webnovel

DANIA (Cinta Dalam Diam)

Dania Salwa Mahesa. Gadis cantik yang bertutur kata lembut. Sayangnya, ia harus jatuh cinta kepada laki-laki yang tidak bisa membalas cintanya. "Padahal, aku siap untuk menjadi rembulanmu. Yang sedia menyinari malam harimu yang gelap." Berani jatuh cinta, harus berani patah hati. Dania telah menguatkan mentalnya habis-habisan. Perjalanan cinta dalam diam selama bertahun, dan akhirnya terungkap dengan cara yang tidak pernah terbayangkan sedikitpun. Fayez Ghazali. Lelaki tampan berwajah dingin itulah yang menjadi cinta sejati dalam hati Dania. Lelaki yang tak pernah bisa terbaca isi hatinya. "Dan, maaf. Gue nggak bisa nerima cinta lo." Fayez, akhirnya dengan terang-terangan menolak cinta Dania yang sudah terlanjur dalam. "Kurasa, kamu memang lebih baik diam, Fayez. Karena sekalinya kudengar suaramu, hatiku langsung tertusuk benda tajam." Cover by @JieunDesign

Fenichaan · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
324 Chs

Sekotak Makanan Untuk Dania

Setelah lukanya membaik, kini Dania sudah berada di dalam kelas. Sedangkan Fayez, laki-laki itu telah kembali ke dalam kelasnya lebih dulu. Tepat setelah para petugas di uks datang dan mengobati Dania.

"Kaki lo beneran udah gak apa-apa?," tanya Siska yang sangat perhatian pada Dania.

"Lo tenang aja, kaki gue cuma memar sedikit," jawab Dania dan masih bisa tersenyum.

"Emang gila ya si Fayez, masa nyuruh lo bawain tas dia yang berat. Lagian, itu tas bawa batu kali bukan buku."

"Udah, Ndy. Lo jangan ngomel mulu, entar muka lo keriput kayak kakek-kakek."

Dania hanya terkekeh melihat Siska dan Andy yang masih berdebat karena tak terima dengan perlakuan Fayez.

"Dania .... Oh Dania .... "

Dania dan teman-temannya menoleh ke arag pintu kelas. Di sana sudah berdiri Agus dan Sahroni yang tengah mengibas-ngibas rambutnya.

"Ngapain kalian ke sini?."

"Ah, Siska. Marah-marah mulu .... Awas cepet tua," ucap Agus dan berjalan masuk ke dalam kelas begitu saja. Keduanya menghampiri Dania yang masih termangu karena kehadiran dua anak buah Fayez.

"Nih, dari si bos."

Dania menerima sebuah kotak makan yang masih tertutup rapat. "Ini apa?," tanyanya pada Agus dan Sahroni.

"Makanan atuh, lah. Masa bom molotov," celetuk Agus dengan logat Sundanya.

"Eeeiittsss ... Tunggu, Dan. Lo jangan makan dulu, biar gue periksa." Siska merebut kotak makan dari tangan Dania sebari tatapannya yang tak lepas dari Agus dan Sahroni.

"Ya ampun! Lo kira kita orang jahat, apa? Sampe di cek dulu," pekik Sahroni yang tak terima karena Siska menatap mereka seolah sedang menginterogasi.

"Ya ... Siapa tau lo semua pada naro racun di makanan ini," sahut Siska dan mengembalikan kotak tersebut pada Dania.

"Oh ya, bilangin Fayez. Makasih atas makanannya."

"Lo gak usah bilang makasih segala, Dan. Udah kewajiban Fayez karena juga yang udah bikin lo sakit kayak gini." Andy menyela. Ia tak terima jika Fayez terus menindas Dania.

"Heh, lo siapa sih? Ada hak apa lo ikut campur urusan Dania sama Fayez, hah?," ujar Sahroni menunjuk Andy.

"Udah. Kalian gak usah ribut. Mending lo berdua balik ke kelas kalian sana. Bentar lagi bel masuk."

"Siap, Bu Bos."

Dania menggeleng pelan melihat tingkah laku Agus dan Sahroni.

"Dan, temen-temen Fayez kayaknya ngedukung lo jadian sama Fayez, ya?."

"Mana mungkin!," jawab Dania tertawa pelan.

"Mana mungkin gimana? Tadi aja mereka bilang lo bu bos. Udah pasti mereka ngedukung hubungan kalian berdua."

"Mana mungkin, Sis. Gue yakin pasti si Fayez cuma mau manfaatin Dania doang. Gak ada niat serius," sahut Andy yang sangat sensitif terhadap Fayez.

"Udah, kalian jangan ngeributin hal itu mulu. Intinya, gue gak pernah berharap sama Fayez."

Andy dan Siska mengangguk dan kembali ke kursi masing-masing.

***

"Gimana? Kalian udah kasih bekel dari gue?."

"Udah dong, Bos. Bu bos Dania kayaknya seneng banget dikasih makanan sama Pak Bos," jawab Agus yang sangat pandai menjilat Fayez.

