webnovel

Skandal yang Ditutupi

Nyonya Rose-ibu kandung dari Andra sejak awal tak pernah menyukai menantunya. Dan Ia pun kerab menghasut Andra agar segala kekerasan fisik maupun verba Anggun dapatkan.

"Malah bengong! Jilat!"

Nyonya Rose mendorong paksa kepala Anggun yang sejak tadi hanya menatap ujung sepatu mertuanya yang kotor. Alih-alih merasa iba dengan apa yang sedang berlaku pada istrinya, Andra malah kembali menikmati majalah di tangannya. Ia tak peduli sedikit pun pada istrinya.

Dengan derai air mata yang membasahi pipinya Anggun perlahan menjilat ujung sepatu mertuanya yang kotor. Melihat bagaimana menantunya itu bersikap sesuai dengan keinginannya, Nyonya Rose tertawa terbahak-bahak.

'Ya Tuhan... Jika kau ingin aku merelakan cintaku padanya yang mengacuhkan aku, aku siap Tuhan!' batin Anggun yang merasa pilih dengan apa yang sedang berlaku padanya. 'Aku terlalu lelah menjadi diriku sendiri, Tuhan! Aku lelah menjadi istri dari lelaki yang hanya menanggalkan dendamnya dalam rumah tangganya!'

Anggun berlari keluar dari ruangan itu ketika ia sudah tak mampu lagi menahan kesedihannya. Ia tak peduli bagaimana lagi Ia harus mengobati sakit di hatinya, hanya dengan berlari Ia berharap Tuhan membuat Ia melupakan deritanya sejenak.

Melihat Anggun yang pergi dengan derai air mata, Andra hanya diam menatap sosok yang sedang berlari itu dari tempat tidurnya. Lalu Ia tersenyum tatkala sang ibu dengan riang mengutarakan rasa senangnya akan apa yang baru saja dilihatnya.

"Kau lihat kan bagaimana istrimu yang pengecut itu menangis? Hahahaha! Aku harap dia secepatnya membunuh dirinya sendiri agar kita bisa cepat-cepat menguasai semua hartanya!"

Ada binar kepalsuan di mata Andra meski tangis Anggun adalah tujuan utama dirinya membalas sakit hatinya. Ada sisi dimana ia merasa bahwa penderitaan yang Anggun terima adalah sesuatu yang berlebihan dan tidak seharusnya. Tapi, akhirnya ia kembali mengelak! Secepatnya Ia menggeleng untuk menyangkal rada ibunya itu.

'Tidak! Apa yang aku lakukan adalah benar!' gumamnya dalam hati lalu kembali tertawa bersama Nyonya Rose yang tak berhenti menghina bagaimana kelemahan menantunya itu.

"Ma, apa Mama sudah memesan tempatnya?" tanyanya kemudian.

Nyonya Rose seketika tersenyum dan menghentikan pembicaraan mengenai Anggun dan kelemahannya. Wanita itu meraih wajah tampan Andra dengan kedua tangannya, memandangi sosok yang paling membanggakan dalam hatinya. Sosok yang selalu menuruti segala hal mewah yang diinginkannya.

"Untuk pernikahanmu kali ini, tentu saja aku sudah menyiapkan hal yang spesial!" ucapnya. "Mama bahkan sudah memilih undangan mewah dengan gift perhiasan di dalamnya untuk menyambut Renata dalam keluarga kita!"

"Baguslah, setidaknya Mama harus menyimpan hal ini serapi mungkin sampai aku benar-benar menyingkirkan Anggun dari dunia ini!"

"Tentu saja, Sayang! Bahkan adikmu Celine membantu persiapan ini hingga menjadi sangat sangat sempurna!"

Mereka sudah 5 tahun membohongi Anggun. Mereka berkomplot merahasiakan hubungan gelap Andra dengan Renata yang nyata masih mempunyai hubungan keluarga dengan Anggun.

Yah! Anggun dan Renata memiliki hubungan keluarga sebagai seorang kakak dan adik. Lebih tepatnya, Anggun adalah adik tiri dari Renata.

Renata melakukan hal sejahat ini demi rasa bencinya terhadap Anggun yang hadir setelah kematian ibunya. Ia mencoba menghadirkan kisah yang serupa melalui hubungan terlarangnya dengan Andra yang terjalin selama 5 tahun.

