webnovel

DENDAM DAN CINTA !

Ketika Ayu bertemu dengan Bram karena dijodohkan, dia tidak menyangka hidupnya bakal berubah drastis ...

pangeran_Biru · Urbain
Pas assez d’évaluations
18 Chs

Bulan Madu

Ayu memutuskan untuk berbelanja bukan untuk suaminya tapi untuk dirinya sendiri, buat apa toh tak akan dilirik atau di puji oleh Bram. Setelah itu pulang ke hotel untuk istirahat. Baru sore harinya ia bangun, mandi dan berganti baju, Bram pun pulang tapi tak ada pertanyaan dari mana dia. Bram pun langsung ke kamar mandi, handphonenya berdering Ayu sempat melirik ke arahnya disitu ada pesan yang membuatnya tertegun.

"Mas terima kasih ya ! atas semuanya, mas juga hebat di tempat tidur ! kapan kita akan ketemu lagi ? aku tunggu loh !" bunyi pesan dari seorang perempuan.

Tak lama Bram seperti biasa sudah selesai mandi berganti baju, setelah itu mengajak Ayu untuk pergi makan malam, semuanya kembali normal. Bram bertanya layaknya seorang suami kepada istrinya, membuat Ayu sedikit bingung tentang Bram. Apa dia mempunyai dua kepribadian ? atau hanya akting semata ? Ayu tetap menjawabnya tapi tidak bertanya tentang apapun.

"Besok pagi kita ke Bali untuk berbulan madu !" ujar Bram kepada Ayu.

"Apa perlu kita ke sana ?" tanya Ayu tiba-tiba, Bram menatap Ayu.

"Ayolah mas, kita berdua sama-sama tahu ! kita tak saling suka dan cinta ! ini hanya keterpaksaan dari perjodohan !" lanjut Ayu membalas menatap Bram.

"Lalu apa maumu ?" tanya Bram, ingin tahu wanita seperti apa Putri Ayu itu.

"Baik, jadi kita akan membuat perjanjian pernikahan ! pertama aku tidak akan mencampuri urusan mas apapun itu ! entah dengan perempuan atau dengan siapa pun ! kedua mas juga harus melakukan hal yang sama kepadaku ! ketiga kita harus bersikap dirumah selayak suami istri !" Ayu memberikan sebuah perjanjian kepada Bram, lelaki itu tersenyum boleh juga perempuan ini ternyata pintar tidak seperti kelihatannya yang polos.

"Oke aku setuju !" jawab Bram tanpa bertanya. Ayu kini menatap Bram.

"Satu hal lagi mas, aku tahu kekuargamu juga tidak sepenuhnya menerimaku !" Bram terkejut, Ayu hanya tersenyum.

"Tapi aku tidak perduli, bagi keluargamu aku ini hanya syarat dari perjanjian yang di buat ayahku dan papamu ! oke aku tak keberatan, aku terima in ! tapi tidak, bila mereka membenciku ! karena ini kan hanya syarat, kita berdua bisa bercerai kapan pun !" lanjut Ayu.

"Yeah, kamu benar Ayu ! aku tak menyangka kamu sepintar ini ! aku pikir kamu wanita jawa yang mau pasrah apspun juga !" jawab Bram enteng, hal itu membuat Ayu marah tapi ditahannya.

"Begitu pikiranmu tentang wanita jawa sepertiku ? tentu saja itu akan terjadi bila kita saling mencintai dan menikah secara 'normal' ! istri akan menurut kepada suaminya karena itu tugas seorang istri ! sedangkan tugas suami membimbing, melindungi dan mencari nafkah serta bertanggung jawab penuh kepada istri dan anaknya kelak ! itu yang sebenarnya, tapi tidak untuk yang ini ! aku bukan seperti itu !" Ayu menjawab tegas.

"Oke, aku mengerti !" Bram mengangkat tangannya tidak mau berdebat lagi.

"Kita tetap berbulan madu !" tegas Bram.

"Baik tapi tidak dengan berhubungan !" jawab Ayu.

"Lalu bila kedua orang tuaku menginginkan anak ?" tanya Bram.

"Kamu pikir mereka mau anaku nanti akan merebut harta warisan dari seorang konglomerat Susanto Mahardika ?" tanya Ayu, membuat muka Bramantyo merah, hal itu bagai menusuk hatinya tapi benar adanya.

"Oke, baiklah ! terserah kamu saja !" Bram pun sudah tidak perduli lagi.

