pertemuan tujuh penyihir serta tugas-tugas yang berhubungan dengan sihir. Pertemuan ini selesai, kalian bisa kembali menjalani aktivitas kalian" jelas sang ketua dan dengan secepat kilat Viona keluar terlebih dahulu.

"Ini benar-benar tidak masuk akal" gumam Chloe kesal sebelum akhirnya dia keluar dari ruangan.

"Ini pantas untukmu. Makanya, berhenti berlagak" ucap Grace lalu pergi meninggalkan ruangan setelah memberi salam kepada para tetua.

"Kau harus menjelaskan semuanya kepadaku Winter" ucap Fernandes, dia masih betah di tempat duduknya.

Benjamin dan Percy telah keluar setelah menatap Winter cukup lama lalu memberi salam kepada para tetua. Winter sendiri masih duduk di tempatnya sebelum akhirnya dia berdiri sehingga Fernandes pun ikut berdiri. Tatapan Winter sulit diartikan. Dia tidak terlihat sedih dengan hukuman yang ia dapatkan, dia juga tidak terlihat marah. Wajahnya bagaikan air yang tenang, membuat Fernandes berpikir, seberapa mengerikannya jika air yang tenang itu terusik oleh angin yang kencang.

"Kutukan dan sekarang hukuman, melihat mereka bertindak seperti itu, aku jadi semakin yakin bahwa yang aku lakukan adalah sebuah kebenaran. Apa mereka tidak sadar bahwa tindakan mereka malah membuat fakta yang mereka sembunyikan semakin terkuak? Baik, hukum saja aku, kutuk saja aku. Katakan kepada mereka, hei, para tetua" ucap Winter dengan tatapan matanya tidak sekali pun lepas menatap para tetua.

"Winter, pertemuannya sudah berakhir" ucap ketua asosiasi sihir, dia bisa melihat bahwa situasi ini tidak cukup bagus.

"Katakan kepada mereka, kalau aku tidak menyesali apa yang aku perbuat dan suatu hari, mereka akan kehilangan akal sehat mereka karena terkuaknya sebuah fakta yang mereka sembunyikan dengan susah payah."

Winter dengan tenang memberikan salam kepada para tetua dan hendak membalikkan tubuhnya, Fernandes juga melakukan hal serupa, laki-laki itu sudah berjalan mendekati pintu sampai dia mendengar sebuah ledakan kecil yang membuat dia langsung berbalik dan terkejut dengan apa yang ia lihat.

Dia melihat bagaimana tombak es itu menancap di sebuah tembok tepat di belakang para tetua sihir. Ruang pertemuan telah diselimuti oleh es yang dingin, tangan Winter masih dalam posisi melempar membuat Fernandes langsung saja berlari mendekati Winter, ingin menghentikan tindakan bodoh Winter yang lain.

"Apa yang kau lakukan Winter?! Kenapa kau menyerang mereka?!" ucap Fernandes tidak habis pikir tetapi dia hanya bisa menahan nafasnya ketika melihat betapa mengerikannya tatapan mata Winter.

Dia seperti siap membunuh para tetua itu…

"Ini sebuah peringatan dariku. Dan katakan kepada mereka.."

'Oh tidak, apa yang ingin kau katakan Winter?!'

Fernandes terlihat panik, dia takut Winter akan mengucapkan kalimat bodoh yang membuatnya semakin tenggelam dalam masalah yang ia buat sendiri.

"Suatu hari nanti aku akan datang mengunjungi mereka dan membunuh mereka satu per satu.."

Bersambung

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Creation is hard, cheer me up!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Celandine_Parkcreators' thoughts