Renata mencoba membalaskan dendamnya akan kekecewaannya terhadap sang ayah. Ia tak menyangka jika sang ayah berselingkuh dengan wanita lain saat masih memiliki sang ibu sebagai istri sahnya. Hingga tiba waktu saat sang ibu meninggal karena penyakit leukimia, sang ayah memutuskan untuk menikahi selingkuhannya itu. Dan tanpa diduga pula, mereka telah memiliki buah hati dari hasil hubungan gelap mereka, yakni Anggun.

"Apa kalian sedang membicarakan aku?"

Tak lama waktu berselang, hadir sosok Renata yang sejak tadi menjadi topik utama pembicaraan keduanya. Wanita itu langsung menghampiri Andra yang sudah memasang ekspresi sumringah untuknya. Ia menggenggam tangan Andra sembari menatap wajah lelaki itu dengan tatapan yang begitu dalam. Hingga membuat Nyonya Rose tersadar dengan keberadaannya yang tidak cukup menunjang suasana romantis antara keduanya.

"Oke, sepertinya Mama harus pergi dari sini sebelum menjadi satu-satunya kamera yang membuat kalian kesal!" godanya.

"Mama mau kemana? Di sini aja!" bujuk Renata manja.

"Ah sudahlah, melihat kalian romantis seperti ini, aku jadi haus!" tanggap Nyonya Rose kemudian. "Baiklah, aku pergi dulu! Dahh!"

Renata dan Andra hanya menggeleng melihat tingkah lucu Nyonya Rose. Lalu keduanya kembali saling menatap.

"Bagaimana keadaan kantor? Apa kamu lelah karena menggantikan aku, Sayang?" tanya Andra lembut seraya terus memandangi wajah cantik Renata.

Renata menggeleng pelan, lalu memberikan kecupan kecil di pipi kekasihnya. Ia naik ke atas ranjang hingga bisa memeluk Andra yang selalu membuatnya ingin terus bersama.

"Demi dirimu, aku akan melakukan segalanya!" ucapnya sambil terus mendekap Andra.

Andra tersenyum, lalu mengecup kening Renata dengan lembut. Setelahnya, keduanya kembali saling menatap. Saling menatap seperti sepasang kekasih yang baru saja dimabuk asmara.

"Terimakasih, Sayang!" bisik Andra. "Aku janji bahwa aku akan melakukan apapun yang kamu inginkan!"

"Really?"

Andra mengangguk pelan. Dan anggukan itu pun membuat Renata kembali memeluk Andra. Memeluk sosok tampan yang sebenarnya bukan menjadi haknya untuk saat ini.

"Kalau begitu, kau harus segera melenyapkan Anggun untukku!" ujar Renata seraya mengalungkan kedua tangannya di tengkuk Andra.

"Aku pasti akan melenyapkannya tanpa jejak!" tanggap Andra.

Renata menarik tengkuk Andra, memberikan kecupan hebat di bibirnya. Dan seketika keduanya saling melahap, saling menyentuh beberapa tubuh inti mereka yang pada akhirnya membuahkan hasrat besar. Ketika Renata hendak membuka kancing baju yang Andra kenakan, secepat kilat lelaki itu menahan tangannya.

Hingga keduanya pun melepas kecupan dan beralih saling menatap. Renata tersenyum nakal menatap sosok tampan di hadapannya itu.

"Jangan sekarang, Ren!" tegas Andra dengan tatapan mata tajamnya. Lelaki itu berhasil membuat Renata semakin tergiur dengan pesonanya.

"Sorry..."

Renata menarik diri. Ia perlahan turun dari ranjang yang seharusnya memang tak boleh Ia naiki. Ia duduk di kursi yang sudah disediakan pihak rumah sakit di sisi ranjang tempat Andra beristirahat.

Renata meletakkan kedua tangannya di sisi ranjang, lalu meletakkan wajahnya di sana. Dipandangnya Andra yang tengah mengelus kepalanya dengan tatapan sumringah.

"Kita lakukan di rumah!" ucap Andra kemudian.

"Di rumah?" tanggap Renata.

"Ya!"

"Emangnya berani?"

Mendengar pertanyaan Renata yang mengundang niat tertentu, Andra mendekatkan wajahnya pada wajah wanita itu. Kini wajah mereka berhadapan, bahkan hidung keduanya bersentuhan. Mata Andra tak berhenti menatap mata Renata, begitu pula sebaliknya.

"Apa yang harus aku takutkan? Anggun?"

Renata tersenyum sambil menganggukan kepalanya.

"Mari kita lakukan ketika ia sedang keluar rumah. Bagaimana?"

Bersambung...