"Tapi, Bos, cowok yang suka bareng Dania dan Siska itu siapa sih?," sambung Sahroni.

"Emang dia kenapa?," tanya Samudera.

"Dia kayaknya sensitif banget sama si Fayez. Gak terima gitu Fayez baik sama Dania," terang Agus.

"Dia sahabatnya Dania dan Siska."

Pernyataan Fayez membuat teman-temannya sedikit tercengang.

"Sahabat?," tanya Galang.

Fayez mengangguk. "Dia itu masuk ke dalam hubungan Siska dan Dania, terus mengajukan diri pengen jadi sahabat mereka."

"Tunggu deh," sela Galang sambil melompat dari meja yang sedang ia duduki. "Kalian sadar gak sih? Kalau sekarang Fayez jadi gak sedingin dulu?."

Fayez menahan napas dan mengusap wajahnya kasar.

"Lah, iya. Kenapa gue baru nyadar sekarang?," seru Samudera.

"Hooh .. Gue juga baru sadar," imbuh Agus.

"Wah .. Kayaknya, es batu di sekolah kita udah mulai mencair, nih."

Fayez mendelikkan bola matanya malas.

"Ada apaan nih, Yez?," tanya Samudera sebari menempelkan tubuhnya pada tubuh Fayez.

"Gak!."

"Halah ... So so an kembali dingin," Sindir Galang.

"Kayaknya, gue mencium aroma jatuh cinta di dalem sini."

Fayez menunduk, memperhatikan wajah Samudera yang sedang mengendus dada bidangnya.

"Minggir lo!," ujar Fayez sebari menarik rambut Samudera.

"Gak salah lagi, Fayez lagi jatuh cinta!."

Fayez menyumpal mulut Agus dengan telapak tangannya. Ia malu karena saat ini seisi kelas tengah memperhatikan mereka.

"Berisik lo!," hardik Fayez.

"Hahahaa ... Gapapa kali, Yez. Jatuh cinta itu normal," ujar Galang.

"Betul tuh. Lagian, mau sampe kapan lo jomblo terus?," imbuh Samudera.

"Heh, kalian denger ya, gue emang jomblo tapi cewek yang suka sama gue itu banyak. Emangnya kalian, udah jomblo, gak ada juga cewek yang suka sama kalian."

Agus menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Iya juga, sih. Pesona Fayez emang sempurna daripada kita."

"Eh, kita? Lo aja kali, gue enggak!," sahut Samudera tak terima.

"Tau lo! Jelek kok ajak-ajak," sambung Sahroni.

***

Bel masuk telah berbunyi sejak dua puluh menit yang lalu. Pelajaran pertama di seluruh kelas sudah di mulai. Di dalam kelas, Fayez dan teman-temannya masih fokus memperhatikan seorang guru yang sedang menulis di white board. Suasana masih aman karena mungkin semua murid masih merasa kenyang dan belum mengantuk.

Di tengah pelajaran yang berlangsung, Fayez menoleh ke arah jendela yang memperlihatkan Dania yang sedang berjalan. Dengan cepat Fayez mengacungkan tangan kanannya.

"Bu, saya izin ke toilet."

"Silakan, Fayez."

Laki-laki itu langsung berdiri dan berjalan cepat keluar dari kelas. Ia menoleh ke arah kanan, dan melihat punggung Dania yang belum terlalu jauh.

"Astaghfirullah." Tubuh Dania tersentak tatkala mendapat sebuah tepukan di bahunya.

"Fayez? Lo ngapain di sini?," tanya Dania pada Fayez dengan kening mengkerut.

"Lo mau ke mana?." Bukannya menjawab, Fayez justeru balik bertanya pada Dania.

"Gue mau ke perpustakaan. Lo mau ke perpus juga?."

Fayez menggeleng. "Gue mau ngingetin lo, nanti jam istirahat, lo samperin meja gue dan temen-temen gue di kantin."

"Apa? T--tapi mau ngapain?." Dania menghentikan langkahnya. Ia menatap Fayez dengan penuh kebingungan.

"Lo gak usah banyak tanya."

Gadis itu mendengus sebari memejamkan kedua mata. Sedangkan Fayez, pergi begitu saja setelah seenaknya memberi Dania perintah.

"Gini amat nasib gue," gumam Dania dan kembali melanjutkan langkahnya.

"Kalau lo susah buat gue dapetin dengan cara halus, maka gue bakal bikin lo jatuh ke pelukan gue dengan menggunakan cara gue sendiri." Fayez kembali ke dalam kelas dengan senyum tipis yang membuat teman-temannya saling melempar pandang.

"Gus, si Fayez kenapa?," tanya Sahroni pada Agus, teman sebangkunya.

"Kenapa lo tanya gue? Tanya noh Samudera, dia kan duduk sama Samudera," jawab Agus.

"Sam .. Sam!." Belum menyerah juga, Sahroni memanggil Samudera dengan suara pelan.

"Si Samudera budek juga, ya," gumam Sahroni.

"Sahroni! Kamu lagi ngapain?."

"A--ah .. Anu, Bu. Saya mau pinjem penghapus sama Samudera."