Keesokan paginya, Agnes yang terbangun karena alarm ponsel dan dinginnya AC yang memenuhi ruangannya, membuat gadis berparas blasteran itu terpaksa bangun lebih dini, sekitar pukul lima pagi. Kedua matanya langsung terbuka lebar dan tubuh yang segera bergerak keluar dari pembaringan empuknya, menuju meja belajarnya. Tangan Agnes merogoh tas sekolahnya dan mengambil beasiswa universitas Ecole de Music Perancis yang pernah ditawarkan oleh Nona Odele. Kedua mata coklat terangnya terus terpaku pada formulir aplikasi dengan font cukup tegas berwarna hitam tebal. 'Apa yang harus kulakukan dengan surat ini? Apakah aku batalkan saja?' Agnes terus membuka tutup surat tersebut hingga dia merasa lelah dan meletakkannya begitu saja. Teringat dengan ucapan sang mami kemarin malam, Agnes hanya bisa menempelkan kepalanya di ata meja belajarnya sembari merrenung dan melamun tanpa sadar matanya perlahan terpejam.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com