-----------

Keesokan harinya mereka berangkat ke Bali, kedua orang tua Bram kembali menelpon dan dijawabnya, tapi tidak memberitahu perjanjiannya dengan Ayu karena itu hanya diantara mereka berdua saja. Ayu pun tidak bertanya apapun.

Mereka tiba di Bali untuk berbulan madu selama 3 hari di sebuah resort eksklusif yang mempunyai privasi tinggi, dengan kolam renang menghadap laut lepas. Tapi itu tidak berguna, karena Bram memilih bersenang-senang sendiri kemana pun tanpa mengajak Ayu. Ayu sendiri tidak perduli dia asyik berwisata sendiri dan melihat adat istiadat di pulau dewata.

Bram pergi malam pulang pagi dalam keadaan mabuk dan langsung tidur. Paginya Ayu bangun, mandi dan sarapan seorang diri sambil menikmati suasana pantai. Di hari terakhir ada suatu peristiwa dimana seperti biasa Bram pulang dalam keadaan mabuk berat, dia melihat Ayu sedang tertidur pulas dengan gaun tidur agak tersingkap. Rupanya itu cukup untuk meningkatkan gairah seksualitasnya, dan tanpa berpikir dua kali Bram membuka pakaiannya dan mencumbu Ayu.

Ayu terlihat kaget dan berusaha melepaskan diri, tapi sayang Bram dalam keadaan mabuk berat dan tak menghiraukan teriakan Ayu. Bahkan dengan kasar mencekram erat dan bahkan menampar Ayu dengan kasar terjadilah pemerkosaan malam itu.

Ketika sadar Bram meminta maaf dan terkejut melihat Ayu dalam kondisi yan memprihatinkan bibirnya merah darah karena di pukul dan di tampar, baju tidurnya robek setengah telanjang dan yang mengejutkan Ayu ternyata masih perawan noda darah terlihat di paha dan seprei putih.

Dengan perlahan dan masih terisak Ayu bangun dengan susah payah, Bram berusaha membantunya tapi selalu ditepisnya hingga ia hanya terdiam memperhatikan apa yang baru di perbuatnya kepada Ayu, akhirnya Ayu menuju kamar mandi tanpa diduga tubuhnya oleng dan hampir terjatuh, sebuah tangan memeluknya erat.

"Lepaskan ..." suara lemah dan pelan dari mulut Ayu.

"Maafkan aku Ayu ..." bisik Bram.

"Lepa ... kan ..." hanya itu setelahnya Ayu tak sadarkan diri.

Ayu membuka matanya dan ternyata ia berada di rumah sakit ada sebuah tangan yang menyentuhnya dan ia melirik ternyata Bram tertidur disampingnya, tanpa sadar air matanya meleleh, hatinya sakit dan perih atas apa yang dilakukan lelaki itu kepadanya.

Bram terbangun dan terkejut melihat Ayu sudah terbangun dan menangis, dia sangat menyesali perbuatannya itu.

"Maafkan aku ... maafkan !" wajah Bram tertunduk. Ayu tidak tahu lagi ia hanya menangis. pintu kamar di buka terlihat seorang dokter dan perawat datang. Bram terbangun, mereka hanya mengecek keadaan Ayu. keduanya tidak mau mencampuri urusan rumah tangga orang lain.

"Pendarahannya sudah berhenti ! lukanya tidak terlalu parah ! kami permisi dulu !" ujar dokter, Bram hanya mengangguk. mereka pun pergi.

"Ayu aku akan bertangung jawab dengan semua yang kulakukan !" Bram menatap Ayu dengan iba dan mengharap untuk dimaafkan.

"Tidak usah !" jawab Ayu yang masih benci kepada Bram.

"Sungguh Ayu ... aku ..."

"Kamu telah tega mas !" Ayu marah.

"Aku minta maaf ... aku mabuk !" Bram memeluk Ayu, tapi perempuan itu berusaha melepaskan diri sambil memukul tubuh Bram, dan dia tidak perduli. Akhirnya Ayu terdiam hanya tangis yang terdengar.

----------

Beberapa hari kemudian mereka pulang dari Bali lebih lama dari yang dijadwalkan, Bram melirik Ayu yang duduk disebelahnya yang memalingkan wajahnya ke jendela pesawat. Akhirnya Ayu mau memaafkannya dia merasa bersalah atas perbuatannya itu.

Sementara Ayu tidak tahu apa yang harus membenci Bram apa yang telah dilakukannya, tapi disisi lain mereka sudah menikah tapi dengan situasi yang sulit. mungkin kah Bram sudah menyesali perbuatannya dan berubah ?

Bersambung ...